Tampilkan postingan dengan label Cerita Tentang Kita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerita Tentang Kita. Tampilkan semua postingan

Cerita Tentang Kita | CHAPTER - 10, 'Sayonara..'


Title : Cerita Tentang Kita
Author : Nur Rochman | @NVRstepback
Genre : Life, Romantis, Family

Kepergian Kenzo, dan ikatan yang disebut keluarga dan cinta.. Sedih sebenernya kalo harus nyampe sini aja..


Final CHAPTER, 'Sayonara..'

“Papa?” tanya Alea. Kenzo mengangguk. Dengan perlahan, dibukanya kotak itu. Isinya sebuah foto yang nampaknya telah disimpan cukup lama karena warnanya nampak sedikit memudar. Di foto itu terlihat sosok Alea kecil yang masih TK, sedang digendong oleh Papa. Tiba-tiba Alea memeluk Kenzo yang berdiri di depannya. Kenzo dapat mendengar suara lirih Alea yang sedang menangis.
“Ada apa Al?” tanya Kenzo lembut sambil melepas pelukan Alea.
“Alea kangen sama Papa kak.” Jawab Alea lirih di sela-sela isak tangisnya.
“Papa lagi sakit Al. Makanya Papa gak bisa dateng buat Alea.” Kata Kenzo. Alea berusaha mengusap air matanya.
“Sakit apa kak?” tanya Alea.
“Demam biasa aja kok sayang. Mama yang cerita. Eng..” Kenzo ragu melanjutkan kata-katanya.
“Ada apa kak?” tanya Alea.
“Kakak harus ke Jepang buat bantuin Papa di sana Al.” kata Kenzo dengan nada berat. Alea tak berkata apa-apa. Dia menunduk berusaha menyembunyikan air matanya.
“Kenapa kak? Kenapa kakak ninggalin Alea? Kalo Kakak sama Mama ke Jepang, Alea di sini sama siapa?” tanya Alea.
“Alea sayang. Yang ke sana cuma kakak. Mama bakal di sini nemenin Alea.” Jawab Kenzo. Mendengar jawaban Kenzo, Alea pun dapat menerima meskipun sedikit berat.
“Kak Kenzo mau pergi?” tanya Emily yang tiba-tiba muncul dari belakang Kenzo.
“Eh. Eng. I..iya Emily. Papaku butuh aku di sana.” Jawab Kenzo sedikit gugup.
Suasana hening. Alea menarik tangan Kenzo dan Emily, kemudian menyatukannya. Kenzo dan Emily pun kaget dengan apa yang dilakukan Alea.
“Kakak, sebelum kak Kenzo pergi, kakak harus jujur sama perasaan kakak. Perasaan kakak ke Emily. Begitu pula sebaliknya.” Kata Alea. Hal ini membuat Kenzo dan juga Emily terhenyak. Tiba-tiba muncul Evan diikuti Tara, dan Rara. Dan orang yang paling shock melihat pemandangan ini adalah, Rara. Akhirnya, Kenzo pun menarik nafas panjang. Kemudian mulai berbicara.
“Mily, apa yang bikin aku gak berani ngungkapin perasaanku adalah sebuah kejadian di masa lalu yang membuatku kehilangan keinginan untuk mencintai. Rasa sakit karena sesuatu yang orang sebut ‘rasa cinta’.” Kata Kenzo mengawali. Hal ini membuat Evan dan Tara kaget. Mereka berdua pun saling pandang. Masa lalu?
“Kenzo..” kata Evan. Kenzo menoleh ke arah Evan kemudian tersenyum.
“Ingatanku udah pulih Van. Aku udah inget semuanya dengan jelas.” Kata Kenzo.
“Tapi.. Sejak kapan?” tanya Evan.
“Setelah keluar dari rumah sakit. Ingatanku berangsur pulih seperti sedia kala. Lukisan itu, hujan deras. Dan semua tentang Rara. Aku inget semuanya. Gakpapa. Anggap semua itu sebagai masa lalu dan pelajaran buat kita.” Jawab Kenzo panjang lebar. Evan dan Tara pun tersenyum mengetahui kebesaran hati Kenzo. Rara yang tak mampu menahan perasaannya pun menangis dan kemudian memilih pergi.
“Mily, aku gak ingin kamu terbutakan oleh perasaan ini. Jujur, aku menemukan lagi rasa cinta dalam diriku setelah ketemu kamu. Tapi aku gak ingin kasih kamu janji-janji yang tinggi sedangkan aku belum mampu wujudkan.” Kata Kenzo ke Emily.
“Kak, aku akan nunggu kakak kembali ke sini lagi. Aku akan jaga perasaanku ke kakak.” Kata Emily. Kenzo dan Emiy pun saling berpandangan dan tersenyum satu sama lain. Ciuman hangat mendarat di kening Emily. Semua yang ada di situ pun tertegun melihatnya, Emily pun sampai tak berani bergerak.
“Ehem. Kenzo udah nih Van. Sekarang giliran loe.” Kata Tara sambil menyenggol Evan yang dari tadi bengong.
“Apa-apaan sih loe kunyuk.” Kata Evan. Kenzo, Tara, dan Emily pun tersenyum melihat ekspresi Evan.
“Van, tolong jagain Alea.” Kata Kenzo. Evan menoleh ke arah Kenzo. Kenzo pun tersenyum dan mengangguk. Tapi Evan masih tampak malu-malu untuk mendekati Alea yang berdiri di samping Emily.
“Nunggu apaan lagi sih loe Van? Udah peluk aja gak usah malu-malu. Entar gue embat duluan lho. Haha.” Kata Tara kemudian berlari menjauh.
“Kunyuuuk!! Ke sini loe!!” teriak Evan berlari mengejar Tara. Hal itu pun membuat Kenzo, Emily, dan Alea tertawa terbahak.
***
Mentari hari ini tampak cerah bersinar. Awan tipis menggantung di langit dengan anggun. Entah kenapa, jalanan tampak begitu lengang sehingga mobil Mama dapat berjalan dengan lancar hingga bandara. Hari ini adalah hari di mana Kenzo akan berangkat ke Jepang. Mama, Alea, Emily, dan Evan mengantar Kenzo hingga ke bandara. Suasana tampak sunyi. Hanya alunan music mp3 dari player yang memenuhi seisi mobil. Tak ada satupun suara yang keluar dari mulut mereka. Hingga tiba di bandara.
“Ma, Kenzo berangkat dulu.” Kata Kenzo berpamitan kepada Mama, kemudian mencium tangan beliau dan memeluknya.
“Emily.” Panggil Kenzo ke Emily yang hanya tertunduk. Dengan gugup, Emily menengadahkan kepalanya.
“Iya kak Kenzo.” Jawab Emily. Kenzo langsung memeluknya. Emily pun memeluk tubuh Kenzo dan tersenyum. Ada bulir air mata yang tertahan di ujung matanya.
“Van. Tolong janji ke gue, loe bakal jagain Alea sampai gue balik ke sini lagi.” Kata Kenzo ke Evan sambil memegang kedua pundak Evan. Evan pun mengangguk dengan mantap.
“Kenzo, loe bisa pegang janji gue.” Kata Evan kemudian menjabat tangan Kenzo. Kenzo pun tersenyum. Dia kemudian berhadapan dengan Alea.
“Alea.” Kata Kenzo sambil membungkukkan badannya. Dia ingin melihat wajah adik yang sangat dia sayangi itu sebelum berangkat. Tapi Alea memalingkan wajahnya. Dengan segera, Kenzo membalik badan Alea. Tampak air mata Alea yang mengalir begitu deras. Tanpa terasa, air mata Kenzo pun ikut mengalir.
“Kakak!” Teriak Alea sambil memeluk Kenzo hingga Kenzo hampir saja terjatuh.
“Kakak gak akan lama Al.” kata Kenzo berusaha membesarkan hati Alea. Pelukan Alea makin erat.
“Janji?” tanya Alea.
“Janji.” Jawab Kenzo. Alea pun melepaskan pelukannya. Tiba-tiba Kenzo menyerahkan sesuatu kepada Alea. Sebuah surat. Saat Alea akan membukanya, Kenzo melarang.
“Kenapa kak?” tanya Alea heran.
“Buka kalo Alea udah gak bisa nahan kangen Alea ke kakak ya.” Jawab Kenzo. Alea pun mengangguk pelan. Dengan langkah berat, Kenzo mulai berjalan pergi.
Lambaian tangan terakhir Kenzo, menandai kepergiannya. Mama dan Evan tersenyum. Alea dan Emily berpelukan, berusaha saling menguatkan hati melihat orang yang begitu berharga bagi mereka akan pergi untuk waktu yang lama. Alea menggenggam erat surat pemberian Kenzo dan berjanji akan menyimpannya.
Kini Alea harus bisa berjalan tanpa Kenzo. Meskipun ada Evan dan Emily yang selalu ada untuknya, namun sosok Kenzo yang begitu hangat dan sangat berarti di hidupnya tak akan pernah dia lupakan. Seorang kakak yang selalu menjadi sinar fajar yang begitu hangat di kala dia terjebak dingin malam. Seorang kakak yang seperti sapu tangan, selalu menyeka keringatnya ketika lelah dan menghapus air matanya ketika sedih. Seorang kakak yang selalu dia rindukan, selalu dia nantikan kepulangannya, untuk dapat berkumpul lagi, menemaninya, menuntunnya, mengajarinya... apa arti hidup ini.


~ selesai ? ~

Selesaikah? Tapi kayaknya gak asik deh kalo perjuangannya Kenzo gak dicritain.. Tapi.. Pembacanya sendiri gimana nih.. Udah bosen belum yak?? Kasih komentarnya dong... ^^.
Share:

Cerita Tentang Kita | CHAPTER - 9, 'The Memory, The Path, The Truth..'

Title : Cerita Tentang Kita
Author : Nur Rochman | @NVRstepback
Genre : Life, Romantis, Family

Chapter sebelumnya, ada konflik antara Evan dan Rara tentang masa lalu Kenzo dan Rara. Lho.. Kenzo sama Rara? Tapi masa lalu yang mana? Pengen tahu? Cekibrott!! ^^.


CHAPTER - 9, 'The Truth'

**flashback**
Kenzo sedang sibuk membuat lukisan dari foto Rara yang dia pegang. Di sampingnya, ada Evan yang sabar menemani Kenzo menyelesaikan lukisannya.
“Sob. Loe yakin mau kasihin lukisan ini ke Rara?” tanya Evan ragu-ragu.
“Yakinlah sob. Soalnya cuma ini yang gue punya. Gue di sini kan hidup sendiri, duit dari ortu harus gue atur bener-bener buat kebutuhan gue. Dan gue yakin, Rara pasti suka sama lukisan ini.” Jawab Kenzo yang masih sibuk menggoreskan kuasnya ke kanvas. Evan hanya tersenyum melihat sahabat terbaiknya itu dengan tulus menyelesaikan lukisan itu. Namun Evan merasa kasihan karena Kenzo tampak begitu pucat karena telat makan.
“Kenzo, Evan. Berangkat jam berapa nih?” tanya Tara yang tiba-tiba nyelonong masuk.
“Elo Tar. Permisi dulu kenapa? Jangan asal nyelonong gitu.” Kata Evan memarahi Tara.
“Sori Van. Soalnya udah jam 7 nih. Kan pesta ulang tahunnya si Rara udah mulai.” Kata Tara menjelaskan.
“Yuk berangkat. Lukisannya udah selesai.” Kata Kenzo mantap. Dia sudah menenteng lukisan yang tertutup kain putih. Dengan mobil Tara, mereka bergegas meluncur ke tempat pesta Rara.
Sesampainya di sana, suasana tampak ramai. Begitu banyak teman Rara yang diundang. Dengan segera, Kenzo ditemani Evan dan Tara pun bergegas masuk. Dengan hati-hati, Kenzo membawa lukisannya. Dia menoleh ke sana ke mari mencari di mana Rara berada. Karena tak kunjung ketemu, Kenzo pun bertanya ke salah seorang tamu.
“Rara di mana ya?” tanya Kenzo ke salah seorang tamu.
“Oh, Rara kayaknya lagi di kolam renang belakang tadi.” Jawab Tamu itu. Kenzo pun bergegas mengajak Evan dan Tara ke sana.
“Evan, Tara. Yuk.” Ajak Kenzo bersemangat. Evan tampak kasihan melihat semangat yang dibalut tubuh lemah dan wajah pucat Kenzo. Mereka bertiga berjalan menuju ke kolam renang yang berada di halaman belakang rumah Rara. Tapi langkah kaki Kenzo mendadak terhenti, tubuhnya bergetar hebat. Evan dan Tara pun ikut menghentikan langkah mereka.
“Kok berhenti Zo?” tanya Tara ke Kenzo.
“Iya sob. Kok mendadak berhenti kenapa?” Evan juga bertanya ke arah Kenzo. Tapi Kenzo tidak menjawab.
Mulut Kenzo terkunci melihat pemandangan yang ada di depan matanya saat ini. Tara dan Evan yang mengetahui hal itu pun ikut memandang ke arah pandangan Kenzo. Mereka pun juga terkejut. Tara ikut-ikut berdiri mematung. Mereka melihat Rara sedang berciuman dengan sangat mesra dengan seorang lelaki. Tak lama, Rara pun menyadari kehadiran Kenzo-Evan-Tara. Dia pun nampak gugup.
“Eh, Kenzo.” Kata Rara sambil merapikan rambut dan bajunya. Kenzo tersenyum kecut. Lukisan yang daritadi dia pegang dia letakkan begitu saja. Kemudian dengan langkah gontai, dia pergi meninggalkan tempat itu.
“Kenzo. Tunggu!” teriak Tara berlari mengikuti Kenzo.
“Keterlaluan loe Ra! Mainin perasaan tulus Kenzo! Dasar cewek murahan! Loe gak pantes nerima apapun dari Kenzo!” kata Evan penuh amarah. Evan kemudian berlari mengejar Kenzo dan Tara.
Rara kebingungan karena dia tertangkap basah oleh kedua mata Kenzo. Dilihatnya lukisan Kenzo yang tergeletak dan masih tertutup kain putih. Setelah disingkapkan, nampaklah lukisan wajahnya yang begitu cantik. Goresan kuas Kenzo yang begitu tulus, yang kini hanya tergeletak begitu saja. Tak lagi punya arti. Rara pun bergegas mengejar Kenzo.
Sesampainya di luar rumah Rara, Tara berhenti sejenak mengatur nafasnya. Tapi dilihatnya Kenzo yang nampak terus berjalan tanpa arah, melangkah menuju jalan raya yang ramai. Apalagi mendadak hujan turun dengan deras.
“Kenzo!!” teriak Tara melihat tubuh Kenzo terhempas setelah dihantam mobil yang melaju. Evan yang baru bisa menyusul Tara, kemudian berlari diikuti Tara ke tempat Kenzo terjatuh.
“Kenzo! Kenzoo!!!” teriak Evan kebingungan. Dari belakang, muncul Rara yang kemudian jatuh terduduk melihat kondisi Kenzo.
***
Kenzo duduk di beranda rumahnya sambil memegangi kuas lukis. Benda yang tak pernah lagi dia gunakan semenjak dia memutuskan untuk konsentrasi ke kuliahnya, dan fokus ke cita-citanya mengikuti jejak Papa sebagai seorang System Analyst. Tiba-tiba pikirannya kembali melayang memikirkan Rara yang dulu dia kagumi. Seseorang yang dulu membuatnya kehilangan semua logika dan meruntuhkan rasionalitasnya. Kemudian bayangan Rara itu tiba-tiba kabur dan mendadak berubah menjadi bayangan sosok Emily yang sederhana dan begitu bertolak belakang dengan Rara.
“Emily. Anaknya lucu, baik, sederhana. Tapi cantik, senyumnya juga manis.” Kata Kenzo.
“Hayo. Emily siapa?” tanya Mama yang tiba-tiba muncul kemudian duduk di samping Kenzo.
“Eh, Mama. Apaan sih.” Kata Kenzo gelagapan berusaha menyembunyikan rasa malunya. Mama hanya tersenyum.
“Kenzo, yang tadi kamu suruh nganterin Alea itu siapa? Pacarnya Alea?” tanya Mama.
“Bukan. Namanya Evan Ma, temen Kenzo di kampus Ma. Orangnya baik dan Kenzo percaya dia bisa ngejagain Alea.” Jawab Kenzo.
“Tapi kayaknya cocok deh sama Alea.” Kata Mama. Kenzo mengangguk tanda setuju.
“Haha. Mama bisa aja deh.” Kata Kenzo.
“Malam ini, malam terakhir makrab. Berarti besok pagi Alea udah pulang ya?” Tanya Mama ke Kenzo.
“Iya Ma. Mama sih, gak jadi dateng ke tempat makrab buat kasih kejutan buat Alea.” Kata Kenzo.
“Kenzo, bisa baikan lagi sama Alea waktu itu udah cukup. Mama udah seneng.” Kata Mama sambil tersenyum. Kenzo memandang senyum Mamanya yang menggambarkan kebahagiaan.
