Another World - The Departure...

Tulisan ini nggak tahu harus nyebutnya kisah nyata atau karangan fiktif. Soalnya kejadiannya bener-bener terjadi, tapi di dunia mimpi. Jelas terlihat & teringat di kepala. Judulnya... err... sebut aja "Another World". Dah, gitu.

Minggu, 20 Oktober 2013

Sebuah kota dengan penataan yang cukup aneh. Kota dengan rumah-rumah 2 lantai di atas lahan yang cukup luas. Tepat di tengah kota itu terdapat sebuah istana dengan tembok yang tinggi. Bisa aku pastikan istana itu adalah milik dari penguasa kota. Jalan di kota itu juga sedikit membingungkan. Minimal ada dua jalan yg mengapit setiap rumah penduduk. Dan jalan itu selalu lebih tinggi dari bangunan rumahnya. Sehingga memungkinkan untuk saling melihat bagi 2 orang yang lewat di dua jalan tersebut. Dan yang cukup aneh lagi adalah tak ada tembok atau minimal pagar yang mengelilingi rumah penduduk. Sehingga dari jalan langsung dapat terlihat rumah dari titik terbawah.
Aku sampai di kota aneh itu tanpa kemauanku sendiri. Tiba-tiba saja aku terbangun dan sudah berada di antara orang-orang aneh yang duduk di tempatnya masing-masing. Ketika aku melongok pada kaca jendela, aku terbelalak karena yang kulihat adalah barisan awan dengan warna latar biru. Dan bisa dipastikan, aku sedang terbang dan berada di dalam pesawat. Tapi... aku sama sekali tak bisa mengingat kapan aku naik.
Pinggiran kota tempatku sedang berada memang cukup sepi. Tak banyak orang terlihat. Hanya beberapa yang berlalu lalang entah berjalan kaki ataupun menggunakan kendaraan roda dua. Tiba-tiba aku teringat dengan sebuah benda yang ada di dalam tas ranselku. Ah, sial lagi-lagi aku kebingungan dengan tas ransel aneh yang sekarang menggantung di punggungku. Setelah berhenti sejenak dan membuka ransel tersebut, aku pun mengeluarkan sebuah benda berbentuk bulat dengan ornamen hexagon berwarna abu-abu dipadu dengan highlight warna hitam pekat.
Mataku masih menatap benda bulat itu. Langkah kakiku pun masih terus menuntunku berusaha menemukan pusat kota yang pastinya ramai dengan orang dan akan memudahkanku untuk mencari tahu tempat apa ini. Tangan kananku masih sibuk bersembunyi di dalam kantong jaketku. Sedangkan tangan kiriku masih memegang benda bulat itu. Hingga tiba-tiba ibu jari tangan kiriku menekan sebuah tombol tak terlihat pada benda itu. Beberapa detik setelah tombol tertekan, benda itu seolah membuka diri. Ornamen hexagon benda itu meregang tepat pada highlight warna hitamnya. Nampak sinar merah di dalam benda itu memancar keluar pada satu titik dan tak berapa lama muncul hologram wajah orang tua tepat di hadapanku.
“Anak muda.” Ucap hologram wajah itu.
“Ha? Kau bicara padaku?” tanyaku bingung. Terang saja, karena mana mungkin aku bicara dengan hologram.
“Tentu saja bodoh! Kau pikir ada orang lain di sini selain kau dan aku?” bentak hologram wajah itu padaku.
“Kau yang bodoh. Kau kan hanya hologram. Jadi aku satu-satunya orang di sini.” Batinku sambil menatap hologram wajah itu dengan tatapan nyinyir.
“Jangan mencoba berpikir macam-macam tentangku anak muda. Aku bisa saja melakukan sesuatu yang buruk padamu.” Kata hologram wajah itu bersungut-sungut.
“Hmm... di mana tadi tombol yang tak sengaja ku tekan. Ah, mungkin di sekitar sini.” Ucapku tak menghiraukan kata-kata hologram aneh itu.
“Hey! Apa maumu?! Hentikan! Ada yang harus aku beritahukan kepadamu!” kata hologram itu dengan agak lantang namun dengan nada ketakutan.
“Apa?” tanyaku singkat.
“Cih, dasar sombong. Baiklah. Aku adalah pengasuhmu. Kau bisa memanggilku Zeta. Sekarang kau sedang berada di kota Heros. Kota dengan misteri aneh yang membuat penduduknya lebih memilih berdiam diri di rumah daripada keluar berinteraksi dengan orang lain.” Terang hologram wajah itu. Eh, Zeta maksudku.
“Lalu? Kenapa aku bisa berada di sini?” tanyaku. Zeta tak langsung menjawab.
“Hey, orang tua aneh. Jawab aku.” Bentakku.
“Uh, sopanlah sedikit kepadaku!” teriaknya.
“Baiklah, maafkan aku.” Kataku.
“Um. Alasanmu bisa berada di sini... maaf aku tak memiliki wewenang untuk memberitahukan alasannya. Yang bisa aku beritahukan padamu adalah kau berada di kota Heros dan memiliki tugas untuk menyelidiki kejadian yang ada di kota ini. Itu saja. Semoga berhasil.” Terang  Zeta kemudian menghilang. Ornamen hexagon di benda bulat itu kembali menyatu.
“Dasar orang tua aneh!” teriakku kemudian menghempaskan benda bulat tersebut ke jalan. Tapi tiba-tiba saja benda itu memantul dan mengarah padaku. Begitu keras menghantam wajahku hingga aku terjatuh. Mataku berkunang-kunang. Pandanganku semakin gelap dan aku kehilangan kesadaran.

***
Nah, abis itu kebangun dan kembali ke dunia nyata... =|
Share: