#MyThirteenWords | It Was Just STARTED...




“Such a bit short story. The most complicated one. With so much fun & laugh. But, with a bad epilog. Ended with no words & silence.”

Aku masih sibuk menata file-file dan folder-folder yang memenuhi partisi D di notebook-ku. Memilih dan memilah mana yang masih layak disimpan dan mana yang harus dihapus. File materi kuliah, hampir semuanya sudah kusendirikan. Tinggal file-file film, musik, dan aplikasi yang masih tercecer dan tak terorganisir dengan baik.
Tak terasa hampir 3 jam waktu kuhabiskan hanya untuk menata file dan folder. Saat hampir selesai, tanganku berhenti menggerakkan mouse dan mataku terpancang pada sebuah folder yang hampir aku tak ingat pernah memilikinya. Sebuah folder bernama “Sastra_”, berisi cukup banyak file dokumen yang hampir semuanya adalah cerpen ataupun cerbung. Entah itu karyaku atau karya orang lain yang sengaja ku simpan.
“Ini…” ucapku tiba-tiba ketika mendapati sebuah file yang dulu pernah sangat aku kenal. Penulisnya yang dulu sangat aku kenal.
“Rara…” tiba-tiba saja ingatanku membawaku ke masa silam. Masa yang pernah membuatku sangat bersemangat untuk menulis. Masa di mana aku pernah mengenal sesosok gadis ceria yang sangat cerdas merangkai bait kata. Seorang gadis bernama Aira Tribuanaputri, yang lebih aku kenal dengan nama Rara. Ya, Rara….
[ - - - - - ]
Malam sudah cukup larut, tapi aku dan Farhan masih sibuk di depan notebook masing-masing. Entah apa yang sedang dia kerjakan. Suasana rumah kontrakan pun cukup sepi karena tinggal aku berdua dengan Farhan yang ada. 3 orang teman kami yang lain sedang mengikuti acara pendakian massal bersama organisasi pecinta alam di kampus.
“Yo, tugas desain web lo udah jadi?” Tanya Farhan tiba-tiba yang membuyarkan konsentrasiku untuk melakukan hobiku, menulis cerpen.
“Sialan lo han, bikin inspirasi gue ilang aja. Belom, emang kenapa?” agak sewot aku menanggapi Farhan.
“Deadline-nya tinggal 2 hari lagi Rio. Ah, elo nulis mulu. Harusnya elo tu masuk sastra, bukan informatika.” Terang Farhan sambil melayangkan jitakan ke kepalaku.
“Eh, sakit Han. Lha gimana, ini hobi gue. Susah banget buat ninggalinnya. Hahaha.” Jawabku ringan. Farhan hanya melengos kemudian berjalan keluar rumah.
“Han, mau ke mana?” tanyaku setengah berteriak.
“Mau ke tempatnya mas Haris, beli makan. Kenapa?” Farhan menghentikan langkahnya.
“Beliin gue es jeruk dong, sama gorengan. Nih duitnya.” Aku segera bangkit dan memberikan uangku kepada Farhan.
Setelah menerima uang dariku, Farhan pun pergi. Tingggal aku sendiri di rumah kontrakan yang cukup luas ini. Aaah, akhirnya aku mendapatkan sedikit kesunyian untuk menulis. Segera saja aku mulai memenuhi halaman demi halaman di OpenOffice.Writer di hadapanku dengan begitu banyak kata dan kalimat. Menyenangkan rasanya ketika inspirasi baru selalu muncul saat aku membutuhkannya.
“Nih, pesenan lo.” Tiba-tiba saja muncul sodoran es jeruk dan gorengan di depan wajahku. Hampir aku melompat kaget mendapati Farhan sudah berada di hadapanku dengan tampang galaknya.
“Lo kayak setan ya Han. Tiba-tiba nongol gitu aja.” Celetukku.
“Eh, cungkring. Elo tu keasyikan pacaran sama notebook, sampe lupa gimana rasanya pacaran sama orang.” Timpal Farhan. Ah sial, dia membuatku terpaksa mengingat hal buruk yang pernah terjadi.
“Iya juga sih Han. Dulu gue diputusin sama si Yuna gara-gara keseringan nongkrong di depan notebook daripada nongkrong sama dia.” Ucapku lesu.
“Ahahahaha. Dasar cungkring, gitu aja galau. Inget, udah hampir 2 bulan elo putus. Gak usah galau gitu lah.” Ujar Farhan sambil tertawa. Aku hanya ikut tertawa pedih, kemudian melanjutkan aktivitasku.
Sudah 2 jam lebih, dan akhirnya cerpen terbaruku selesai. Aku menengok ke arah Farhan, dan kudapati dia sudah tak sadarkan diri. Padahal notebook-nya masih menyala. Aku melihat ke layar notebook-nya dan ternyata tak ada desain web yang sedang dia buat. Justru Google Chrome serta beberapa tab yang menampilkan akun Facebook serta Kaskus-nya. Aku pun mendapatkan sebuah ide.
“Kesempatan nih mumpung si Farhan molor.” Segera ku disconnect koneksi modem di notebook Farhan, aku cabut modemnya, dan ku pasang di notebook-ku. Akhir bulan tanpa pemasukan ekstra membuatku harus rela tidak mengisi pulsa modemku, sehingga dengan terpaksa harus memakai modem Farhan untuk bisa memposting cerpenku ke blog.
Hampir tengah malam, dan semakin sunyi. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya aku selesai memposting cerpen baruku ke blog dan men-share di facebook. Ingin rasanya menyusul Farhan untuk tidur, tapi sayangnya mataku masih enggan terpejam. Akhirnya aku putuskan untuk melanjutkan browsing. Siapa tahu aku bisa mengantuk dan akhirnya tidur.
Mataku sudah mulai berat, tanda kantuk mulai menyerangku. Tiba-tiba suara notifikasi dari Facebook menghalau kantukku.
“Gila, jam segini ada yang komen.” Aku pun sedikit terkejut karena ada yang mengomentari link cerpen baru yang aku share di Facebook tadi.

Aira: Cerpennya bagus kak Yo, ditunggu karya terbarunya. :D

“Aira? Siapa nih..” aku pun penasaran. Dia memanggilku ‘Yo’, padahal hanya orang-orang yang sangat mengenalku saja yang memanggilku begitu. Teman-teman kampus pun memanggilku Rio.

Rio: Makasih Aira… :)

Aku pun tak terlalu ambil pusing dengan hal itu. Saat akan bergegas tidur, suara notifikasi Facebook-ku kembali berbunyi. Dan.. Aira lagi.

Aira: Cek tulisan2ku juga dong kak Yo, di blogku –MyThirteenWords- dikomen ya kak, makasih.. :D
Rio: OK Aira… :)

Aku pun segera beranjak tidur karena sudah sangat mengantuk. ‘Thirteenwords’, ah lain kali saja aku membukanya.
***
Kuliah baru saja berakhir. Pak Darwis dan seluruh teman-teman sekelasku sudah keluar meninggalkan lab komputer. Tinggal aku sendirian masih duduk asyik dengan notebook-ku. Masih malas rasanya untuk beranjak dari tempatku sekarang. Tiba-tiba ada ide yang datang dan menghampiriku.
“Coba kubuka ‘MyThirteenWords’.” Ujarku dalam hati.
Dengan memanfaatkan fasilitas WiFi kampus, tak butuh waktu lama untuk memuat halaman blog ini. Tampilannya sangat sederhana, tapi menarik. Tidak terlalu banyak widget di dalamnya, sehingga daftar postingnya dapat dengan mudah terlihat. Segera saja aku membuka satu demi satu posting di blog ini. Sebagian besar berisi cerpen, sama dengan blog-ku. Ada pula beberapa posting berupa puisi. Dan sebuah puisi singkat yang langsung mendapatkan perhatianku.

Kau datang dan pergi dengan kesunyian bersamamu..
Kau datang dan pergi dengan kehampaan di sekitarmu..
Kau datang dan pergi dengan goresan luka di hatiku..
Dan taukah engkau? Sampai kini pun kau kucinta dan kubenci sepenuh hatiku..
Dengan satu rasaku yang bertahan untukmu.. Satu rasa bernama cinta…

Aku kagum dengan rangkaian kata yang ada di karya-karyanya. Aira, langsung saja kutinggalkan komentar di blog-nya.

Rio: Aira, tulisanmu bagus. Penuh makna & indah. Salut! 2 thumbs up! :)

***
“Yo, ada yang nyariin lo tuh.” Panggil Farhan. Aku yang daritadi bermalas-malasan di atas kasur pun bergegas bangkit.
“Hai Rio.” Sapa orang itu.
“Eh.. Eng.. Hai, Yuna.” Aku membalas sapaan Yuna dengan agak canggung.
“Wah, bawa apaan nih Yun? Kayaknya enak nih, makasih yaa.” Kata Farhan tiba-tiba yang entah darimana datangnya sudah duduk di sebelahku sambil mencomot kue brownies yang dibawakan Yuna.
“Oiya Yuna, ada apa dateng ke sini? Tumben.” Tanyaku dengan nada malas.
“Aku pengen ngomong sesuatu ke kamu Rio.” Ujar Yuna dengan suara agak lirih, namun masih cukup terdengar di telingaku.
“Tentang kita.” Lanjut Yuna. Aku tersentak. Farhan pun hampir mati tersedak oleh brownies yang sedang dia makan.
“Aduh, gue permisi aja deh. Mau bahas hal privat nih kayaknya.” Farhan pun ngeloyor pergi.
Tinggal aku dan Yuna yang duduk saling berhadapan. Tanpa suara. Sunyi. Nampak ada sesuatu yang ditahan oleh Yuna untuk diucapkan. Entah apa itu. Aku sendiri, enggan untuk membuka mulutku. Meskipun aku tahu, aku masih memendam rasa pada Yuna, aku sedang ingin sendiri dan menikmati hidupku.
“Rio, maafin aku ya, udah ninggalin kamu..” Yuna pun mulai berbicara, tapi masih belum jelas arah pembicaraannya.
“Yuna, langsung aja deh. Gue gak ngerti nih.” Ujarku. Terlihat Yuna sedikit kaget mendengar ucapanku yang seenaknya.
“Aku mau kita balikan Yo.” Ucap Yuna sambil menatapku. Aku pun kaget mendengarnya. Sudah cukup lama dia menelantarkanku, tiba-tiba datang dan mengatakan ingin balikan. Di satu sisi, aku sangat ingin. Tapi di sisi lain, aku tak tahan dengan sikapnya yang egois dan keras kepala.
“Maaf Yuna. Gue kayaknya gak bisa. Gue pengen nikmatin hidup gue dulu. Gue pengen ngurus hidup gue dulu, supaya lebih tertata. Maaf banget ya.” Terlihat Yuna menunduk dan diam. Aku bisa pastikan dia menangis karena aku sangat mengenalnya.
“Mungkin di lain kesempatan Yun, kita bisa balikan lagi. Tapi bukan sekarang.” Lanjutku.
Setelah mendengar kalimat terakhirku, Yuna lantas berdiri dan berlari keluar. Ingin kususul, tapi tak ada gunanya karena memang aku tak berhak melakukan apapun atas hidupnya kini. Tiba-tiba dari belakang, muncul Farhan yang kemudian duduk di sampingku, mengeinterogasiku.
“Eh, sumpah lo Yo gak mau balikan sama Yuna? Dia kan cantik, baik, pinter lagi. Anak-anak cowok sastra banyak banget yang ngantri buat jadi pacar dia.” Cerocos Farhan.
“Serius gue Han, gue pengen bisa ngebahagiain diri gue dulu.” Jawabku.
“Yakin lo? Ntar ujung-ujungnya galau. Trus curhat sama gue.” Ejek Farhan.
“Eh kunyuk, kalo lo mau, ambil aja sono tuh si Yuna. Gue bakal sembah lo kalo lo bisa bertahan sama sikap dia. Mending galau gara-gara jadi jomblo Han daripada galau gara-gara punya pacar tapi kayak gak punya. Nyesek lahir batin.” Terangku panjang lebar. Kali ini Farhan hanya bisa melongo.
Aku bergegas kembali ke kamar dan menyalakan notebook, memasang modem dan mulai browsing untuk menghilangkan penat. Masih sedikit sesak rasanya dadaku menghadapi Yuna tadi. Sampai-sampai Farhan jadi kena semprot karena bertanya tentang Yuna.
“Eh, ada pesan baru ternyata.” Ujarku ketika aku membuka akun Facebookku. Ternyata dari Aira.

Aira: kak Yo, apa kabar? Makasih ya udah kasih komentar di blog-ku. :D

Aku pun segera membalas pesan itu.

Rio: sama2 Aira, oiya dari kemaren aku penasaran loh, kamu siapa sih? Kok kayaknya kenal banget sama aku? :p

Aneh juga, pikirku. Sepertinya aku belum pernah mengenal orang yang bernama Aira. Tapi sepertinya dia sangat mengenalku. Sebagai pelampiasan, segera kutulis beberapa bait puisi terkait dengan rasa penasaranku dengan sosok bernama Aira ini.

Siapakah dia? Bayangnya mendarat pelan di pelupuk otakku..
Siapakah dia? Rajut katanya terdengar pelan di ujung telingaku..
Siapakah dia? Gores kalimatnya terbaca jelas di batas pandangku..
Begitu dekat nampaknya.. Tapi kenapa aku seperti tak mengenalnya?

Puisi singkat, segera ku post ke blog. Ku rebahkan tubuhku ke kasur dan mencoba mengingat apakah aku pernah bertemu dengan Aira. Tiba-tiba suara notifikasi Facebook berbunyi. Segera aku beralih kembali ke depan notebook. Dan ternyata Aira sudah membalas pesanku tadi.

Aira: aah, dasar kak Yo.. Cakep-cakep kok pikun sih.. (-_____-“)

Aku hanya tersenyum membaca pesan dari Aira. Segera saja kubalas.

Rio: ciyus nih Aira, aku lupa… Makasih loh udah dipuji cakep, tau aja kamu.. =D
Aira: duh, salah ngomong deh aku.. Maksudnya ngejek kok malah yg diejek kege-eran gitu sih.. (-_____-“)
Rio: udah deh, aku emg cakep kok =D Eh, kok jd OOT sih.. Kasih tau lah, spya aku gak pnasaran nih… :|
Aira: iya deh iya, kak Yo yg cakep tapi pikun.. Err.. kakak masih inget sama nama ‘Rara’?

Rara… Ah, baru aku ingat, Rara. Gadis tomboy yang dulu pernah aku kerjai ketika MOS semasa SMA karena dia tidak memakai atribut lengkap. Lalu ku hukum untuk menulis dan membaca puisi romantis di depan panitia. Eh, tapi apakah benar dia? Pikirku.

Rio: bntar deh.. Rara si tomboy yg dulu bacain puisi di depan panitia MOS SMA Satya?
Aira: iya bner kak Yo :D  tapi knpa yg diinget pas itu sih.. Dasar (-_____-“)
Rio: maklum, penggemarku kan bnyak.. =D Eh, baru tau loh klo namamu tuh Aira..
Aira: amit2… (-_____-“) Nahlo, namaku bgus ya kak Yo? Makasih.. =D
Rio: tulisan2mu yg bagus.. :)
Aira: masa?? Aduh, makasih loh kak…

Ya, entah berapa lama aku menghabiskan waktu untuk chatting dengan Aira, maksudku Rara. Ada-ada saja anak ini, kata-katanya terkadang pedas tapi bisa membuatku tertawa. Sama sekali tak mencerminkan sosoknya yang ada di balik tulisan-tulisan sendu di blognya. Ah, semakin penasaran rasanya ingin mengetahui lebih jauh siapa Rara.
Tapi entah kenapa sepertinya waktu sedang ingin menjadi tokoh antagonis di ceritaku. Perkenalanku dengan Rara yang baru saja terjadi tak bisa berlangsung lama. 1 bulan bisa bertukar cerita dan inspirasi dengannya, aku harus melupakan sosoknya yang bahkan belum sempat kulihat bagaimana rupanya sekarang. Hanya tulisan-tulisan yang masih selalu aku baca. Blognya yang masih setia kuikuti pembaruannya.

#DearYou

Aku masih mengeluh dalam bayang..
Aku masih mencaci dalam angan..
Aku masih mencari dalam kenangan..
Sebuah kisah tak tertulis yang indah..
Sebuah kata tak terucap yang merdu..
Sebuah tawa tak terdengar yang senyap..

always here for you, always here loving you, always here waiting for you

-MyThirteenWords-

Butuh sedikit support buat lengkapin cerpen ini. Masih ada bagian inti yang belum tertulis di sini. Dear reader, atau siapapun yang ngebaca cerpen ini, tolong kasih komentar ya.. Sangat butuh support, komentar, kritik & saran...
Share:

My Heart, I'll Locked It Up - March the 27th


NVRstepback. Hari Rabu, tanggal 27 Maret 2013. 27 Maret... Ya, sepertinya ada hal penting yang terjadi di tanggal itu. Sesuatu yang ingin ku rayakan. 27 Maret, tepat 1 tahun kita bersama. 1 tahun, sebuah rekor tersendiri untukku karena aku bisa bertahan. Begitu berarti buatku. Sudah banyak hal terjadi selama 1 tahun kita bersama. Ada senang, ada sedih, ada canda tawa, ada pula pertengkaran. Dan dari dalam hatiku, aku sangat bahagia bisa melaluinya bersamamu. Iya, bersamamu! :) Bagaimana denganmu? Apakah kamu juga merasa bahagia??

Tapi entah kenapa sejak beberapa hari kemarin, dan hingga hari ini sikapmu masih saja terkesan 'ogah2an' merespon sms maupun telponku. Ah, jarak menjadi tokoh antagonis dalam hubungan kita. Rapuhnya rasa percaya semakin terkoyak olehnya. Hampir saja tumbang, tapi aku masih dan selalu berusaha agar aku & rasa percayaku tetap berdiri untukmu. Segenap rasa rindu & sayang masih kusimpan untukmu. Bagaimana denganmu? Apakah kamu juga begitu??

Untunglah, aku tak se'konyol' aku yang dulu. Aku kini lebih mampu menahan emosi dan amarahku yang biasanya tak terkontrol dan bisa meluap keluar, mencabik apa saja yang ditemuinya. Semuanya berkat tekad keras agar aku bisa menjadi seseorang yang pantas, seseorang yang bisa menjadi seorang pemimpin. Minimal untukmu, dan semoga saja untuk keluarga kita nanti. Aku selalu berusaha... :)

Namun tetap saja hatiku tak bisa menyimpan rasa kesal  dan kecewaku menghadapi semua sikapmu yang seperti ini. Aku lelah menegurmu, karena aku lelah mendengarkan semua kata-katamu yang tanpa kamu sadari sudah sering menyakiti perasaanku. Rasanya aku sudah semakin akrab dengan 'kesepian' karena menunggumu. Terbiasa juga mendengarkan kata-kata yang tajam... darimu. Ya, dari kamu. Tajam.. Pedih.... :')

Aku pernah bercerita pada seorang teman tentang apa yang aku rasakan. Dan apa kamu tau, dia bilang aku bodoh. Oh Tuhan.. Aku terhenyak, dan aku pun tertawa terbahak. Menertawakan diriku sendiri yang dibilang bodoh. Apa benar aku bodoh? Aku hanya bersabar menghadapi semua sikapmu. Aku hanya berusaha mengalah untukmu. Mengalah untuk kesenanganmu, meskipun itu menyakitkan untukku. "Yang penting dia bahagia sob.." kalimat ini yang membuat aku dibilang bodoh. Benarkah aku bodoh??

"Kalian itu pacaran sob. Seharusnya saling membahagiakan, bukannya yang satu ngalah dan rela ngrasa sakit demi kebahagiaan yang lain. Itu namanya gak adil. Jangan bodoh!" Setelah mendengar kalimat ini, dan memikirkannya, aku jadi sadar kalau aku memang bodoh. Tapi apa dayaku. Tak mungkin rasanya membicarakan konsep "SALING" atau "Timbal Balik" karena kamu sendiri pernah menyangkalnya. "Aku benci kalau kami cari timbal balik", katamu. Lalu... Aku bisa apa??

Ah.. Sudahlah. 27 Maret, tepat 1 tahun, dan semoga tetap berlanjut. Tak ada yang spesial karena memang tak ada. Mencoba menutup pintu rumah hatiku. Memperbaikinya sendiri. Ya, sendiri. :) Agar siap kembali dipakai untuk mencintai. Siapa? Tentu saja kamu. Dan aku berharap cukup kamu saja, tak perlu berganti. Betul kan??

__N [catatan27maret]__
Share:

When my dark side in bad anger....


Muak! Itu yang sedang saya rasakan. Males! Marah! Tapi apadaya gak bisa apa-apa. Cuma bisa ngotorin blog pake tulisan ini. Kenapa gak bisa apa-apa? Karena saya masih ngerasa kasihan dan masih berusaha menjaga hati & perasaan orang yang saya sebut kekasih. Yak, marah-marah di sini, meskipun saya tau, bukan tidak mungkin bakal dibaca oleh banyak orang. Tapi, saya sudah gak punya opsi lain. Apa mungkin ada tapi saya gak sadar? Ahh... Sudahlah.

Hanya satu pertanyaan yang ingin saya lontarkan kepada dia, tapi masih saja tertahan dan tak bisa saya utarakan karena saya tau, responnya pasti akan SANGAT SANGAT BURUK! ya, akhirnya pertanyaan itu tetap mengambang di pikiran saya sendiri.

"Sedang apa kamu, sampai kamu sepertinya lupa padaku?" <~ pertanyaan ini yang sangat tidak mengenakkan dan masih betah terbang di langit-langit kepala saya.

Sibuk dengan pekerjaan? Benarkah? Ya, saya akan mempercayainya karena gak mungkin saya meremehkan beban pekerjaannya yang memang banyak. Lalu kenapa kesibukannya yang dulu dan sekarang begitu berbeda??? Dulu, sesibuk apapun masih bisa mengirim SMS untuk sekedar saling sapa & bertanya kabar. Dan kini, saya cuma bisa melihat status dan aktivitas Facebook-nya tanpa bisa melakukan apa-apa. Aaarrrggghhhh!!!!!

Jarang, dan hampir tak pernah lagi menceritakan hal-hal yang dialami seharian. Dan yang menyesakkan adalah, tak pernah menanyakan kabar & aktivitas saya. ARGH!!! Salahkah kalau lantas hati saya sedikit merasakan sakit menerima perlakuan itu?

Kekanak-kanakan, katanya. Ya, saya akui saya memang belum dewasa & belum bisa jadi seorang laki-laki yang baik. Lalu, apa dengan hal itu dia berhak merendahkan saya? Menyampaikan kata-kata yang menyakitkan dengan alasan bercanda? Enggan untuk mengerti perasaan saya, padahal saya selalu berusaha untuk mau mengerti perasaannya? Salahkah?

Dan di titik ini saya masih mampu bertahan dan berdiri. Saya masih mampu mengalihkan hal-hal memuakkan itu dengan kesibukan yang menumpuk, dengan hobi-hobi yang saya punya. Semoga hanya saya & perasaan saya saja yang salah, dan saya hanya berharap agar kejadian ini tak berlarut-larut dan akhirnya membuat saya harus melangkah pergi.

Tuhan... Berikanlah kepada aku dan hatiku kesabaran yang tiada batas, yang membuatku mampu berpikir jernih setiap saat & bertindak tenang setiap saat.... AAMIIN.
Share:

Takkan Beralih Dari Sini ~ @NVRstepback

NVRstepback. OK, hari ini posting lagi tapi bukan posting cerpen ato cerbung yaaa.. :p Mau posting perusak telinga lagi #ifyouknowwhatimean. Yaudah ah, nih silakan dicekibrot sendiri. Kerusakan mata & telinga di luar tanggung jawab admin NVRstepback.. Muahaha :D



Nih ada bonus liriknya...

Berharap hari ini muncul keajaiban
Sosok dirimu datang dan membebaskan aku
Dari belenggu kesepian yang sesak ini

Tetap menanti meski terasa lelah hati
Ku kan tetap bertahan walaupun menyakitkan
Menanti hadirnya dirimu untuk diriku

[reff]
Jika suatu saat kau rindukanku
Dan bertanya-tanya di manakah diriku
Kau pun tahu ke mana kau harus pergi
Dan kau melihat aku berdiri menanti
Ku takkan beralih...

Tetap menanti meski terasa lelah hati
Ku kan tetap bertahan walaupun menyakitkan
Menanti hadirnya dirimu untuk diriku

Di ujung jalan ini kita pernah berjumpa
Di ujung jalan ini ku menyatakan cinta
Dan kini aku pun menunggu di tempat ini

[reff]
Jika suatu saat kau rindukanku
Dan bertanya-tanya di manakah diriku
Kau pun tahu ke mana kau harus pergi
Dan kau melihat aku berdiri menanti
Ku takkan beralih... Dari sini

Berharap hari ini muncul keajaiban
Sosok dirimu kembali...
Share:

#RandomPost - #MorningShockChallenge | 19 Maret 2013


NVRstepback. Hari ini, Selasa 19 Maret 2013, emang biasa aja sih gak ada yang spesial. Oh iya, tadi pagi lumayan spesial ding.. Kenapa? Karena ada kakak Taylor Swift di posting baru kali ini.. [apa hubungannyahhh?!!]. Gini... Abis melakukan sebuah tantangan yang gue dapet dari akun @yeahmahasiswa di twitter. Emang sih tuh tantangan nongol kalo gak salah pas hari sabtu. Tapi ya gakpapa dong kalo baru tadi dijalanin. Tantangan apakah ituuu??

Tantangannya adalah... Tet tot tet toteeettt....... Gak tau juga namanya apa.. Ahahaha. Tapi karena sebuah ide, gue kasih nama aja tuh tantangan #MorningShockChallenge hihihihi. Keren ya namanya, kayak yang bikin nama. :p
Isi tantangannya : "Kirim sms berisi 'Good morning, have a nice day' ke semua kontak di ponselmu. Dan lihat apa yang akan terjadi."

Yak, dan akhirnya gue lakuin deh tuh #MorningShockChallenge. Ternyata hebat! Impact-nya bener-bener keren. Gak tau sih gimana impact-nya buat orang yang dapet tuh sms 'ngasal'. Tapi yang pasti, impact yang gue dapet setelah baca balesan dari orang yang gue kirimin sms. Semangat selalu naik dan naik setiap kali mbaca sms balesan yang nongol di hp. Uwaahh... Sesuatu banget deh :D

Ibaratnya, kita berbagi 1 kebaikan & ada banyak kebaikan yang balik ke kita. Keren top markotop pokoknya. Silakan aja dicoba. Dijamin gak bakal nyesel. Gak ada ruginya buang bonus buat berbagi semangat kebaikan. Gimana? Tertantang buat nyoba??

Sekali lagi...

#MorningShockChallenge
Kirim SMS ~> "Good Morning, Have a Nice Day! :D" Di pagi kamu membuka mata ke semua kontak di ponselmu. Dan lihat keajaiban apa yang akan terjadi.
Share:

WARNING! | Adera - Lebih Indah [Ancur Version.]


NVRstepback. Selamat hari Rabu semuanyaaa. Hari Rabu yang cukup ..errr.. panas & alhamdulillah bisa menyebabkan jemuran yang keringnya sempat tertunda kemarin bisa kering hari ini. Serta bisa dipake ngampus besok. HIHI. Mau share 'sesuatu' nih. 'Sesuatu' yang bisa bikin telinga sakit & dapat dipastikan hampir tuli. Jadi, ati2 aja yakk.. Muehehe :p

Salah satu lagu paporit saya loh ini. Lagunya bang @ADERA_ega nih yang judulnya 'Lebih Indah', tapi sayangnya kesan dari pidio ini bakal jadi 'Lebih Baik Gak Didengerin'.. Muihihi :p

Apah?! Gak tau lagunya? -_- Yaudah.. Nih lirik lagunya Adera - Lebih Indah :


Saat ku tenggelam dalam sendu
Waktupun enggan untuk berlalu
Ku berjanji tuk menutup pintu hatiku
Entah untuk siapapun itu

Semakin ku lihat masa lalu
Semakin hatiku tak menentu
Tetapi satu sinar terangi jiwaku
Saat ku melihat senyummu

Reff:
Dan kau hadir merubah segalanya
Menjadi lebih indah
Kau bawa cintaku setinggi angkasa
Membuatku merasa sempurna
Dan membuatku utuh tuk menjalani hidup
Berdua denganmu selama-lamanya
Kaulah yang terbaik untukku

Kini ku ingin hentikan waktu
Bila kau berada di dekatku
Bunga cinta bermekaran dalam jiwaku
Kan ku petik satu untukmu

Repeat reff

Kaulah yang terbaik untukku

Ku percayakan seluruh hatiku padamu
Kasihku satu janjiku kaulah yang terakhir bagiku

Repeat reff



Yang masih ngotot pengen liat pidionyah, bisa cek di bawah ini... Silakan, selamat tuli... HAHA :p



Ngacir aaahh.. ~ ~ ~\(=.=)/
Share:

Untitled Tragedy, The 1st

NVRstepback. Oy oy oy! Ada cerita baruu! Silakan dibaca ya, mumpung bisa nulis judul baru nih. Jarang-jarang bisa dapet inspirasi kayak gini. Eitss, tapi ini cerbung lho yah, jadi harus sabar karena lanjutannya bakal rada lama postingnya.. Udah ah ngemengnyah, selamat membacaaa... :D


Title : Untitled Tragedy, The 1st
Author : Nur Rochman | @NVRstepback
Genre : Sadness, Love




Sam masih duduk termenung sendiri di halaman belakang rumahnya. Di sampingnya terlihat sebuah boneka kucing warna putih. Mata Sam sesekali melirik boneka itu. Lalu dia pun meraih boneka itu, dipandangnya dalam-dalam. Sam kemudian memejamkan mata, diletakkannya kembali boneka kucing itu ke tempatnya. Tangan Sam mencoba meraih sesuatu di saku celananya, sebuah korek api. Diambilnya lagi boneka kucing putih itu, kemudian dia membakarnya.
Perlahan, api mulai memakan habis boneka kucing putih itu. Sam hanya duduk melihat aksi api itu. Seiring dengan api yang terus menyala, dari mata Sam mulai mengalir air mata. Diiringi senyuman getir, Sam meninggalkan boneka kucing putih itu.
***
Hari sudah petang. Lampu ruang tengah masih belum menyala. Satu-satunya cahaya yang ada di rumah itu adalah cahaya dari dalam kamar Sam. Cahaya redup dari sebuah lampu bohlam kecil. Cahaya yang tentu saja tak akan cukup untuk menerangi seisi kamar Sam sekalipun.
Tempat tidur tempat Sam berbaring pun hanya terlihat samar. Sam terbaring telentang, dengan pandangannya kosong menatap kehampaan yang ada di hadapannya saat ini. Air matanya sudah kering. Perlahan, Sam bangkit berdiri. Dia berjalan mendekati meja, lalu meraih ponselnya. 9 Missed Calls dan 14 Unread Messages tak membuat Sam berminat membuka ponselnya.
Dengan masih menggenggam ponselnya, Sam melangkah perlahan menuju jendela kamarnya. Tiba-tiba langkahnya terhenti karena ponselnya tiba-tiba bergetar. Ellena, begitu tertulis di layar ponsel. Tapi Sam tak menerima panggilan itu. Di samping jendela kamarnya, terlihat jelas langit malam yang muram, tanpa ada cahaya bulan dan kerlip bintang. Sam menarik nafas panjang, lalu kemudian…Prakk!!!! Dia membalikkan badan kemudian melempar ponselnya tepat ke tembok kamarnya.
Sam kembali tersenyum getir melihat hal itu. Dia perlahan melangkah kembali ke tempat tidurnya.
***
Jam di dinding menunjukkan pukul 08.00. Sam sudah bersiap untuk berangkat ke kampus. Namun, ada yang berbeda dari penampilan Sam hari ini. Rambutnya tak lagi disisir rapi, dibiarkan acak-acakan menutupi telinga dan matanya. Kemeja putih lengan pendeknya berubah menjadi kaus hitam dengan corak warna merah darah, dibalut jaket hitam polos. Celana skinny yang jarang sekali dia pakai, kini dipakainya. Sepatu keds hitam, selesai dipakainya. Dia pun melangkah keluar rumah menuju kampus.
Di kampus, Sam lebih banyak diam. Tak lagi aktif bertanya ketika di kelas, rajin berdiskusi membahas tugas, ataupun bercanda bersama teman-temannya ketika jam istirahat. Waktunya dihabiskan duduk menyendiri di dalam perpustakaan, mendengarkan lagu-lagu yang mengalun dari ponselnya lewat headphone yang terpasang di telinganya. Tak ada lagi buku-buku tentang materi kuliah yang dia baca.
***
Jam 12.00, kelas terakhir untuk hari ini selesai. Sam bangkit perlahan dan mulai melangkah meninggalkan kursinya menuju pintu keluar kelas. Baru saja dia melangkahkan kaki kelaur dari ruang kelas, ada tangan yang meraihnya. Sam menengok dan terkejut, ternyata Ellena.
“Sam.” Panggil Ellena. Namun Sam tak menjawab. Menatap Ellena pun tidak.
“Sam, tolong lihat aku. Sam!” kata Ellena agak keras. Sam akhirnya mau menoleh. Dengan tatapan kosong dia menatap wajah Ellena.
Dengan tidak bicara, Ellena kemudian menarik tangan Sam dan berjalan ke suatu tempat. Sam hanya mengikuti langkah Ellena. Sama sekali tak tersirat keinginan untuk menolak, juga keinginan untuk ingin tahu apa maksud Ellena.
***
Di sebuah koridor sepi di belakang laboratorium praktek kimia, Ellena menghentikan langkah kakinya. Sam ikut berhenti. Begitu lama mereka berdua tenggelam dalam diam. Tak satupun dari keduanya yang berbicara. Hanya tatapan mata yang terus beradu. Ellena melangkah mendekati Sam. Dengan perlahan memeluk tubuh Sam yang ada di depannya. Semakin erat dan semakin erat pelukan Ellena, tapi Sam hanya diam saja. Mata Sam terpejam kemudian tangannya mulai memeluk tubuh Ellena, begitu erat.
“Sayang, kau telah berhasil menghancurkan hatiku. Terima kasih.” Bisik Sam ke telinga Ellena, kemudian melepaskan pelukannya.
“Sam…” jawab Ellena kemudian menangis. Ellena tertunduk lemah. Tubuhnya tiba-tiba goyah, Ellena jatuh terduduk. Ada sesuatu yang sedang berkecamuk hebat di dalam hatinya. Ellena mulai mengangkat pandangannya mencoba memandang Sam yang masih berdiri di hadapannya, melihatnya terjatuh tanpa melakukan apapun.
“Sayang, bagaimana rasanya? Kau terjatuh, menangis kesakitan. Dan orang yang kau sayangi, yang ada di depanmu tak membantumu berdiri. Sakit bukan?” kata Sam yang perlahan mendekati Ellena.
“Kau pasti ingat apa yang sudah kau lakukan padaku. Sesuatu yang jauh lebih menyakitkan dari ini. Sesuatu yang telah menghancurkan rasa sayangku yang begitu besar padamu.” Lanjut Sam.
Ellena tertunduk, dengan air mata yang masih terus mengalir, ingatannya perlahan kembali ke peristiwa beberapa minggu yang lalu.
***
3 Minggu yang Lalu
“Jangan pergi…” pinta Sam kepada Ellena yang terus melangkah pergi.
“Maaf Sam, aku harus pergi dari sisimu. Aku memang menyayangimu. Tapi aku tak bisa bertahan bila terus seperti ini. Sampai jumpa, Sam.” Jawab Ellena sembari melangkah Sam yang berdiri termangu.
Dari kejauhan, terlihat sosok pria yang mengendari motor menjemput Ellena. Sam pun segera berlari mengejar Ellena. Namun, malang bagi Sam dia tak mampu mengejar Ellena yang sudah pergi bersama pria itu. Sam terus berlari sambil menangis, sampai akhirnya dia terjatuh dan hanya bisa melihat Ellena perlahan menghilang dari pandangannya. Sam menangis.
***
“Sam, maafkan aku…” pinta Ellena kepada Sam.
“Maaf? Kau meminta maaf padaku? Aku sudah terlalu sering memberikannya. Tapi kau tak pernah bisa menjaga kata maaf yang kuberikan. Sebaliknya, kau tak mau memberikan sedikit maafmu ketika aku melakukan sedikit kesalahan.” Jawab Sam.
“Tolong Sam, maafkan kesalahanku tempo hari. Aku sekarang sepenuhnya sadar kalau yang telah aku lakukan adalah kesalahan yang besar. Tolong, beri aku kesempatan untuk memperbaikinya.” Pinta Ellena sambil masih menangis.
Sam menarik nafas panjang, lalu mulai berbicara,” ketahuilah Ellena, sampai saat ini aku masih menyayangimu. Tapi aku sudah kehilangan hasrat untuk kembali bersamamu. Hasrat itu sudah ikut pergi bersama dengan kepergianmu dulu. Jadi sekarang, kau tak perlu mengharapkanku. Kau sudah bebas.”
Ellena tercekat mendengar perkataan Sam. Dia tak menyangka betapa Sam masih menyimpan rasa sayangnya, tapi dia sedih mendengar penuturan Sam yang menyuruhnya pergi. Perlahan, Ellena mulai bangkit berdiri. Dia berjalan perlahan mendekati Sam, lalu kembali memeluknya. Tanpa disangka, Sam langsung menyambut pelukan Ellena.
“Sam, aku menyayangimu.” Kata Ellena.
“Aku juga menyayangimu, Ellena.” Jawab Sam.
“Ellena, mungkin ini adalah pelukan terakhir kita. Aku akan pergi.” Kata Sam sambil melepaskan pelukannya. Ellena belum mengerti maksud perkataan Sam, tiba-tiba Sam menyerahkan sepucuk surat kepada Ellena.
“Apa ini, Sam?” tanya Ellena.
“Jangan kau buka. Bukalah saat aku benar-benar telah menghilang, dan kau tak mampu lagi menemukanku di manapun. Tapi aku ingin, kau jangan menangis saat membaca surat ini. Selamat tinggal… Sayang.” Jawab Sam sambil berlalu pergi.
Sam pun melangkah pergi, meninggalkan Ellena yang masih berdiri dengan beribu tanya di kepalanya. Tanya tentang surat pemberian Sam, ucapan perpisahan Sam, dan masih banyak lagi semua tentang Sam. Namun di balik itu semua, hati Ellena sedikit tenang karena tahu bahwa Sam masih menyayanginya. Matanya masih dengan setia melihat dan memperhatikan tubuh Sam yang secara perlahan menghilang di balik kaki langit.
Sam melangkah tanpa arah. Di wajahnya tersirat secuil senyuman. Bukan lagi senyuman getir, tapi sebuah senyuman bahagia yang muncul dari dalam harinya. Secara perlahan, langkahnya mulai melambat. Pandangannya mulai kabur. Telinganya tak mampu lagi mendengar hiruk pikuk yang ada di sekelilingnya. Peluh dingin mulai mengalir dari tubuhnya. Sejenak kemudian, tubuhnya tumbang. Sam tak sadarkan diri.

To be continued…

Silakan kasih komentarnya di kotak komentar. Bebas tapi sopan. Gak bakal kena tabok kok.. XD
Share: