Title : Cerita Tentang Kita
Author : Nur Rochman
Genre : Life, Romantis, Family
Cerita Tentang Kita | Sebuah Awal, CHAPTER – 2
Emily,
Liana, dan Gea sudah duduk kembali di dalam hall untuk bersiap
mengikuti lanjutan acara penyambutan mahasiswa baru. Namun pikiran
mereka masih tertuju pada Alea yang sekarang sedang tidak bersama
mereka. Di dalam hall, begitu riuh dengan suara percakapan para
mahasiswa baru.
“Selamat
siang teman-teman.” Suara seorang di atas panggung mengubah suasana
ruang hall menjadi begitu hening. Seorang cowok berwajah tampan yang
menenteng gitar berdiri di atas panggung hall.
“Nah, itu dia artis kita dateng.” Kata Tara. Kenzo hanya tersenyum melihat kehadiran Wayan yang tidak disangka-sangka.
“Oke,
kenalin nama gue Wayan Svastika. Kalian bisa panggil gue Wayan. Di
sini, gue bakal mencoba menghibur kalian teman-teman mahasiswa baru
dengan beberapa lagu. Semuanya setuju?” Kata Wayan diikuti riuh tepuk
tangan para mahasiswa baru terutama para cewek.
Wayan
pun mulai memetik senar-senar gitarnya dan menyanyikan sebuah lagu.
Suasana hall kembali hening, hanya terdengar suara Wayan diikuti alunan
gitarnya yang seolah menyihir seisi hall.
“Bener-bener Voice of God.” Kata Kenzo. Tara mengangguk tanda setuju pada Kenzo.
***
“Alea.” Kata Evan pelan.
“Iya kak.” Jawab Alea.
“Kamu udah gak papa?” tanya Evan.
“I..iya
kak. Udah gakpapa kok.” Jawab Alea sedikit canggung karena dia tidak
terbiasa berduaan dengan seorang cowok selain papa dan kakaknya, Kenzo.
“Emm.. Alea, boleh tanya sesuatu gak?”
“Apa itu kak?”
“Kenapa kamu tadi nangis histeris?” tanya Evan. Alea terdiam sejenak. Wajahnya berubah murung.
“Eh, kalo kamu gak mau jawab, gakpapa kok. Aku...” belum sempat Evan menyelesaikan kata-katanya, Alea langsung berbicara.
“Aku
takut darah kak. Semuanya bermula waktu aku masih kecil. Waktu itu aku
sama kak Kenzo lagi main kejar-kejaran. Karena masih kecil, aku gak tahu
kalo ternyata aku lari ke jalan raya. Pas ada mobil yang hampir nabrak
aku, tiba-tiba kak Kenzo ngedorong aku sampe jatuh. Kak Kenzo yang
ketabrak. Dan kepalanya...” Alea tak melanjutkan kata-katanya. Kedua
tangannya menutupi wajahnya yang sembab karena kembali menangis.
“Udah Alea, jangan diterusin.” Kata Evan menenangkan Alea. Tiba-tiba Alea memeluk Evan.
“Kak Evan, tolong jagain kak Kenzo buat aku ya.” Kata Alea.
“I..Iya Alea, ta..tapi.” kata Evan terbata-bata. Alea baru sadar kalau dia memeluk Evan.
“Eh, ma..maaf kak.” Kata Alea buru-buru mundur dari Evan. Wajah mereka bersemu merah.
***
“Jrenggg.” Wayan selesai menyanyikan sebuah lagu. Suasana masih hening. Kemudian tepuk tangan mulai muncul.
“Terimakasih.”
Kata Wayan sambil membungkukkan badan kemudian berjalan menuruni
panggung. Pembawa acara pun kembali memandu jalannya acara hingga
selesai. Sesampainya di belakang panggung, Wayan sudah disambut Kenzo
dan Tara.
“Selalu bisa menyihir pendengar loe.” Kata Tara memuji Wayan.
“Alah, loe bisa aja bro. Sorry ya gue telat.” Kata Wayan.
“Iya, gakpapa. Yang penting loe bisa dateng trus berhasil nyihir seisi hall.” Kata Kenzo.
“Haha. Loe bisa aja deh Kenzo.”
“Eh, gue ke klinik dulu ya.” Kata Kenzo. Tara mengangguk.
“Klinik? Ngapain woy?!” tanya Wayan.
“Datengin adik gue.” Kata Kenzo sambil berlalu. Wayan bingung. Tara hanya tersenyum melihat kebingungan di wajah Wayan.
Kenzo
berjalan sendirian keluar hall. Di depan hall, dia duduk merenung.
Kenzo teringat pada kejadian yang menimpa Alea tadi. Dia memegangi
kepalanya.
“Alea.. apa kamu masih dihantui trauma itu..” pikir Kenzo.
“Hai Kenzo.” Ve yang tiba-tiba muncul membuyarkan lamunan Kenzo.
“Kok sendirian? Tara sama Evan mana?” tanya Ve.
“Ve.” Kata Kenzo dengan nada tegas.
“Iya?”
“Gue
peringatin ke loe. Jangan pernah ganggu atau sentuh Alea, atau loe
bakal berhadapan sama gue. Ngerti loe?” kata Kenzo kemudian pergi.
Ve
kaget mendengar kata-kata Kenzo tadi. Dia masih heran kenapa Kenzo bisa
tiba-tiba begitu dekat dengan Alea, seorang mahasiswa yang baru saja
masuk. Padahal selama ini yang dia tahu Kenzo gak pernah dekat dengan
cewek. Rasa kesalnya pada Alea pun semakin besar.
Di
depan klinik, Kenzo tak langsung masuk. Dia mendengar percakapan Alea
dan Evan yang terdengar begitu hangat dan menyenangkan. Kenzo tersenyum,
kemudian masuk.
“Eh, loe Kenzo.” Kata Evan menyambut kedatangan Kenzo.
“Kakaaak.” Kata Alea yang kemudian berhambur memeluk kakak tersayangnya itu. “Kakak ke mana aja? Kakak gak kenapa-kenapa kan?”
“Alea sayang, kakak tadi kan di hall. Ini, sekarang udah di sini.” Kata Kenzo sambil tersenyum. Alea tertunduk, wajahnya murung.
“Ih, senyum dong, jangan manyun gitu. Nanti cantik ilang lho.” Kata Kenzo menggoda Alea. Alea pun mencubit hidung Kenzo.
“Aaaawww!!” Evan dan Alea tertawa melihat Kenzo kesakitan memegangi hidungnya.
“Van, makasih ya udah mau jagain Alea. Gue ajak dia makan dulu ya.” Kata Kenzo ke Evan.
“Iya
bro, sama-sama.” Kata Evan. Kenzo mengajak Alea keluar klinik. Evan dan
Alea sempat saling curi pandang dan melempar senyum. Kenzo yang
mengetahuinya hanya tersenyum.
Kenzo
dan Alea berjalan berdampingan menuju kantin. Alea mengandeng tangan
kakaknya dengan erat. Yang tidak tahu, pasti akan mengira kalau mereka
adalah sepasang kekasih. Sesampainya di kantin, Kenzo memesan makanan
dan minuman untuk mereka berdua. Kemudian mereka duduk.
“Kakak.” Kata Alea.
“Iya Al. Ada apa?” tanya Kenzo.
“Kakak jangan jauh-jauh dari Alea. Alea gak mau jauh dari kakak lagi kayak pas Alea di Jepang.” Kata Alea.
“Iya
sayang. Kakak janji, gak akan jauh-jauh dari Alea.” Kata Kenzo
menenangkan Alea. Makanan dan minuman pesanan mereka sudah datang.
Mereka pun segera menyantapnya.
“Al, kak Evan menurut kamu orangnya gimana?” tanya Kenzo tiba-tiba. Hampir Alea tersedak.
“Orangnya baik kak. Juga pinter ngelawak.” Kata Alea malu-malu.
“Kamu suka ya sama kak Evan? Dia masih single loe.” Goda Kenzo.
“Ih, kakakku kok sok tau sih.” Kata Alea sambil mencubit hidung Kenzo dengan gemas.
Saat
asyik bersenda gurau, mereka tidak sadar kalau ada Ve yang dari tempat
lain sedang memperhatikan mereka. Hatinya begitu panas melihat kemesraan
Kenzo dan Alea. Pikirannya tak bisa berpikir jernih. Yang dia pikirkan
hanyalah bagaimana cara memberikan pelajaran kepada Alea karena sudah
berani mendekati Kenzo, cowok yang dia sukai.
***
Pukul
3 sore, acara sudah selesai. Seluruh mahasiswa baru dan juga para
panitia bergegas meninggalkan pulang. Kenzo dan Alea pun sedang bersiap
untuk pulang. Saat sedang akan menyalakan motor, Kenzo tersadar kalau
ada sesuatu yang hilang. Kunci motornya.
“Yah, kuncinya gak ada Al.” Kata Kenzo.
“Aduh, penyakit teledornya kakak nih. Yaudah, yuk dicari dulu” kata Alea.
Kenzo
dan Alea pun menyusuri sepanjang jalan dari tempat parkir ke hall.
Mereka hampir putus asa karena tidak segera menemukannya. Kemudian Alea
pun berhasil melihatnya.
“Kak, itu kak!” teriak Alea.
“Mana?” tanya Kenzo.
“Itu.”
Kata Alea sambil menunjuk ke arah kunci motor yang ada di tengah jalan
masuk kampus. Saat Kenzo hendak mengambilnya, Alea mencegahnya.
“Udah,
biar aku aja yang ambilin kak.” Kata Alea kemudian berlari untuk
mengambil kunci tersebut. Alea segera mengambil kunci motor Kenzo, tapi
tiba-tiba dari belakang muncul mobil yang meluncur hendak menabrak Alea.
Kenzo menyadarinya, kemudian berlari mendorong tubuh Alea hingga
terjatuh. Kenzo terlambat menghindar hingga akhirnya dia tertabrak dan
jatuh dengan darah yang keluar dari tubuhnya. Sebelum kehilangan
kesadaran, Kenzo melihat siapa yang ada di balik kemudi itu : Ve!
“Kakaaak!!!!”
Alea yang melihat kejadian itu langsung berteriak dan berlari
menghampiri Kenzo. Ve langsung mengemudikan mobilnya menjauh dari tempat
itu. Alea berusaha membangunkan kakaknya yang terkapar penuh darah.
Melihat darah yang begitu banyak di tubuh Kenzo, tubuh Alea bergetar.
Dia berteriak histeris.
Teriakan
Alea ternyata terdengar oleh Evan, Tara, dan Wayan yang ternyata belum
pulang. Mereka segera menolong Kenzo dan membawanya ke rumah sakit serta
membantu Alea untuk menenangkan diri. Alea masih menangis, wajahnya
sangat pucat. Kedua tangannya masih penuh dengan darah Kenzo. Tak
henti-hentinya dia memanggil nama Kenzo yang tak sadarkan diri.
bersambung.........
Next chapter, segera.. b^^d