“Iya Ma. Kenzo juga seneng, karena Alea bisa berangkat dengan perasaan bahagia setelah dapet hadiah terindah, yaitu Mama pulang.” Kata Kenzo sambil tersenyum.
“Kenzo, ada yang mau Mama omongin sama kamu.” Kata Mama dengan nada serius.
“Ada apa Ma?” tanya Kenzo penasaran.
“Gini, ini tentang Papa. Alasan kenapa Papa gak ikut pulang. Dan alasan sebenarnya kenapa Mama pulang ke sini.” Jawab Mama.
***
Apel sore baru saja selesai dilaksanakan. Malam harinya, karena merupakan malam makrab terakhir, akan diadakan acara pensi sebagai acara penutup dan masing-masing kelompok diharuskan menampilkan satu atraksi hiburan. Kelompok Alea masih kebingungan menentukan hiburan apa yang akan mereka tampilkan.
“Eng, temen-temen. Ada yang punya usul gak mau nampilin apa?” tanya Tika di rapat kelompok.
“Aduh, gue gak tau deh. Kalo soal gituan gue nyerah.” Jawab Wisnu. Gian, Mars, serta Venus juga buntu dan tak memiliki ide.
“Kalo nyanyi aja gimana?” Nissa pun memberikan usul.
“Terus, yang nyanyi siapa?” tanya Emily. Nissa hanya nyengir karena dia juga bingung harus menentukan siapa yang akan tampil.
“Gue aja deh.” Celetuk Liana tiba-tiba. Semuanya pun kaget.
“Beneran Li?” tanya Alea. Dengan mantap, Liana pun mengangguk. Tak berapa lama, Gea datang dengan membawakan sebuah gitar.
“Itu, gitar siapa?” tanya Mars.
“Gitar gue lah. Emang punya siapa.” Jawab Liana cuek. Liana pun kemudian duduk dan mulai memainkan gitarnya. Disusul dengan bait demi bait lirik lagu dia nyanyikan hingga selesai. Semua yang daritadi mendengarkan Liana menyanyi pun hanya bisa melongo karena dibuat kagum oleh permainan dari Liana.
“Keren.” Kata Emily. Liana pun hanya tersenyum malu. Gea, diikuti Alea dan yang lainnya pun bertepuk tangan untuk Liana.
***
Acara pensi dimulai. Dimulai dengan penampilan Wayan yang mengundang decak kagum, disusul dengan satu persatu penampilan dari masing-masing kelompok mahasiswa baru. Dan akhirnya tiba giliran kelompok Alea. Dengan perlahan, Liana maju ke atas panggung dengan menenteng gitarnya.
“Eh Tar. Bukannya itu temennya Alea yang galak itu kan?” tanya Wayan kepada Tara.
“Iya. Liana namanya.” Jawab Tara.
“Oh. Liana.” Kata Wayan.
“Evan di mana sih Yan?” tanya Tara.
“Gak tau gue. Di depan kali lagi cari angin.” Jawab Wayan sekenanya. Tara pun pergi keluar mencari Evan. Sedangkan Wayan tetap duduk di tempatnya dan melanjutkan acara pensi.
“Kenalin, nama gue Merliana Melodi, biasa dipanggil Liana. Gue mahasiswa sastra dan di sini gue mau nyanyiin sebuah lagu dari Peterpan, Semua Tentang Kita.” Kata Liana memperkenalkan diri. Kemudian jemari Liana mulai memainkan senar gitar dengan terampil. Menciptakan alunan melodi yang begitu indah.
Liana pun mulai bernyanyi. Denting dawai gitarnya yang mengalun bersahut-sahutan mengiringi suara Liana yang begitu merdu. Seluruh ruangan pun dibuat takjub. Tiba-tiba ada suara gitar lain yang ikut terdengar. Permainan yang berbeda, namun alunan nadanya begitu padu dengan permainan Liana. Permainan gitar dari… Wayan dan dia pun ikut bernyanyi di samping Liana. Seluruh penonton pun bersorak. Liana tersenyum kepada Wayan, begitu pula sebaliknya. Mereka berduet dan berhasil menghipnotis penonton untuk ikut bernyanyi.
***
Tara masih sibuk mencari Evan. Di tengah jalan, dia bertemu Rara dan mereka berdua pun berjalan bersama mencari Evan.
“Tar. Itu Kenzo kan?” tanya Rara ke Tara sambil menunjuk. Tara pun melihat ke arah yang ditunjuk Rara.
“Iya bener. Ada Evan juga. Eh, itu sama siapa?” kata Tara.Tara diikuti Rara pun mendekat ke tempat Evan yang sedang berbincang dengan Kenzo dan Mamanya.
“Jadi gitu Van. Gue pengen loe mau ngejagain Alea buat gue.” Kata Kenzo.
“Iya nak Evan. Tante percaya, kamu bisa ngejagain Alea selama Kenzo pergi.” Kata Mama Kenzo. Evan pun mengangguk tanda setuju.
“Terus, Kenzo mau pergi berapa lama tante?” tanya Evan.
“Mungkin setengah tahun.” Jawab Mama Kenzo.
“Berarti loe gak bisa lulus tahun depan dong Zo?” tanya Evan.
“Ya, mau gimana lagi Van. Gue harus ambil cuti kuliah. Kasian Papa gue.” Jawab Kenzo.
“Yaudah. Mama ke mobil dulu ya. Kamu terusin dulu ngobrolnya.” Kata Mama Kenzo kemudian meninggalkan Kenzo dan Evan.
“Evan, Kenzo.” Panggil Tara dengan nafas ngos-ngosan karena berlari. Di belakang Tara, ada Rara yang tak berani menyapa Kenzo karena mendapat tatapan tajam dari Evan.
“Loe Tar. Alea di mana?” tanya Kenzo.
“Masih di dalem, ikut acara pensi.” Jawab Tara. Kenzo melempar senyum ke arah Rara.
“Hai Ra.” Sapa Kenzo.
“H..hai.. Kenzo.” Jawab Rara terbata-bata.
“Guys, ke tempat pensi yuk.” Ajak Kenzo. Mereka pun ke gedung hall untuk menonton acara pensi.
Sesampainya di sana, Liana dan Wayan baru saja selesai menyanyikan lagu kedua. Diikuti sorak dan tepuk tangan mahasiswa baru peserta makrab yang lain. Di antara para peserta makrab itu, pandangan Kenzo langsung tertuju ke arah Alea dan Emily yang tampak begitu senang.
“Suara loe keren. Permainan gitar loe juga bagus.” Puji Wayan ke Liana.
“Biasa aja kali kak. Kak Wayan lebih jago deh kayaknya.” Kata Liana membalas pujian Wayan.
“Eitss.. Ada yang abis duet nih.” Kata Tara tiba-tiba yang membuat Wayan dan Liana salah tingkah. Satu jitakan dari Liana pun melayang ke kepala Tara.
Kenzo, Evan, Wayan, Liana, dan Rara pun tertawa melihat Tara memegangi kepalanya yang kesakitan. Kenzo pun menyingkir dari situ dan berjalan ke arah Alea. Mengajak Alea keluar.
“Emily, pinjem Aleanya bentar ya.” Kata Kenzo ke Emily sambil tersenyum. Emily yang gugup tak mampu berkata apa-apa dan hanya mengangguk pelan. Kenzo pun mengajak Alea keluar dan kemudian mereka berdua ngobrol.
“Kakak.” Panggil Alea.
“Iya Al. ada apa?” tanya Kenzo.
“Kok kakak ke sini? Kan harusnya istirahat. Malem-malem naik motor.” Kata Alea sambil manyun.
“Alea. Kakak ke sini pake mobil, bareng Mama.” Kata Kenzo menjelaskan.
“Terus, Mama?” tanya Alea.
“Mama di mobil.” Kata Kenzo. Kenzo kemudian menyodorkan sebuah kotak hadiah ke Alea.
“Dari papa.” Kata Kenzo pelan.

to be Continue... 

Bentar lagi bakal selesai nih.. Kayaknya.
Share:

Cerita Tentang Kita | CHAPTER - 8, 'A Gift, A Sorry'


Title : Cerita Tentang Kita
Author : Nur Rochman | @NVRstepback
Genre : Life, Romantis, Family

Oi! Oi! Oi! Chapter 8 nih.. Yuk mari dibacaa..... ^^.
 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwxmGUo-aEuQkTHUhrM0JjqL42dzzN3JqO8QvEIXilazoUuctAZLkNVla_1LFFCWlXztT6m086M65VKYKnsVof4pVbp2kGPfas9-8UnXHmud4qhFUCnfqLILDJwi0HsGYjq3ut8IqMnGB8/s1600/ebay_free20gifts_hadiah20percuma_014.jpg
CHAPTER - 8

Hari Jum’at tanggal 27 September. Hari seharusnya menjadi hari paling bahagia bagi Alea. Hari yang seharusnya penuh dengan keceriaan dan senyuman. Tapi pagi ini rumah itu nampak suram. Mama, Kenzo, dan Alea duduk untuk menyantap sarapan yang ada. Suasana begitu sunyi. Wajah murung Alea, raut penyesalan di wajah Mama, dan rona kesedihan yang tergambar di wajah Kenzo. Tak ada satu pun kata yang meluncur dari mulut mereka. Sesekali Kenzo mencoba bercanda, tapi tetap saja bercandaan Kenzo dilahap oleh kesunyian.
“Al, berangkat jam berapa?” tanya Kenzo ke Alea sekedar basa-basi. Alea tampak enggan untuk menjawabnya.
“Alea berangkat dulu.” Kata Alea kemudian bangkit dari duduknya dan meninggalkan Mama dan Kenzo. Air mata Mama pun tak terbendung. Kenzo yang tak tahan melihat Mamanya menangis pun segera berlari mengejar Alea. Untung saja Alea belum begitu jauh dari gerbang rumah.
“Al!! Alea!! Berhenti!!” teriak Kenzo sambil berlari. Alea yang mengetahuinya pun segera menghentikan langkahnya.
“Kamu kenapa sih Al?” tanya Kenzo sambil berusaha mengatur nafasnya. Alea menundukkan kepalanya. Begitu lama.
“Alea.” Panggil Kenzo sambil memegang kedua pundak Alea. Perlahan, Alea mengangkat kepalanya. Ternyata dia sedang menangis. Tanpa berkata apa-apa, Alea langsung memeluk Kenzo. Sebenarnya, Kenzo mengetahui semuanya tentang pertengkaran antara Alea dan Mama. Tapi dia berusaha menutupinya dengan pura-pura tidak tahu. Yang kini bisa dia lakukan adalah menenangkan Alea yang masih terus menangis.
“Alea nyesel kak.” Kata Alea sesenggukan.
“Ada apa sayang? Nyesel kenapa?” tanya Kenzo lembut kemudian melepaskan pelukan Alea.
“Se..semalam, Alea udah ngomong sesuatu yang bikin Mama marah.” Kata Alea lirih.
“Jadi Alea udah nyesel?” tanya Kenzo.
“I..iya kak. Tapi Alea takut kalo Mama masih marah.” Kata Alea dengan masih menangis. Mendengarnya, Kenzo pun lega karena sebenarnya tak ada yang memendam amarah.
“Alea. Mama tadi nangis lho. Kalo Alea nyesel, seharusnya minta maaf ke Mama.” Kata Kenzo menasehati Alea.
“Tapi Alea takut kak.” Kata Alea. Kenzo pun tersenyum.
“Gakpapa Alea. Percaya deh sama kakak. Yuk?” Ajak Kenzo.
“Ta..tapi kak…” kata-kata Alea langsung dipotong oleh Kenzo.
“Gakpapa Al. Mama pasti maafin kok. Yuk.” Ajak Kenzo. Akhirnya Alea menurutinya kemudian kembali masuk ke rumah.
***
Mama masih menangis di dalam kamar. Hatinya pedih seperti diiris sembilu. Ada rasa penyesalan yang begitu dalam karena telah begitu saja menampar putri yang paling beliau sayangi. Di samping Mama, ada sebuah kotak kecil berwarna merah muda dengan pita warna putih. Kotak yang sedianya akan diberikan kepada Alea sebagai kejutan. Tapi apa yang telah terjadi seolah membuat kotak itu tak berarti lagi. Mama pun keluar, berjalan perlahan ke ruang keluarga. Di sana beliau menatap foto keluarga yang terpajang. Foto yang diambil ketika Kenzo dan Alea masih duduk di bangku SMP, ketika Mama dan Papa belum pindah ke Jepang.
“Maafin Mama sayang.” Kata Mama lirih sambil menatap lekat-lekat ke wajah kecil Alea di foto itu. Tiba-tiba dari belakang ada yang memeluk Mama.
“Maafin Alea Ma.” Kata Alea pelan. Mama tak menjawab, kemudian melepas pelukan Alea.
“Sayang.” Kata Mama sambil membelai rambut Alea. Alea menunduk. Dia tak berani menatap Mamanya. Dengan perlahan, Mama memeluk erat Alea. Dengan penuh kasih sayang, beliau berbisik di telinga Alea, “Selamat ulang tahun sayang.”
Alea tak kuasa menahan perasaannya. Dia pun kemudian memeluk erat tubuh Mamanya kemudian menangis dengan keras. Tangis yang dulu sering didengar oleh Mama ketika Alea masih sangat kecil, kini tangis Alea kecil itu kembali terdengar. Sebuah nostalgia masa lalu yang begitu indah. Melihatnya, Kenzo pun tersenyum sambil menahan bulir air matanya terjatuh.
***
“Mily, Alea mana?” tanya Liana.
“Masih di jalan kali. Gue sms gak dibales.” Jawab Mily sambil mengecek hpnya.
“Yaudah kita kumpul ke kelompok dulu aja yuk.” Ajak Gea. Liana dan Emily pun setuju. Mereka bergegas berjalan ke arah teman-teman kelompok mereka yang sudah berkumpul.
“Eh, si Alea di mana? Kok gak ada?” tanya Wisnu menyambut kedatangan Emily, Gea, dan Liana.
“Dasar kepo loe.” Jawab Liana ketus.
“Ya ampun. Galak banget sih loe.” Kata Wisnu.
“Udah udah. Sekarang kita cek dulu perlengkapan kita.” Kata Gian menyudahi pertengkaran Wisnu dan Liana. Gian dibantu Tika pun segera melakukan cek ke perlengkapan kelompok.
Setelah semua perlengkapan dicek dan fix, mereka pun duduk sambil ngobrol-ngobrol ringan seputar kesan-kesan mereka di sini. Ada beberapa candaan yang sering keluar dari mulut Mars yang selalu bisa membuat mereka tertawa terbahak-bahak.
“Eh Mars. Loe kayaknya cocok deh jadi pelawak.” Kata Nissa mengomentari lawakan Mars.
“Biasa aja kali Sa. Gue kan sekedar ngomong doang.” Kata Mars merendah.
“Eh, itu Alea bukan?” tanya Wisnu tiba-tiba. Emily, Liana, dan Gea menengok ke arah yang ditunjuk Wisnu. Mereka pun melongo.
“Itu kan Alea sama kak Evan.” Kata Gea.
“Iya. Eh, emang mereka udah jadian ya Mily?” tanya Liana ke Emily.
“Gue juga gak tahu Li. Ntar aja kita tanya.” Jawab Emily.
“Maaf temen-temen aku telat.” Kata Alea menghampiri kelompoknya.
“Gakpapa, berangkatnya kan juga masih lama.” Kata Tika sambil tersenyum.
“Al, loe tadi kok bareng sama kak Evan?” tanya Liana ke Alea.
“Tadi kak Kenzo telpon kak Evan, minta jemput aku. Kak Kenzo kan gak ikut.” Jawab Alea sambil tersenyum.
“Kak Kenzo gak ikut beneran?” tanya Emily dengan nada lesu.
“Ciee… Yang galau gara-gara kak Kenzo gak ikut.” Goda Liana.
“Apaan sih loe Li.” Kata Emily menyembunyikan perasaannya. Alea dan Gea hanya tertawa melihat Liana sukses mengerjai Emily.
“Eh, Al. itu tadi pacar loe ya?” tanya Wisnu tiba-tiba dari belakang Alea.
“Apaan sih loe kepo. Mau tau aja.” Kata Liana tiba-tiba ke Wisnu.
“Udah-udah Li. Dia tadi, kak Evan, bukan pacarku kok.” Jawab Alea ramah.
“Bukannya ‘bukan’, tapi ‘belum’. Iya kan.” Celetuk Emily tiba-tiba. Alea tak menjawab, pipinya bersemu merah. Liana dan Gea tertawa. Wisnu pun hanya kebingungan melihat 4 sekawan itu begitu akrab satu sama lain.
***
Evan agak tergesa-gesa menuju ruang BEM untuk mengikuti briefing sebelum berangkat. Ada sebentuk senyuman di wajahnya, senyum yang bukan saja karena dia semakin dekat dengan Alea. Tapi Kenzo yang telah mempercayainya untuk menjaga Alea.
Sesampainya di ruangan BEM, para panitia tampak sudah berkumpul untuk mulai briefing. Evan pun segera duduk di depan dan memulai briefing selaku wakil ketua. Karena Kenzo, ketua panitia tidak bisa hadir. Dengan lancar, semua hal yang perlu dibahas di dalam rapat telah diselesaikan dengan baik. Panitia yang bertugas menjadi koordinator masing-masing kelompok pun segera keluar untuk memberikan instruksi lebih lanjut ke kelompok mahasiswa baru. Yang ada di dalam ruang BEM tinggal Evan, Tara, dan Rara.
“Lho. Ve mana nih? Dia kan sekretaris, kok gak ada?” tanya Evan.
“Loe belum denger kabar soal Ve  ya Van?” tanya balik Tara.
“Kabar soal Ve? Apaan sih?” tanya Evan yang makin kebingungan.
“Dia pindah kampus Van. Pas gue tanya alasannya kenapa, dia gak mau bilang. Dia cuma bilang, titip maaf buat Kenzo. Pas bilang gitu, raut wajahnya aneh banget. Kayak nyimpen sesuatu gitu.” Jawab Rara panjang lebar.
“Ve pindah? Maaf buat Kenzo? Maksudnya apaan Tar?” Evan pun tambah tidak mengerti.
“Gue juga gak tau sob maksudnya apaan. Nih si Rara yang gantiin posisinya Ve jadi sekretaris sekarang.” Kata Tara sambil menunjuk ke arah Rara. Rara tersenyum. Evan hanya menanggapinya dengan dingin.
“Eh Van. Kenzo mana? Kok gak ada?” tanya Rara tiba-tiba. Mendengar pertanyaan Rara tentang Kenzo, mendadak raut muka Evan berubah.
“Peduli apa loe sama Kenzo pake nanya-nanya segala.” Jawab Evan ketus. Tara hanya mendengus pelan mendengar apa yang dikatakan Evan.
“Maksud gue kan baik.” Kata Rara.
“Terserah loe deh Ra! Gue tau, loe mau jadi sekretaris cuma pengen deketin Kenzo aja. Emang sih, Kenzo udah maafin loe atas apa yang pernah loe lakuin ke dia. Tapi gue gak bisa Ra. Sikap loe ke Kenzo udah keterlaluan! Dia hampir kehilangan nyawanya gara-gara waktu itu! Loe…” Kalimat Evan kemudian dipotong oleh Tara.
“Udah lah sob. Yang dulu-dulu jangan dibahas.” Kata Tara mencoba menenangkan Evan yang masih menatap tajam Rara.
“Tapi Tar..” kata Evan.
“Udah deh, kita harus bersyukur karena Kenzo gak bisa inget kejadian itu gara-gara shock yang akhirnya bikin dia kehilangan memori itu.” Kata Tara menasehati Evan.
“Iya bener kata loe Tar.” Kata Evan dengan berat.
“Cabut yuk.” Kata Tara sambil menarik tangan Evan. Evan pun menurut dan mengikuti Tara meninggalkan ruangan. Tinggal Rara yang masih duduk sendirian di ruangan BEM termenung mendengar semua kata-kata tajam Evan.
“Apa gue udah begitu jahat sama Kenzo. Sampe sahabat-sahabatnya Kenzo bersikap gitu ke gue.” Kata Rara lirih. Kata-kata Evan benar-benar jitu menusuk hati Rara.

Ber..sam..bung..... :p

Komen di kotak komentar yaaa... b(^.^)d
Share:

Cerita Tentang Kita | CHAPTER - 7, 'Surprise!'

Title : Cerita Tentang Kita
Author : Nur Rochman | @NVRstepback
Genre : Life, Romantis, Family


Ini dia yang baru. Maap rada panjang, terus belepotan banget, terus ceritanya kurang asyik, terus endingnya gantung... Terus langsung dibaca aja deh yukk... ^^.


CHAPTER - 4, 'Surprise!'

Emily, Liana, dan Gea sedang berjalan menuju kantin kampus. Mereka masih membahas masalah tugas Liana yang tinggal sedikit lagi selesai. Sesekali mereka membicarakan hubungan Evan-Alea dan Kenzo-Emily.
“Eh, kak Evan sama Alea udah jadian belom sih? Kok kayaknya mereka sekarang sering ketemu gitu?” tanya Liana ke teman-temannya.
“Kayaknya belum deh Li. Kalopun udah pasti dia bakal cerita ke kita dong.” Kata Emily.
“Iya juga ya. Eh, terus loe sama kak Kenzo gimana Mily?” tanya Liana ke Emily.
“Apaan sih Li. Kan belum tentu juga kak Kenzo suka sama gue.” Jawab Emily berusaha mengelak.
“Nah, berarti loe emang suka sama kak Kenzo kan?” tanya Liana dengan nada menggoda.
“Dasar kepo loe.” Jawab Emily sewot. Liana dan Gea pun tertawa.
Saat sedang asyik ngobrol dan bercanda, tiba-tiba ada seseorang yang menabrak Liana dari belakang. Liana dan orang itu pun terjatuh. Emily dan Gea pun segera membantu Liana yang kesakitan. Setelah kembali berdiri, Liana langsung mendatangi orang sudah menabraknya yang sedang sibuk merapikan bajunya.
“Eh, kalo jalan pake mata dong!” Teriak Liana galak. Setelah orang itu menoleh, ternyata Wayan yang sudah menabraknya.
“Eh, singa. Biasa aja dong jangan teriak-teriak gitu. Gue juga jatuh nih.” Kata Wayan membela dirinya. Dia sama sekali tak menatap Liana karena masih sibuk membersihkan baju dan celananya yang kotor karena terjatuh.
“Biasa gimana? Loe tu yang seenaknya lari-larian gak liat depan.” Kata Liana menyerang Wayan.
“Wow wow. Kenapa nih kok seru banget? Ada apaan ni?” tanya Tara yang tiba-tiba datang dari arah belakang Wayan.
“Nih, cewek singa. Gue kan gak sengaja nabrak karena gak bisa ngerem.” Kata Wayan menunjuk Liana.
“Singa? Maksud loe apaan kak?” tanya Liana galak.
“Tuh, liat galaknya kayak singa kan.” Kata Wayan.
“Udah udah. Tadi yang nabrak siapa?” tanya Tara.
“Gue.” Jawab Wayan singkat.
“Yaudah. Sekarang loe minta maaf ke Liana deh Yan. Kan loe yang nabrak, berarti loe yang salah. Buruan.” Kata Tara ke Wayan.
“Enak aja. Gue kan gak sengaja. Lagian dia juga ngomong kayak gitu. Galaknya gak kira-kira. Ogah gue.” Kata Wayan.
“Dasar loe kayak anak kecil Yan. Liana, maafin Wayan ya. Tadi dia emang larinya gak kira-kira jadi nabrak loe. Maafin dia ya.” Kata Tara ke Liana. Tampak wajah Liana masih diselimuti kemarahan.
“Udah yuk Li. Kita ke kantin aja.” Ajak Gea. Emily pun merespon dengan menarik Liana pergi. Tampak tatapan tajam Liana dan Wayan yang saling beradu, menyebabkan aliran elektron yang berputar-putar membentuk angin puting beliung. Tara pun bergegas mengajak Wayan pergi.
“Siapa sih tu cewek?” tanya Wayan ke Tara.
“Liana, temennya Alea adik Kenzo.” Jawab Tara.
“Gila ya. Si Alea punya temen galak kayak singa.” Kata Wayan.
“Haha. Biasa aja kali Yan. Loe tadi juga gak kalah galak.” Kata Tara bercanda.
***
Kenzo baru saja sampai rumah setelah melakukan kontrol ke dokter. Dia merebahkan dirinya di sofa sambil mendengarkan musik dari iPod kesayangannya. Karena merasa haus, dia beranjak ke dapur untuk mengambil air minum di kulkas. Gurat wajahnya begitu lesu tak bersemangat. Setelah itu, dia kembali ke sofa untuk istirahat. Saat akan tertidur, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu. Sekali dua kali, Kenzo tak menghiraukannya. Tapi akhirnya dia merasa terganggu karena berkali-kali ketukan pintu.
“Aduh, siapa sih ni.” Gerutu Kenzo. Dia pun bergegas membukakan pintu.
“Siapa ni? Ada keperluan apa?” tanya Kenzo sambil mengucek kedua matanya. Sehingga dia tidak memperhatikan siapa yang berada di depannya. Orang yang ada di depan Kenzo itupun hanya tersenyum. Tiba-tiba mengulurkan tangan kemudian mengacak-acak rambut Kenzo. Mendapat perlakuan seperti itu, Kenzo pun kaget. Dia pun menatap orang itu.
“Mama!!” teriak Kenzo kemudian memeluk orang yang ternyata Mamanya. Beliaupun menyambut pelukan Kenzo dengan hangat.
“Mama kapan dateng? Kok gak ngasih kabar dulu? Papa mana?” tanya Kenzo.
“Mama sengaja mau kasih kejutan sayang. Papa gak ikut, lagi ngerjain proyek di sana.” Jawab Mama Kenzo lembut.
“Yaudah, masuk yuk Ma. Kenzo mau telpon Alea dulu. Mau ngasih kabar kalo Mama pulang.” Kata Kenzo. Mereka berdua pun masuk. Saat Kenzo akan menelpon Alea, tiba-tiba Mama mencegahnya.
“Lho. Kenapa Ma?” tanya Kenzo.
“Jangan. Eh, Kenzo, kamu inget kan besok tanggal berapa?” tanya Mama.
“27 September?” jawab Kenzo.
“Terus, kalo 27 September?” tanya Mama lagi. Kenzo pun mengernyitkan dahinya berusaha mengingat sesuatu. Kemudian dia teringat sesuatu.
“Ulang taunnya Alea!!” teriak Kenzo. Mama Kenzo pun tersenyum.
“Nah, Mama sengaja pulang buat ngasih kejutan buat dia. Tapi sayangnya, Papa malah gak bisa dateng.” Kata Mama Kenzo.
“Tapi Ma. Hari Jumat, Alea ada acara makrab jadi gak di rumah.” Kata Kenzo menjelaskan ke Mamanya.
“Yah. Terus gimana dong sayang?” tanya Mama agak kecewa.
“Emm. Gampang deh, nanti Kenzo yang atur. Pokoknya Mama siapin aja kejutannya. Besok malem, kita kasih ke Alea.” Jawab Kenzo dengan wajah yakin. Melihat raut wajah Kenzo, Mama pun tersenyum. Dalam hati, beliau percaya dengan apa yang direncanakan Kenzo.
“Oiya. Kamu udah makan belum?” tanya Mama.
“Hehe. Belum Ma. Males masak.” Jawab Kenzo sambil nyengir.
“Idih. Anak Mama yang satu ini kok malesnya gak ilang-ilang sih. Yaudah, Mama masakin dulu.” Kata Mama sambil mengacak-acak rambut Kenzo. Kemudian melangkah ke dapur.
***
“Temen-temen, aku duluan ya.” Kata Alea pamit ke teman-temannya.
“Ok Al. Ati-ati ya.” Kata Emily. Gea dan Liana melambaikan tangannya. Alea pun tersenyum. Hari ini Alea ingin pulang lebih cepat untuk bertemu kakaknya. Dia tidak ikut ke rumah Emily untuk menyelesaikan tugas Liana. Saat akan keluar pintu gerbang, ada seseorang yang menghampirinya dengan motor.
“Bareng yuk Al.” kata orang itu yang ternyata Wisnu. Alea kaget.
“Eh, Wisnu. Gak ah kan rumah kita beda arah.” Kata Alea mencoba menolak.
“Udah gakpapa. Yuk.” Ajak Wisnu lagi. Tapi Alea berkeras menolak.
“Yaudah kalo gitu. Gue duluan ya.” Kata Wisnu dengan nada kecewa. Kemudian memacu motornya. Alea pun kembali berjalan. Hari ini Kenzo tidak masuk sehingga Alea harus pulang sendiri. Dan sudah menjadi kebiasaannya di Jepang, berjalan kaki pulang daripada naik angkutan umum semacam bus.
“Al.” ada yang memanggil Alea dari arah belakang. Alea pun menoleh.
“Kak Evan, dari mana?” tanya Alea.
“Dari swalayan, belanja. Oiya, kamu kok jalan kaki?” tanya Evan.
“Kan kak Kenzo gak masuk kak. Yaudah, aku pulang sendiri.” Jawab Alea enteng.
“Bareng yuk.” Ajak Evan. Alea hampir melompat mendapat ajakan dari Evan. Alea pun tak menjawab.
“Kamu tunggu sini bentar, aku ambil motor dulu.” Kata Evan. Tak berapa lama, Evan sudah kembali dengan motornya.
“Yuk.” Ajak Evan. Dengan malu-malu, Alea naik membonceng Evan. Sepanjang jalan, Evan mengajak Alea ngobrol dan bercanda. Mereka berdua pun sesekali cekikikan.
Tak berapa lama, mereka sampai di rumah Alea.
“Makasih ya kak, udah dianterin. Yuk masuk dulu.” Ajak Alea.
“Sama-sama Al. gak ah, ni belanjaannya udah ditungguin bundaku.” Kata Evan.
“Yaudah kalo gitu. Ati-ati ya kak.” Kata Alea. Evan pun segera pergi. Alea masuk ke rumah, kemudian duduk di samping Kenzo yang sedang menonton TV.
“Al, tadi bareng sama siapa?” tanya Kenzo.
“Kak Evan, kak.” Jawab Alea malu-malu.
“Ciee. Asik-asik.” Kata Kenzo menggoda Alea.
“Aduh, apaan siih Al.” kata Kenzo memegangi hidungnya yang dicubit Alea.
“Kakak sih, makanya jangan ngegodain Alea terus. Daripada ngegodain Alea, mending si Mily aja yang digodain.” Kata Alea kemudian tertawa.
“Kamu ya.” Kenzo kemudian mengacak-acak rambut Alea. Mereka berdua tampak sangat akur. Dari dalam kamar tepat di belakang Kenzo dan Alea, Mama melihat kedua buah hatinya yang telah beranjak dewasa itu dengan senyum bahagia. Beliau sengaja bersembunyi karena ingin memberikan kejutan tepat saat hari ulang tahun Alea.
“Andai aja Papa mau ikut Mama pulang.” Kata Mama lirih.
“Udah ah, aku mau ambil minum dulu.” Kata Alea kemudian berjalan ke dapur. Sesampainya di dapur, dia melihat meja makan yang berisi makanan. Alea pun memanggil kakaknya.
“Kakaaak!! Kak Kenzooo!!” teriak Alea. Kenzo pun berlari menghampiri Alea.
“Heh, dasar. Ngapain teriak-teriak?” tanya Kenzo sambil menjitak kepala Alea.
“Aduh. Ni, kok ada makanan banyak?” tanya Alea sambil menunjuk ke arah meja makan. Kenzo agak gugup, kemudian berusaha tetap santai menjawabnya.
“Ini tadi kakak beli kok. Ya, itung-itung nyiapin sebelum kamu berangkat makrab gitu biar bisa makan enak.” Kata Kenzo sambil nyengir.
“Kalo gitu, makan ah.” Kata Alea kemudian duduk dan makan makanan itu. Kenzo ikut duduk kemudian memperhatikan Alea yang makan dengan lahap.
“Kak.” Kata Alea.
“Iya Al, kenapa?” tanya Kenzo.
“Gakpapa. Gak jadi.” Kata Alea kemudian melanjutkan makannya.
“Yaudah. Kakak tidur duluan ya, udah ngantuk.” Kata Kenzo.
“Iya kak.” Jawab Alea. Kenzo pun meninggalkan Alea sendiri di meja makan.
Selesai makan, Alea mencuci piring kemudian kembali ke ruang keluarga untuk menonton TV. Saat berjalan menuju ruang keluarga, Alea masih memikirkan soal makanan yang ada di meja makan tadi. Dia tidak percaya kalo Kenzo membelinya karena rasa makanan itu begitu familiar untuknya.
“Rasanya familiar banget. Kayak masakan Mama. Tapi Mama kan di Jepang? Ah udah lah.” batin Alea. Karena sudah mengantuk, dia pun bergegas ke kamar untuk tidur.
Jam menunjukkan pukul 1 pagi. Tidur Alea terusik dengan bunyi di dapur. Karena penasaran, Alea pun turun untuk memeriksa. Dengan berjingkat, Alea menuju ke dapur. Di sana, dia kaget melihat siapa yang sedang mencuci piring dan gelas kotor. Mamanya! Dengan perlahan, Alea mendekat kemudian memeluk Mamanya dari belakang. Mama kaget, tapi kemudian sadar siapa yang sedang memeluknya.
“Alea kebangun ya.” Kata Mama lembut.
“Kok Mama gak bilang-bilang kalo mau pulang?” tanya Alea. Mama pun melepas pelukan Alea kemudian berbalik.
“Sayang, Mama pengen kasih kejutan ke kamu. Eh, malah ketahuan duluan.” Jawab Mama sambil tersenyum.
“Mama pulang sendirian?” tanya Alea lagi. Nampak ada raut wajah menyesal di wajah Mama ketika mendengar pertanyaan Alea itu.
“Iya sayang. Maafin Papa, dia masih ada proyek di sana. Jadi gak bisa ikut.” Jawab Mama dengan nada berat.
“Selalu aja gitu. Selalu sibuk sama kerjaan. Gak pernah ada waktu buat anaknya.” Kata Alea.
“Alea! Kenapa kamu ngomong gitu!” kata Mama dengan nada agak tinggi.
“Itu kenyataan Ma! Papa terlalu sibuk sama kerjaannya! Itu sebenernya alasan Alea pulang ke Indonesia trus tinggal sama kak Kenzo. Karena di sana Papa gak pernah punya waktu buat Alea, buat kita. Selama Alea di sini pun, cuma Mama yang sering telpon Alea sama kak Kenzo. Papa sama sekali gak nanyain kabar Alea sama kakak. Papa udah lupa sama…” Kata-kata Alea terputus oleh tamparan dari Mama. Alea tersentak kaget. Dengan memegangi pipinya, Alea berlari ke kamarnya sambil menangis.
Mama tampak menyesal telah menampar putri kesayangannya. Beliau tak tahan mendengar semua kata-kata dari Alea tadi. Semua rencana yang sudah disusun untuk memberi kejutan ke Alea telah hancur berantakan..

bersambung lagiii..... 

Gimana gimana?? Minta komentarnya yaa... ^^.
Share:

Cerita Tentang Kita | CHAPTER - 6, 'Preparation'

Title : Cerita Tentang Kita
Author : Nur Rochman | Twitter: @NVRstepback
Genre : Life, Romantis, Family

Nih chapter selanjutnya... Selamat membacaaa... ^^.


Chapter - 6

Kenzo sudah sampai di rumah. Sesuai pesan Alea, Kenzo pun mengirim sms ke Alea. Kemudian dia masuk ke rumah, minum obat kemudian istirahat. Tapi di pikiran Kenzo masih terbayang dua hal. Emily, dan… Rara! Dia merasa senang karena akhirnya dia bisa bertemu dengan cewek yang bisa membuatnya tertarik. Tapi di sisi lain dia merasa bingung kenapa Rara mengejarnya.
“Kok tadi si Rara aneh banget ya? Kan biasanya dia cuek banget sama gue. Lah ini tadi malah berubah agresif gitu.” Pikir Kenzo. Karena sudah terlalu lelah, Kenzo pun akhirnya tertidur.
Di tempat lain, Alea bersama teman-temannya sedang membantu Liana mengerjakan tugas dari Pak Darma. Dengan sabar Alea dan Gea membantu Liana yang begitu cerewet tanya ini itu. Sedangkan Emily sedang membuat kokat untuk keperluan makrab. Di wajah Emily nampak tersungging senyuman. Senyuman yang diakibatkan oleh efek berantai dari perasaannya terhadap Kenzo dan senyum Kenzo yang dia lihat sore tadi.
“Al, nih ada sms dari tadi lho. Gak mau dibuka?” tanya Emily sambil mengulurkan hp ke Alea.
“Paling dari kak Kenzo.” Kata Alea sambil menerima hp dari Emily. “Tu kan bener. Syukur deh kakak udah nyampe rumah.”
“Emang kak Kenzo kenapa Al?” tanya Emily penasaran.
“Ya dia kan baru keluar dari rumah sakit, udah naik motor. Kan aku khawatir. Besok makrab kayaknya dia gak ikut dulu deh, biar dipake buat istirahat.” Jawab Alea sambil membuka-buka buku.
“Kak Kenzo gak ikut makrab?” tanya Emily dengan nada kecewa.
“Ciee.. Ada yang kecewa nih kak Kenzo gak ikut makrab.” Celetuk Liana tiba-tiba.
“Ahh, dasar cerewet. Diselesaiin dulu tu tugas.” Kata Emily sewot. Alea dan Gea tertawa melihat pipi Emily yang memerah.
***
“Kakak!” panggil Alea yang daritadi menunggu di depan pintu.
“Eh, maaf Al kakak tadi dari kamar kecil. Jadi lama deh. Hehe.” Kata Kenzo sambil membuka pintu.
“Ihhh, kakak ni dasar.” Kata Alea sambil memencet hidung Kenzo. Kenzo pun berteriak kesakitan. Mereka pun bergegas masuk.
“Sakit Al. Aduuh. Oiya, tadi di rumah Liana gimana?” tanya Kenzo.
“Tugasnya Liana udah lumayanlah tinggal dikit.” Jawab Alea sambil duduk di sofa empuk di ruang keluarga. Kemudian menyalakan TV. Kenzo nampak sibuk membaca buku catatannya. Alea pun nampak penasaran.
“Baca apaan sih kak serius banget?” tanya Alea. Kenzo tak menjawab karena begitu fokus ke tulisan di buku catatannya.
“Kakaaak.” Panggil Alea agak keras sehingga Kenzo pun terkejut.
“Eh, kenapa Al? kok teriak-teriak segala. Biasa aja kali.” Kata Kenzo.
“Kakak sih ditanya biasa aja gak dijawab. Itu lagi baca apaan?” tanya Alea lagi.
“Oh, ini baca daftar perlengkapan buat acara makrab. Kayaknya perlengkapan yang buat peserta terlalu ribet deh.” Jawab Kenzo.
“Emang kenapa kak? Kakak mau datang ke makrab ya?” tanya Alea.
“Iya dong. Kan kakak ketua panitia, masa gak datang.” Kata Kenzo.
“Tapi kakak kan baru aja keluar dari rumah sakit, belum pulih betul. Kakak gak usah datang, istirahat di rumah dulu aja.” Kata Alea menasehati Kenzo.
“Tapi Al, sebagai ketua kakak harus…” kenzo mencoba menyanggah tapi keburu dipotong Alea.
“Pokoknya gak boleh! Kakak harus istirahat di rumah. Alea gak mau kakak kenapa-kenapa pas di acara makrab.” Kata Alea. Nampak di ujung matanya ada air yang siap tumpah.
“Yaudah, kalo gitu kakak nurut sama Alea. Kakak akan istirahat.” Kata Kenzo tersenyum sambil mengelus-elus kepala Alea. Alea pun tersenyum dan berusaha mengusap matanya.
“Tapi kakak mau minta tolong ke kamu Al.” kata Kenzo tiba-tiba.
“Minta tolong apa kak?” tanya Alea.
“Kakak udah bikin rancangan buat acara makrab malam terakhir. Ini nih rancangannya. Tolong besok kamu kasihin terus kamu jelasin ke wakil ketua panitia ya.” Kata Kenzo menjelaskan.
“Nahlo. Wakil ketuanya siapa?” tanya Alea bingung.
“Evan.” Jawab Kenzo singkat.
“Kak Evan?” tanya Alea lagi. Kali ini pipinya bersemu merah.
“Iya sayang. Kak Evan. Gimana? Mau nolongin kakak kan?” tanya Kenzo.
“Iya iya kakakku sayang. Besok Alea sampein. Emang besok kakak mau kemana?” tanya Alea.
“Besok kakak mau ke dokter. Mau kontrol.” Jawab Kenzo.
“Abis itu?” tanya Alea lagi.
“Ya pulang to ya. Mau nyicil ngerjain skripsi. Kakak kan udah semester 7, targetnya semester 8 kakak lulus.” Jawab Kenzo sambil tersenyum.
“Terus kalo udah lulus?” tanya Alea.
“Kakak pengen jadi system analyst kakak papa.” Kata Kenzo sambil memandang foto keluarga yang tergantung di tembok di hadapannya.
“Tapi kakak tetep di sini nemenin Alea kan?” tanya Alea sambil menggenggam tangan Kenzo.
“Iya adikku yang cantik. Kakak akan tetap di sini sama Alea.” Jawab Kenzo. Alea pun tersenyum. Kenzo kemudian memberikan rancangan acara tersebut ke Alea.
***
Hari Kamis, hari terakhir sebelum berangkat makrab. Di depan hall, nampak kelompok Alea sedang berkumpul untuk kliring masalah perlengkapan yang harus dibawa. Tapi ada satu orang yang sepertinya belum bergabung. Alea.
“Oke guys, kita hari ini kumpul untuk ngebahas perlengkapan yang mau kita bawa besok.” Kata Gian.
“Untuk kokat nama, udah slesai. Oiya, kalian bawa foto sesuai permintaan gue kan?” Tanya Emily. Gian pun mengumpulkan foto dari anggota kelompok dan menyerahkannya ke Emily.
“Oiya, si Alea kemana Mily? Kok gak ada?” Tanya Wisnu tiba-tiba.
“Katanya tadi mau ketemu kak Evan, nyerahin titipan dari kan Kenzo.” Jawab Liana.
“Titipan apa Li?” Tanya Wisnu lagi.
“Uh, dasar kepo loe ya. Ntar loe tanya Alea sendiri aja.” Jawab Liana sewot.
“Udah udah. Sekarang kita kroscek dulu ceklis perlengkapannya. Tika.” Panggil Gian ke Tika selaku penanggung jawab perlengkapan.
Tika pun mulai membaca satu persatu ceklis yang dia bawa, kemudian memberikan tanda cek ke peralatan yang sudah fix.
“Ok. Semuanya udah fix. Tinggal nempelin foto ke kokat aja. Umm.. Kalo kita tempel sekarang aja gimana?” tanya Tika ke Emily.
“Aduh, kokatnya gak aku bawa. Masih di rumah. Nanti sore aja ku tempelin sendiri.” Jawab Emily.
“Yaudah, kalo gitu kita bisa nglanjutin aktivitas. Gue duluan ya guys.” Kata Gian pamit seraya melangkah pergi. Diikuti Tika, Nissa, Venus dan Mars.
“Eh, loe masih di sini Nu?” tanya Liana ke Wisnu yang masih di tempatnya.
“Iya. Gue nungguin Alea.” Jawab Wisnu sambil tersenyum.
“Eh, loe Gea. Ngapain pipi loe merah gitu?” tanya Wisnu tiba-tiba ke Gea. Ternyata daritadi Gea memperhatikan Wisnu yang sedang tersenyum. Seketika Gea pun mengelak.
“Udah ah. Yuk Mily, Gea ke kantin.” Ajak Liana.
“Trus Alea gimana?” tanya Emily.
“Udah gue SMS. Yuk.” Jawab Liana. Tiba-tiba Wisnu menghentikan Liana.
“Eh, gue boleh minta nomor hpnya Alea gak?” tanya Wisnu.
“Dasar loe. Minta sendiri!” jawab Liana sewot kemudian pergi bersama Emily dan Gea meninggalkan Wisnu.
“Ya ampun. Tu cewek galaknya kayak singa. Yaudah lah. mending balik aja.” Kata Wisnu kemudian berbalik pergi.
Di tempat lain, Alea sedang bersama Evan. Mereka tampak canggung karena hanya ada mereka berdua. Sebenarnya, ketika datang tadi ada Wayan dan Tara. Tapi tiba-tiba mereka berdua pergi ketika Alea datang. Tapi sebenarnya mereka hanya berada di luar ruangan mencoba menguping perbincangan Evan dan Alea.
“Eng. Kak, ini ada titipan dari kak Kenzo. Rancangan acara malam terakhir makrab.” Kata Alea sambil menyerahkan lembaran kertas yang di-clip ke Evan.
“Iya. Makasih ya Al. Emang kak Kenzo gak dateng ke makrab?” tanya Evan.
“Aku gak bolehin kak. Biar kak Kenzo istirahat dulu supaya cepet pulih.” Jawab Alea.
“Oh. Iya bener. Tapi ntar dia di rumah sama siapa?” tanya Evan.
“Sendiri kak.” Jawab Alea singkat.
“Kasian kalo dia di rumah sendiri. Biar nanti gue, Tara, sama Wayan gantian ke rumahmu nemenin Kenzo.” Kata Evan.
“Lho. Emang gakpapa kak bolak-balik gitu?” tanya Alea.
“Gakpapa dong. Kan panitia.” Jawab Evan sambil tersenyum. Senyum yang membuat Alea semakin klepek-klepek.
“Eng. Yaudah kak. Alea pamit dulu ya, mau ke kantin.” Kata Alea pamit.
“Lho. Ke kantin sendiri?” tanya Evan. Alea menggeleng.
“Sama temen-temen kak. Mereka udah di sana. Tadi aku di sms Liana.” Jawab Alea kemudian melangkah keluar pintu. Sebelum meninggalkan ruangan itu, dia sempat melempar senyuman ke arah Evan. Tapi saat berbalik, Nampak Tara dan Wayan yang nyender di tembok. Alea pun memadang mereka dengan pandangan tajam.
“Kak Tara sama kak Wayan ngapain di situ? Nguping ya?” tanya Alea. Mendengar Alea, Evan pun mendekat.
“Hehe. Kita tadi kebetulan mau masuk, eh loe mau keluar Al.” kata Tara ngeles.
“Eh, dasar kunyuk sama kriting. Ngapain loe?” tanya Evan sambil mengulurkan tangannya meraih pundak Wayan.
“Kabur Tar!!” kata Wayan sambil berlari menjauh. Tara pun mengikuti Wayan yang sudah berlari mendahuluinya. Meninggalkan Evan dan Alea yang berdiri di depan ruang BEM. Lagi-lagi awkward moment terjadi antara Evan dan Alea. Mereka tak sadar ada seseorang yang sedang mengamati mereka berdua. Seseorang yang sama sekali tak mereka sadari.

bersambunggg.....

Itu dulu ya teman-teman.. Lanjutannya, segera.. ^^. 
Share: