Sajak Untukmu #2 | For You Who Read This Words


Dear you...

Apa kabarmu hari ini? Baik kah?
Kuharap senyum tersinggung di wajahmu, juga hatimu
Dan jiwamu menderu untuk berlari maju


Jangan lagi mengutuk takdir & waktu

Meski langkahmu kadang tersandung mereka
Syukuri saja pengalaman & pelajaran baru
Meski terselubung, maknanya tetap terhubung



Pandang ke depan... ke titik horison
Lihat jarakmu darinya lalu bergeraklah ke sana
Arungi apa yang terbentang di depan
Hiasi jalan itu dengan berbagai kenangan



Tahun demi tahun dari kini hingga masa depan
Sudah tahu apa yang akan dirimu perbuat nanti?
Berhenti mengucap keluh, sesal, ataupun amarah
Mulai khawatirlah... untukmu dan mimpimu sendiri



Dari tepi jalan yang basah oleh hujan aku duduk
Menyemangatimu dengan sorak walau senyap
Berdoa agar dirimu dibimbing Sang Maha Pembimbing ke sana
Mencapai mimpimu... yang terbaik... untukmu

pic from forums.hummingbird.me


- Nur (@NVRstepback), 23
Share:

Kejenuhan, Kepalsuan, & Ingatan : Tempat Di mana Waktu Membeku

Awal November 2014

Hey... pernahkah kau merasa jenuh dengan apa yang ada di sekelilingmu? Atau... kau jenuh dengan dirimu sendiri? Hahaha... aneh ya. Aku juga sedang merasakannya saat ini. Jika tidak bisa disebut jenuh, mungkin bisa kuubah dengan kata lain. Hampa.

Mataku melihat banyak hal. Telingaku mendengar banyak hal juga. Tapi, meskipun nampak berbeda di luarnya, aku merasa semua hal itu memiliki 1 muatan yg sama. Kebohongan. Well... mungkin tak semuanya. Karena masih bisa sesekali aku merasakan apa yang disebut kejujuran. Entah yang berjubah kebijaksanaan, ataupun yang bersembunyi di dalam kepolosan.

Hahaha... kata terakhir itu cukup menggelikan. Dan cukup sulit dicari wujudnya. Bahkan lebih sulit dari kejujuran itu sendiri. Karena "kepolosan" di masa ini lebih lekat pada kebohongan. Sebagai kedok. Sebuah topeng yang menyembunyikan kebohongan. Apa kau pernah mengetahuinya? Atau justru pernah menghadapinya? Atau... justru dirimu sendiri yang menggunakannya? Pfft...

Sudahlah, jangan terlalu memikirkannya. Karena terlalu melelahkan & hanya membuang waktu. Eh, aku mengatakan waktu? Haaah... sudah banyak waktu yang berlalu. Aku cukup terpuruk jika mengingat-ingat waktu. Ada banyak hal sia-sia terekam di sana. Ya, di dalam waktuku. Errr... mungkin lebih mudah jika kusebut di dalam "ingatan"ku atau juga masa laluku. Menggelikan... sekaligus menyedihkan. Kuharap kau tak memiliki rekam ingatan yang sama "aneh" denganku.

Dan berkat ingatan yang campur aduk itu, aku pun memandang dan memperlakukan dunia serta semua yang ada di hadapanku dengan cara yang berbeda. Mungkin tak istimewa, hanya... berbeda. Memandang baik itu kebaikan dan keburukan ataupun kejujuran dan kebohongan dengan 1 cara : menjauh tak peduli. Atau... bisakah disebut apatis? Entahlah.

Namun pada akhirnya dengan semua hal yang kulihat, kudengar, kupunya, dan kubuang, aku tetap saja melangkah maju. Meskipun apa yang berdiri di depanku tampak palsu dan membuatku jemu. Setidaknya aku tahu, masih ada sedikit tempat di dalam ingatanku yang bisa kuisi dengan sesuatu yang baru.

Lalu... hingga saatnya nanti, aku akan tetap membiarkannya kosong dan jauh dari apapun yang berpijak di dunia. Tetap berada di dalam tempat di mana waktu membeku. Tak bergerak hingga ada kehangatan yang jujur, yang memang berhak untuk menempati celah kosong itu. Celah yang mungkin tak bisa dikatakan berharga, tapi... aku tahu pasti itu akan bermakna.

[-@NVRstepback-]

Tak teraba... bahkan oleh kesepian
Tak terjamah... bahkan oleh kesunyian
Terhenti... waktu yang menunggu
Beku tak berputar... ditahan asa pilu

Share: