Cerita Tentang Kita | CHAPTER - 4, 'Another Love'

Title : Cerita Tentang Kita
Author : Nur Rochman
Genre : Life, Romantis, Family



Dan ini adalah CHAPTER Ke-4 dari cerbung 'Cerita Tentang Kita'. Selamat membaca dan ditunggu komentarnyaaa.. ^^.


CHAPTER –4, 'Another Love'

Hari Selasa. Hari paling menjemukan untuk Alea, Emily, Liana, dan Gea karena hari ini ada kuliah dari pak Darma, dosen yang cukup galak serta umurnya sudah cukup tua sehingga cara mengajarnya membuat kantuk mudah menyerang. Materi yang disampaikan pun juga cukup membuat otak jenuh. Sehingga sering Liana harus dibangunkan oleh Emily karena ketiduran sebelum ketahuan pak Darma. Seperti saat ini, ketika Liana tertidur dan harus mendapat hukuman karena ketahuan pak Darma.
“Li. Buruan bangun. Li!” bisik Emily ke telinga Liana sambil mengguncangkan kursi Liana.  Nampak Liana masih tidak bergeming. Tidurnya masih nyenyak.
“Li. Cepetan bangun. Dasar kebo.” Bisik Emily berharap Liana segera terbangun karena pak Darma terlihat sedang berjalan ke arah mereka.
“Liana!” kata pak Darma cukup keras sehingga seluruh kelas hening dan memusatkan perhatian ke arah pak Darma dan Liana.
“Mampus.” Batin Emily sambil menutup kedua mukanya. Namun terlihat Liana masih terpejam.
“Liana, cepat bangun!” kata pak Darma lebih keras. Liana pun akhirnya terbangun dan hampir terjatuh dari kursinya. Menyadari ada pak Darma di depannya, Liana langsung bermanuver merapikan rambut panjangnya yang tak diikat.
“I..iya pak.” Kata Liana gugup. Liana melirik ke arah Emily, Alea, dan Gea. Tampak mereka bertiga hanya menundukkan kepala. “Mampus gue.” Batin Liana.
“Kamu pikir kamu siapa bisa seenaknya tidur di kelas saya?” tanya pak Darma dengan nada tinggi.
“Ma..maaf pak. S..saya ngantuk, se..malam begadang ngerjain tugas pak.” Kata Liana memberikan alasan.
“Oh. Jadi semalam kamu begadang mengerjakan tugas?” tanya pak Darma. Nada suaranya sudah agak turun.
“I..iya pak.”
“Kalau begitu, nanti malam silakan kamu begadang lagi. Kamu tulis rangkuman materi kuliah semester ini. Minggu depan, letakkan di meja saya! Mengerti?” kata pak Darma. Liana kaget setengah mati. Begitu juga Emily, Alea, dan Gea.
“Ba..baik pak.” Kata Liana lemas. Pak Darma pun kembali berjalan ke depan kelas melanjutkan materi yang tadi disampaikan.
“Mampus gue. Ngrangkum materi kuliah satu semester Cuma dikasih waktu seminggu?” kata Liana.
“Udah Li. Tenang, nanti kita bantuin.” Kata Alea. Gea mengangguk.
“Makasih ya guys, ngrepotin kalian.” Kata Liana.
Kelas pak Darma pun selesai. Tapi nampaknya pak Darma sedang berbincang dengan seseorang di depan pintu kelas sehingga para mahasiswa belum berani keluar. Dan pak Darma pun berbicara kembali di depan kelas namun bukan menyampaikan materi kuliah.
“Anak-anak, jangan keluar dulu. Ada pengumuman dari BEM. silakan kalian dengarkan.” Kata pak Darma yang kemudian mempersilakan perwakilan BEM masuk, Tara dan Wayan.
“Eh, itu kak Tara sama siapa?” tanya Liana ke teman-temannya.
“Itu kak Wayan, Liana.” Jawab Emily. Liana menatap Wayan dengan penasaran. Dia pun teringat pada sesi hiburan saat acara penyambutan mahasiswa baru beberapa minggu yang lalu, ketika ada cowok cool yang menyanyi sambil memainkan gitar.
“Li. Kesambet ya?” tanya Alea melihat Liana melongo. Liana pun sepertinya masih tidak menghiraukan pertanyaan Alea karena masih asyik melihat Wayan dengan tatapan penasaran. Alea yang mengetahuinya pun tersenyum.
“Selamat siang teman-teman.” Kata Tara memberi salam.
“Saya bersama Wayan, selaku perwakilan BEM akan menyampaikan sebuah pengumuman tentang akan diadakannya acara malam pengakraban atau makrab sebagai lanjutan dari acara penyambutan mahasiswa baru beberapa waktu lalu. Acara makrab ini akan diadakan mulai besok hari Jumat sampai hari Minggu. Untuk itu, nanti pukul 3 kami mohon kehadiran kalian di hall untuk pemberitahuan lebih lanjut. Kami mengharapkan kalian bisa datang demi kelancaran acara ini. Terima kasih.” Kata Tara menyampaikan pengumuman.
“Oke, sebagai tambahan, acara makrab ini bersifat wajib sehingga kalian wajib datang dan ikut.” Kata Wayan menambahkan. Setelah menyampaikan pengumuman tersebut, Tara dan Wayan serta pak Darma meninggalkan ruang kelas. Diikuti para mahasiswa yang juga segera keluar meninggalkan kelas.
“Kumpulnya masih jam 3, sekarang jam 2. Makan dulu yuk guys.” Kata Liana mengajak Alea, Emily, dan Gea makan.
“Iya yuk. Aku juga udah laper nih.” Kata Alea menyetujui ajakan Liana. Gea juga setuju.
“Sorry nih temen-temen. Kalian duluan aja ya. Aku mau ke perpus bentar mau pinjam buku.” Kata Emily.
“Buku apaan sih Mily?” tanya Liana penasaran.
“Novel.. Hehe.” Jawab Emily sambil tersenyum.
“Mi..mily, aku nitip pinjemin kumpulan contoh karya sastra lama ya?” kata Gea.
“Oke Gea. Aku cariin ya.” Kata Emily sambil tersenyum. Gea pun tersenyum.
“Yaudah kalo gitu. Ati2 ya, cepet nyusul.” Kata Liana. Emily mengangguk kemudian bergegas menuju ke perpustakaan. Liana bersama Alea dan Gea pun berjalan menuju kantin.
Sesampainya di kantin, mereka memesan makanan dan minuman. Setelah mendapat tempat duduk, mereka bertiga pun makan sambil membicarakan perihal makrab.
“Eh, Alea. Makrab tu acara gimana nanti?” tanya Liana ke Alea.
“Aduh Li, mana aku tahu. Aku kan bukan panitia.” Kata Alea.
“Ya siapa tau kak Kenzo cerita ke kamu.” Kata Liana.
“Yah. Kak Kenzo gak bakalan mungkin cerita deh. Dia kan orangnya profesional banget. Sekalipun aku adiknya, dia gak bakalan kasih tahu meskipun aku sampe sujud-sujud.” Terang Alea.
“Waduh. Sampe segitunya.” Kata Liana.
Saat mereka sedang menikmati makanan dan minuman mereka sambil mengobrol, mata Alea menangkap sosok Ve di bangku pojokan sedang mencuri pandang ke arahnya. Dalam hati, Alea mati-matian untuk tidak menaruh rasa benci pada Ve. Tapi dia merasa begitu sulit membuang rasa bencinya kepada Ve atas apa yang sudah terjadi pada Kenzo. Segera saja Alea mengalihkan pandangannya dan segera bergabung kembali dalam obrolan bersama Liana dan Gea.
“Oiya guys. Kalian jadi bantuin gue kan?” tanya Liana.
“Ngerjain tugasnya pak Darma tadi?” tanya Alea.
“Iya. Bisa bayangin kan, materi satu semester dikerjain Cuma seminggu. Bisa gila gue kalo ngerjain Cuma sendiri.” Kata Liana mengeluh.
“Kita bantuin kok Liana. Tenang aja.” Kata Gea sambil menepuk pundak Liana. Alea juga mengangguk membenarkan kata-kata Gea.
“Makasih ya Gea, Alea. Kalian emang sahabat gue yang paling baik.” Kata Liana. Mereka bertiga pun tersenyum satu sama lain. Saat itu, tiba-tiba ada seseorang yang mendekat.
“Hai, boleh gabung?” ternyata Ve.
“Bo..boleh kok kak.” Kata Gea gugup.
“Iya kak, mari duduk.” Kata Liana agak cuek
“Makasih ya.” Kata Ve kemudian duduk di samping Liana, tepat di depan Alea. Namun nampak Alea sama sekali tak memperhatikan Ve. Dia berusaha membuang pandangan.
“Hi Alea.” Sapa Ve ke Alea. Alea pun menoleh ke arah Ve, namun dengan pandangan penuh rasa amarah. Dan segera dia bangkit kemudian beranjak pergi.
“Temen-temen, aku nyusul Emily ke perpus dulu ya. Daa.” Kata Alea pamit kemudian meninggalkan Liana dan Gea bersama dengan Ve. Nampak Ve terhenyak melihat tatapan mata tajam Alea dan sikap dingin Alea kepadanya.
Di perjalanan menuju perpustakaan, Alea masih terlihat menyesali sikapnya ke Ve. Tapi dia merasa cukup sulit untuk memaafkan Ve. Apa yang sudah terjadi pada Kenzo, hingga Kenzo harus masuk rumah sakit.
“Al.” Sapa seseorang dari belakang Alea tiba-tiba. Alea pun berhenti kemudian menoleh.
“Kakak?” kata Alea kaget melihat Kenzo berdiri dengan senyuman jahilnya. Di kepalanya masih terlihat perban yang belum dilepas.
“Kok kakak udah ke kampus? Bukannya belum boleh pulang sama dokter?” tanya Alea.
“Kata siapa belum boleh pulang? Tadi dokter bilang kalo kakak udah boleh pulang. Nih dikasih oleh-oleh.” Kata Kenzo sambil menunjuk kantong kresek putih di tangan kirinya.
“Oleh-oleh apaan kak?” tanya Alea penasaran.
Kenzo pun membuka kantong kresek itu. Alea melongo, ternyata berisi obat-obat yang harus dikonsumsi Kenzo untuk penyembuhan.
“Ih, kakak nih apaan sih. Ini kan obat, masa dibilang oleh-oleh.” Kata Alea sambil mencubit hidung Kenzo dengan gemas.
“Aauwwww. Alea ini hidung, bukan mainan. Sakit tau.” Kata Kenzo sambil mengusap-usap hidungnya yang memerah. Alea tertawa melihat kakaknya. Saat itu, Evan pun datang bergabung.
“Eh, loe udah balik dari rumah sakit bro?” tanya Evan ke Kenzo.
“Iya Van. Kata dokter udah boleh balik. Jadi sekalian aja gue ke sini buat nengokin adik gue yang cantik ini.” Kata Kenzo sambil mengusap rambut panjang Alea. Alea tersipu mendapat perlakuan seperti itu dari kakaknya. Apalagi di situ ada Evan. Melihatnya, Evan pun tersenyum. Aliran-aliran elektron pun perlahan saling bertukar tempat di atara hati Evan dan Alea. Karena merasakan sesuatu yang aneh pada Evan dan Alea, Kenzo pun segera mengambil inisiatif untuk pergi meninggalkan mereka berdua.
“Eh. Al, Van. Gue ke ruang lab dulu mau ketemu dosen.” Kata Kenzo tiba-tiba.
“Loh. Trus Alea sama siapa? Kok kakak tau-tau mau pergi sih?” kata Alea cemberut. Kenzo pun menunjuk ke arah Evan dengan lirikan mata.
“Udah ah. Van, jagain Alea ya. Daa.” Kata Kenzo kemudian melangkah pergi.
Tinggal Evan dan Alea yang kebingungan. Berbeda ketika mereka berdua berada di klinik, ketika mereka masih belum begitu mengenal satu sama lain. Kali ini, sinyal-sinyal ‘rasa’ sudah cukup terasa sehingga mereka nampak tersipu-sipu dan hanya saling melempar senyum.
“Sekarang ada Evan yang bisa gue percaya buat ngejagain Alea.” Batin Kenzo sambil terus berjalan. Tanpa sengaja, dia menabrak Emily yang sedang berjalan terburu-buru hingga Emily terjatuh dan buku-buku yang dibawa Emily jatuh berantakan.
“Aduh, maaf. Sini aku bantuin.” Kata Kenzo kemudian segera mengambil buku-buku yang berserakan.
“Ng..gak usah kak. Gak papa kok.” Kata Emily malu-malu sambil menata buku-bukunya yang jatuh. Dia tidak berani menatap wajah Kenzo.
Sampai tiba-tiba tangan mereka saling bersentuhan saat akan mengambil sebuah buku. Lagi-lagi, hukum fisika tentang aliran elektron pun terjadi antara mereka. Bedanya, aliran elektron yang ada di tubuh Emily lebih aktif. Sehingga Emily pun terlihat begitu salah tingkah. Kenzo hanya tertawa kecil melihat tingkah sahabat adiknya itu.
“Sekali lagi maaf ya, kamu temennya Alea kan? Eng.. nama kamu siapa?” tanya Kenzo. Pipi Emily memerah.
“Emily kak, panggil aja Mily.” Jawab Emily malu-malu.
“Yaudah, aku mau ke kantin nemuin temen-temen dulu kak. Permisi.” Kata Emily pamit kemudian ngacir dengan kecepatan tinggi. Kenzo sampai heran. Tapi dalam hati dia merasa senang karena mendapatkan hiburan berupa pertunjukan salting Emily tadi.
“Emily. Hmm. Manis juga.” Kata Kenzo kemudian melanjutkan langkah kakinya.
Setibanya di lab, Kenzo segera duduk dan menyalakan komputer. Tiba-tiba ada seorang cewek yang masuk dan kemudian duduk di samping Kenzo.
“Hai Kenzo.” Sapa cewek itu.
“Hai Rara.” Jawab Kenzo singkat.
“Kok tumben sendirian? Tara sama yang lainnya mana?” tanya Rara.
“Gak tau. Paling pada di ruang BEM persiapan buat pengumuman nanti sore.” Jawab Kenzo sambil sibuk berselancar di internet.
“Kenzo.” Kata Rara. Kali ini, Kenzo tak dapat bersuara karena ternyata Rara sedang memegang tangan kanannya. Jantungnya berdegup kencang. Memang selama ini Kenzo menyukai Rara. Tapi karena Rara tak pernah memberikan respon yang baik, akhirnya Kenzo memilih berhenti mengejarnya.
Kenzo menoleh pelan. Nampak wajah oriental Rara dengan mata sipitnya. Juga senyuman cantik yang dulu begitu mempesona Kenzo. Tapi kini tak lagi mempesonanya.
“Kenapa Ra?” tanya Kenzo berusaha mempertahankan tampang juteknya. Tapi Rara tak menjawab, justru genggamannya ke tangan Kenzo makin erat. Dan wajah Rara makin mendekat ke wajah Kenzo.
“Rara apaan sih loe?” tanya Kenzo risih. Namun Rara tampak tak menghiraukan kata-kata Kenzo.
Dengan perlahan, Kenzo menjauhkan wajahnya, menjauhkan pandangannya dari wajah Rara. Hingga matanya terhenti pada sosok Emily yang tengah berdiri dengan raut wajah kecewa. Di tangan kanan Emily, tampak plastik berisi obat milik Kenzo. Melihat Kenzo dan Rara begitu dekat, hati Emily terasa hancur. Dia pun menjatuhkan obat Kenzo dan kemudian berlari menjauh. Kenzo pun mundur menjauhi Rara, kemudian berusaha mengejar Emily. Rara terdiam (Tengsin kayaknya).
“Mily! Tunggu Mily!” teriak Kenzo memanggil Emily yang sudah berlari jauh.




Bersambung dulu ya guys....

Chapter berikutnya, sabar yaa.. ^^.
Share:

Cerita Tentang Kita | CHAPTER - 3, 'Awake...'


Title : Cerita Tentang Kita
Author : Nur Rochman
Genre : Life, Romantis, Family

Maaf ya, kalo chapter ini rada pendek. Muehehe. Selamat membaca dan selamat menikmati. Jangan lupa kasih komen supaya Next Chapter bisa lebih bagus ya... ^^.



'Awake...'

Hampir 3 hari Kenzo di rumah sakit dan belum sadarkan diri. Alea, dengan sabar menjaga kakaknya setiap sepulang kuliah. Evan, Tara, dan Wayan pun selalu rutin menjenguk sahabat terbaik mereka itu. Teman-teman Kenzo yang lain pun juga menjenguk. Berdasarkan informasi dari dokter, Kenzo tidak mengalami luka yang parah. Namun benturan di kepalanya menyebabkan shock yang membuat Kenzo belum sadarkan diri.
“Al, kamu udah makan?” tanya Evan ke Alea.
“Eh, kak Evan. Belum kak nanti aja.” Jawab Alea pelan.
“Alea, kamu makan dulu gih. Dari tadi pagi kamu juga belum makan kan? Ini udah jam 7 malem lho.” Kata Tara ikut menasehati Alea. Alea hanya diam saja.
“Yaudah yaudah. Gue keluar bentar ya.” Kata Wayan pamit.
“Ke mana loe?” tanya Tara.
“Bentar doang, nanti balik ke sini lagi.” Kata Wayan seraya pergi. Suasana menjadi hening. Kenzo yang masih terbaring lemah di tempat tidurnya, Alea yang tampak lemah. Evan dan Tara yang begitu sabar menemani Alea menjaga Kenzo.
“Kak Kenzo, bangun kak. Alea gak mau kehilangan kakak. Alea sayang sama kakak.” Bisikan lirih Alea diiringi isak tangis.
“Makan makaaan.” Suara Wayan memecah keheningan. Ternyata Wayan keluar untuk membelikan makan Alea, Evan, dan Tara.
“Nih Alea, kamu makan dulu.” Kata Wayan sambil menyodorkan nasi bungkus ke Alea. Namun Alea tampak diam.
“Biar gue aja Yan.” Kata Evan mengambil nasi bungkus dari tangan Wayan. Dengan sabar, Evan berjongkok di samping Alea. Membisikkan sesuatu ke telinga Alea.
“Alea.. Makan dulu ya.” Kata Evan lembut sambil menyuapi Alea. Dan ternyata Alea mau makan! Hal ini membuat Tara dan Wayan kaget, tapi mereka kemudian hanya tersenyum. Mereka tau betul kalau sebenarnya Alea dan Evan saling memiliki perasaan suka.
“Kak Evan.” Kata Alea tiba-tiba.
“Iya Alea?” tanya Evan.
“Kapan kakakku bangun kak?” tanya Alea. Mendengar pertanyaan Alea, Evan hanya tersenyum.
“Alea, kak Kenzo pasti segera bangun kok. Kamu inget kan, janji kak Kenzo?” tanya Evan. Alea mengangguk,”Kak Kenzo tu orang yang selalu menepati janji. Jadi, kamu harus percaya sama dia. Ya.”
Alea tersenyum mendengar jawaban dari Evan. Dia merasa senang karena Kenzo memiliki sahabat-sahabat yang begitu menyayangi Kenzo dan juga peduli padanya. Evan, Tara, dan Wayan.
***
“Gila loe Ve. Perbuatan loe nekad banget tau gak? Sekarang malah Kenzo yang menderita.” Kata salah seorang teman Ve yang bernama Icha.
“Gue khilaf Cha. Gue gak nyangka kalo Kenzo yang bakal ketabrak. Trus gue harus gimana?” tanya Ve gugup.
“Yang jelas, loe harus minta maaf sama Kenzo. Tapi yang pertama, loe harus minta maaf sama si Alea.” Saran teman Ve yang bernama Dina
“Tapi gue malu Na.” Kata Ve.
“Bener apa kata Dina. Loe harus mau minta maaf Alea. Karena apa yang loe lakuin udah kelewat batas.” Kata Icha tegas. Ve pun akhirnya menuruti apa kata Dina dan Icha untuk minta maaf kepada Alea.
Ve ditemani Dina dan Icha bergegas mencari Alea, namun tak juga ketemu. Akhirnya mereka menemukan Alea sedang duduk sendirian di depan perpustakaan. Dengan langkah ragu-ragu, Ve menghampiri Alea.
“A..Alea.” sapa Ve gugup.
“Iya kak Ve. Ada apa?” kata Alea lembut. Ve terdiam sebentar.
“Ada yang pengen aku sampaiin ke kamu. Aku pengen minta maaf soal apa yang terjadi pas acara di kantin beberapa hari lalu.” Kata Ve.
“Iya kak, gakpapa. Aku juga minta maaf ya, soalnya waktu itu gak hati-hati pas jalan jadi nabrak kakak.” Kata Alea sambil tersenyum. Hal itu membuat Ve semakin tak enak hati.
“Ada lagi Alea. Soal Kenzo.” Kata Ve. Mendengar ini, raut wajah Alea tampak berubah.
“Sebenarnya, yang ngendarain mobil yang berusaha nabrak kamu itu.. Aku.” Kata Ve lirih.
“Plakkk!!!” sebuah tamparan keras mendarat di pipi kiri Ve. Tampak wajah Alea dipenuhi amarah. Dia mampu memaafkan apa yang coba dilakukan Ve kepadanya. Tapi tidak pada apa yang sudah Ve lakukan pada kakaknya, Kenzo. Ve bingung pada reaksi Alea yang sangat tak biasa. Namun dia tetap merasa bersalah sehingga hanya diam saja.
“Kak Ve. Silakan kamu celakain aku. Kalau perlu, bunuh aku sekalian. Tapi jangan pernah sakitin kakakku!” kata Alea penuh amarah.
“Ja..jadi.. Kenzo..” kata Ve menyadari kekeliruan dan kesalahpahaman yang selama ini.
“Kak Kenzo itu kakakku. Dan dia sekarang belum sadarkan diri karena perbuatan kamu kak!” kata Alea kemudian pergi meninggalkan Ve dalam perasaan bersalah yang begitu dalam. Ketidaktahuannya yang sudah diselimuti rasa cemburu telah menyebabkan hal yang sangat mengerikan.
***
Kuliah baru saja usai. Tapi keinginan Alea untuk segera ke rumah sakit harus tertunda karena ada tugas kuliah yang harus dikerjakan terlebih dahulu.
“Mily, punya kamu udah selesai belum?” tanya Alea kepada Emily.
“Belum nih Al. Masih setengah lagi. Punyamu udah?”
“Hehe. Belum juga.” Jawab Alea. Mereka berdua pun tertawa. Dari kejauhan tampak Liana dan Gea yang berjalan ke arah mereka.
“Hey, tugas kalian udah jadi belum?” tanya Liana.
“Belum nih Li. Masih kurang banyak. Loe udah selesai?” tanya balik Emily.
“Belum juga nih Mily. Tapi si Gea tu yang udah. Sumpah cepet banget ngerjainnya.” Kata Liana. Gea hanya tersenyum malu.
“Gea, ajarin aku dong.” Kata Alea. Gea pun segera mendatangi Alea dan membantu Alea menyelesaikan tugasnya.
“Oke. Makasih ya Gea.” Kata Alea.
“I..Iya. Sama-sama Alea.” Kata Gea.
“Yah curang. Kita berdua kok gak dibantuin juga?” kata Emily protes. Gea pun tersenyum kemudian menghampiri dan membantu kedua sahabatnya itu. Dengan serius, Gea mengajari Emily dan Liana memahami soal-soal.
“Eh, temen-temen. Aku duluan ya.” Kata Alea pamit.
“Mau ke rumah sakit ya Al?” tanya Emily.
“Iya Milly. Mau ikut?”
“Pengen sih, tapi tugasku belum selesai. Nanti aja deh aku nyusul ya.” Kata Emily.
“Yaudah. Daa temen-temen.” Kata Alea seraya berlari menuju gerbang kampus. Tiba-tiba ponselnya berdering. Ternyata Evan yang menelpon.
“Halo kak Evan.”
“Iya Al. Kenzo udah sadar! Kamu cepet ke sini ya.”
“Iya kak. Makasih ya kak.” Hati Alea begitu senang mendengar kabar tersebut. Dia pun bergegas menuju rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit, Alea langsung berlari menuju kamar tempat Kenzo dirawat. Tanpa memeperhatikan ada Evan, Tara, dan Wayan, Alea langsung memeluk kakaknya dengan erat.
“Kakaak.” Kata Alea bahagia.
“Aduh duh duh Al. Punggung kakak masih sakit.” Kata Kenzo meringis menahan sakit.
“Eh, iya maaf kak.” Kata Alea melepas pelukannya. Alea dan Kenzo berpandangan cukup lama. Tiba-tiba Alea menangis.
“Alea sayang. Kenapa nangis? Kakak kan udah sadar.” Kata Kenzo.
“Kakak jahat. Kenapa lama banget sadarnya?” kata Alea sambil memeluk Kenzo lagi. Dengan lembut, Kenzo membelai rambut panjang Alea.
“Maafin kakak udah bikin kamu khawatir. Udah ya, jangan nangis lagi.” Kata Kenzo. Alea langsung menyeka air matanya. Evan, Tara, dan Wayan yang dari tadi hanya memperhatikan ikut senang melihat Kenzo dan Alea yang sudah bisa bersama lagi.
“Kakak..” kata Alea lirih.
“Iya Alea. Ada apa?” tanya Kenzo.
“Alea boleh cubit hidung kakak gak?” tanya Alea polos. Kontan Evan, Tara, dan Wayan tertawa mendengar permintaan aneh dari Alea.
Kenzo pun tersenyum mendengar permintaan adiknya itu. Dengan perlahan, diraihnya tangan kanan Alea kemudian diletakkannya jari-jari tangan Alea ke hidungnya. Tapi Alea tidak mencubitnya. Air mata Alea kembali mengalir. Alea kembali memeluk Kenzo. Tapi kali ini, Kenzo membiarkan Alea memeluknya dan menangis. Dia membiarkan Alea meluapkan semua rasa sedihnya selama ini.
Lelah menangis, Alea ternyata tertidur di pelukan Kenzo. Evan menawarkan diri untuk menggendong Alea, memindahnya ke sofa. Tapi Kenzo melarangnya. Dia membiarkan Alea tidur dengan pulas di pelukannya.
“Evan, Tara, Wayan. Makasih ya, kalian udah mau ngejaga adik gue Alea. Kalian emang sahabat terbaik gue.” Kata Kenzo.
“Yo’i sob. Kita kan, sahabat selamanya.” Kata Wayan.
“Iya Kenzo. Kita seneng kok bisa bantu loe.” Kata Evan sambil tersenyum memandangi Alea.
“Yaelah. Kalo si Evan kan emang suka sama Alea. Jadinya ya mau banget lah. Hahaha” Goda Tara.
“Apaan sih loe Tar.” Kata Evan malu. Kenzo, Tara, dan Wayan tertawa melihat wajah Evan yang memerah.
Makasih banget Van. Sekarang, seandainya gue jauh dari Alea, gue gak perlu khawatir karena ada loe yang dengan tulus ngejaga Alea.” Batin Kenzo sambil memandang Evan yang masih dikerjai Tara dan Wayan.

~ To be continued (?) ~ 

Silakan kasih komentar ya... ^^. Follow saya yahh ~> @NVRstepback. Folbek? Mensen ajah.. ^^,
Share:

Cerita Tentang Kita | CHAPTER - 2, 'Crash!'

Title : Cerita Tentang Kita
Author : Nur Rochman
Genre : Life, Romantis, Family


http://i457.photobucket.com/albums/qq299/LouricaKikay/Anime%20Girl/Stop.jpg

Cerita Tentang Kita | Sebuah Awal, CHAPTER – 2

Emily, Liana, dan Gea sudah duduk kembali di dalam hall untuk bersiap mengikuti lanjutan acara penyambutan mahasiswa baru. Namun pikiran mereka masih tertuju pada Alea yang sekarang sedang tidak bersama mereka. Di dalam hall, begitu riuh dengan suara percakapan para mahasiswa baru.
“Selamat siang teman-teman.” Suara seorang di atas panggung mengubah suasana ruang hall menjadi begitu hening. Seorang cowok berwajah tampan yang menenteng gitar berdiri di atas panggung hall.
“Nah, itu dia artis kita dateng.” Kata Tara. Kenzo hanya tersenyum melihat kehadiran Wayan yang tidak disangka-sangka.
“Oke, kenalin nama gue Wayan Svastika. Kalian bisa panggil gue Wayan. Di sini, gue bakal mencoba menghibur kalian teman-teman mahasiswa baru dengan beberapa lagu. Semuanya setuju?” Kata Wayan diikuti riuh tepuk tangan para mahasiswa baru terutama para cewek.
Wayan pun mulai memetik senar-senar gitarnya dan menyanyikan sebuah lagu. Suasana hall kembali hening, hanya terdengar suara Wayan diikuti alunan gitarnya yang seolah menyihir seisi hall.
“Bener-bener Voice of God.” Kata Kenzo. Tara mengangguk tanda setuju pada Kenzo.
***
“Alea.” Kata Evan pelan.
“Iya kak.” Jawab Alea.
“Kamu udah gak papa?” tanya Evan.
“I..iya kak. Udah gakpapa kok.” Jawab Alea sedikit canggung karena dia tidak terbiasa berduaan dengan seorang cowok selain papa dan kakaknya, Kenzo.
“Emm.. Alea, boleh tanya sesuatu gak?”
“Apa itu kak?”
“Kenapa kamu tadi nangis histeris?” tanya Evan. Alea terdiam sejenak. Wajahnya berubah murung.
“Eh, kalo kamu gak mau jawab, gakpapa kok. Aku...” belum sempat Evan menyelesaikan kata-katanya, Alea langsung berbicara.
“Aku takut darah kak. Semuanya bermula waktu aku masih kecil. Waktu itu aku sama kak Kenzo lagi main kejar-kejaran. Karena masih kecil, aku gak tahu kalo ternyata aku lari ke jalan raya. Pas ada mobil yang hampir nabrak aku, tiba-tiba kak Kenzo ngedorong aku sampe jatuh. Kak Kenzo yang ketabrak. Dan kepalanya...” Alea tak melanjutkan kata-katanya. Kedua tangannya menutupi wajahnya yang sembab karena kembali menangis.
“Udah Alea, jangan diterusin.” Kata Evan menenangkan Alea. Tiba-tiba Alea memeluk Evan.
“Kak Evan, tolong jagain kak Kenzo buat aku ya.” Kata Alea.
“I..Iya Alea, ta..tapi.” kata Evan terbata-bata. Alea baru sadar kalau dia memeluk Evan.
“Eh, ma..maaf kak.” Kata Alea buru-buru mundur dari Evan. Wajah mereka bersemu merah.
***
“Jrenggg.” Wayan selesai menyanyikan sebuah lagu. Suasana masih hening. Kemudian tepuk tangan mulai muncul.
“Terimakasih.” Kata Wayan sambil membungkukkan badan kemudian berjalan menuruni panggung. Pembawa acara pun kembali memandu jalannya acara hingga selesai. Sesampainya di belakang panggung, Wayan sudah disambut Kenzo dan Tara.
“Selalu bisa menyihir pendengar loe.” Kata Tara memuji Wayan.
“Alah, loe bisa aja bro. Sorry ya gue telat.” Kata Wayan.
“Iya, gakpapa. Yang penting loe bisa dateng trus berhasil nyihir seisi hall.” Kata Kenzo.
“Haha. Loe bisa aja deh Kenzo.”
“Eh, gue ke klinik dulu ya.” Kata Kenzo. Tara mengangguk.
“Klinik? Ngapain woy?!” tanya Wayan.
“Datengin adik gue.” Kata Kenzo sambil berlalu. Wayan bingung. Tara hanya tersenyum melihat kebingungan di wajah Wayan.
Kenzo berjalan sendirian keluar hall. Di depan hall, dia duduk merenung. Kenzo teringat pada kejadian yang menimpa Alea tadi. Dia memegangi kepalanya.
“Alea.. apa kamu masih dihantui trauma itu..” pikir Kenzo.
“Hai Kenzo.” Ve yang tiba-tiba muncul membuyarkan lamunan Kenzo.
“Kok sendirian? Tara sama Evan mana?” tanya Ve.
“Ve.” Kata Kenzo dengan nada tegas.
“Iya?”
“Gue peringatin ke loe. Jangan pernah ganggu atau sentuh Alea, atau loe bakal berhadapan sama gue. Ngerti loe?” kata Kenzo kemudian pergi.
Ve kaget mendengar kata-kata Kenzo tadi. Dia masih heran kenapa Kenzo bisa tiba-tiba begitu dekat dengan Alea, seorang mahasiswa yang baru saja masuk. Padahal selama ini yang dia tahu Kenzo gak pernah dekat dengan cewek. Rasa kesalnya pada Alea pun semakin besar.
Di depan klinik, Kenzo tak langsung masuk. Dia mendengar percakapan Alea dan Evan yang terdengar begitu hangat dan menyenangkan. Kenzo tersenyum, kemudian masuk.
“Eh, loe Kenzo.” Kata Evan menyambut kedatangan Kenzo.
“Kakaaak.” Kata Alea yang kemudian berhambur memeluk kakak tersayangnya itu. “Kakak ke mana aja? Kakak gak kenapa-kenapa kan?”
“Alea sayang, kakak tadi kan di hall. Ini, sekarang udah di sini.” Kata Kenzo sambil tersenyum. Alea tertunduk, wajahnya murung.
“Ih, senyum dong, jangan manyun gitu. Nanti cantik ilang lho.” Kata Kenzo menggoda Alea. Alea pun mencubit hidung Kenzo.
“Aaaawww!!” Evan dan Alea tertawa melihat Kenzo kesakitan memegangi hidungnya.
“Van, makasih ya udah mau jagain Alea. Gue ajak dia makan dulu ya.” Kata Kenzo ke Evan.
“Iya bro, sama-sama.” Kata Evan. Kenzo mengajak Alea keluar klinik. Evan dan Alea sempat saling curi pandang dan melempar senyum. Kenzo yang mengetahuinya hanya tersenyum.
Kenzo dan Alea berjalan berdampingan menuju kantin. Alea mengandeng tangan kakaknya dengan erat. Yang tidak tahu, pasti akan mengira kalau mereka adalah sepasang kekasih. Sesampainya di kantin, Kenzo memesan makanan dan minuman untuk mereka berdua. Kemudian mereka duduk.
“Kakak.” Kata Alea.
“Iya Al. Ada apa?” tanya Kenzo.
“Kakak jangan jauh-jauh dari Alea. Alea gak mau jauh dari kakak lagi kayak pas Alea di Jepang.” Kata Alea.
“Iya sayang. Kakak janji, gak akan jauh-jauh dari Alea.” Kata Kenzo menenangkan Alea. Makanan dan minuman pesanan mereka sudah datang. Mereka pun segera menyantapnya.
“Al, kak Evan menurut kamu orangnya gimana?” tanya Kenzo tiba-tiba. Hampir Alea tersedak.
“Orangnya baik kak. Juga pinter ngelawak.” Kata Alea malu-malu.
“Kamu suka ya sama kak Evan? Dia masih single loe.” Goda Kenzo.
“Ih, kakakku kok sok tau sih.” Kata Alea sambil mencubit hidung Kenzo dengan gemas.
Saat asyik bersenda gurau, mereka tidak sadar kalau ada Ve yang dari tempat lain sedang memperhatikan mereka. Hatinya begitu panas melihat kemesraan Kenzo dan Alea. Pikirannya tak bisa berpikir jernih. Yang dia pikirkan hanyalah bagaimana cara memberikan pelajaran kepada Alea karena sudah berani mendekati Kenzo, cowok yang dia sukai.
***
Pukul 3 sore, acara sudah selesai. Seluruh mahasiswa baru dan juga para panitia bergegas meninggalkan pulang. Kenzo dan Alea pun sedang bersiap untuk pulang. Saat sedang akan menyalakan motor, Kenzo tersadar kalau ada sesuatu yang hilang. Kunci motornya.
“Yah, kuncinya gak ada Al.” Kata Kenzo.
“Aduh, penyakit teledornya kakak nih. Yaudah, yuk dicari dulu” kata Alea.
Kenzo dan Alea pun menyusuri sepanjang jalan dari tempat parkir ke hall. Mereka hampir putus asa karena tidak segera menemukannya. Kemudian Alea pun berhasil melihatnya.
“Kak, itu kak!” teriak Alea.
“Mana?” tanya Kenzo.
“Itu.” Kata Alea sambil menunjuk ke arah kunci motor yang ada di tengah jalan masuk kampus. Saat Kenzo hendak mengambilnya, Alea mencegahnya.
“Udah, biar aku aja yang ambilin kak.” Kata Alea kemudian berlari untuk mengambil kunci tersebut. Alea segera mengambil kunci motor Kenzo, tapi tiba-tiba dari belakang muncul mobil yang meluncur hendak menabrak Alea. Kenzo menyadarinya, kemudian berlari mendorong tubuh Alea hingga terjatuh. Kenzo terlambat menghindar hingga akhirnya dia tertabrak dan jatuh dengan darah yang keluar dari tubuhnya. Sebelum kehilangan kesadaran, Kenzo melihat siapa yang ada di balik kemudi itu : Ve!
“Kakaaak!!!!” Alea yang melihat kejadian itu langsung berteriak dan berlari menghampiri Kenzo. Ve langsung mengemudikan mobilnya menjauh dari tempat itu. Alea berusaha membangunkan kakaknya yang terkapar penuh darah. Melihat darah yang begitu banyak di tubuh Kenzo, tubuh Alea bergetar. Dia berteriak histeris.
Teriakan Alea ternyata terdengar oleh Evan, Tara, dan Wayan yang ternyata belum pulang. Mereka segera menolong Kenzo dan membawanya ke rumah sakit serta membantu Alea untuk menenangkan diri. Alea masih menangis, wajahnya sangat pucat. Kedua tangannya masih penuh dengan darah Kenzo. Tak henti-hentinya dia memanggil nama Kenzo yang tak sadarkan diri.

bersambung.........

Next chapter, segera.. b^^d
 
Share:

Between The Skyline, Part - 3


Before on Between The Skyline :
“Yel! Ziel! Bangun!” Alyssa menggoncang-goncangkan tubuh Raziel yang tersungkur. Beruntung, Mitha dan Tito muncul dan segera membantu Alyssa membawa Raziel ke UKS.

Part - 3

“Kamu siap ikut audisi ini Ziel?” tanya kakek kepada cucu kesayangannya yang tampak gugup.
“S..siap kek.” Jawab Raziel gugup. Sang kakek hanya tersenyum.
Mobil yang mereka kendarai melaju mulus membelah hutan pinus yang sangat lebat. Tiba-tiba dari arah yang berlawanan muncul truk besar yang berjalan oleng. Dan entah kenapa sopir seakan kehilangan kendali mobil. Raziel pun ketakutan.
“Kek..” kata Raziel lirih sambil mendekap erat kakek.
“Tenang Ziel, semuanya akan…” kata-kata kakek terputus berganti suara hantaman keras.
“Aaaaaakkk!!” teriak Raziel. Namun kemudian terdiam melihat suasana di sekitarnya. Ternyata dia sedang berada di UKS.
“Sial!” umpat Raziel sambil tersenyum kecut. Dia pun beranjak dari tempat tidur UKS dan berjalan keluar. Tapi ada sesuatu yang menghentikan langkahnya. Oliver!
“Hey kau!” hardik Raziel kesal ke arah Oliver. Kali ini dia sudah tak lagi kaget melihat sosok misterius bernama Oliver itu.
Mendengar kekesalan Raziel, Oliver hanya membalasnya dengan senyuman kemudian mulai memainkan gitarnya. Satu persatu dawai dipetik mengalunkan nada dan irama yang merdu. Entah kenapa rasa marah dan kesal dalam dada Raziel lenyap, hanyut bersama keindahan nada yang dimainkan oleh Oliver. Air matanya menetes. Dia jatuh terduduk mendengarkan lagu yang dimainkan Oliver. Lagu yang dulu selalu dimainkan oleh ayah dan kakeknya sebelum dia tidur, “Sleep My Dear”. Yang sudah lama tak pernah dia dengarkan dan hampir dia lupakan.
“Bagaimana?” tanya Oliver setelah melodi “Sleep My Dear” itu berakhir.
“Indah…” kata Raziel tertunduk. Air matanya masih mengalir. Air mata kerinduan pada sosok orang tua dan kakek yang dulu selalu ada baginya. Seolah mampu membaca pikiran Raziel, Oliver mendekat dan mengusap kepala Raziel.
“Buat mereka bangga.” Kata Oliver. Raziel mengangkat kepalanya menatap Oliver yang sedang tersenyum. Raziel kembali tertunduk. Tersirat ragu di wajah Raziel.
“Apa aku masih mampu?” pikir Raziel. Dia berjalan keluar UKS. Baru beberapa langkah dari UKS, dia bertemu dengan Alyssa, Mitha, dan Tito yang ingin menjenguknya.
“Ziel!!” teriak Alyssa yang kemudian berhambur memeluk Raziel. Hal ini membuat Raziel gugup dan agak canggung. Tentu, Mitha dan Tito juga kaget melihat reaksi Alyssa yang langsung memeluk Raziel. Karena mereka berdua tahu, Alyssa sebelumnya tak pernah bersikap seperti itu kepada cowok manapun.
“Kamu nggakpapa?” tanya Alyssa sambil masih memeluk Raziel.
“Aku nggakpapa kok Cha.” Kata Raziel sambil berusaha melepas pelukan Alyssa. Dia merasa tak enak pada Mitha dan Tito, juga siswa lain yang melihat Alyssa memeluknya. Alyssa pun melepas pelukannya. Tapi Raziel melihat wajah manis Alyssa tengah berlinang air mata.
“Chacha.. Kamu nangis?” tanya Raziel. Alyssa menunduk, berusaha menyembunyikan tangisannya.
“Mitha. Kok si Alyssa jadi aneh gini sih sejak Raziel ada di sini?” tanya Tito setengah berbisik kepada Mitha. Mitha hanya menggeleng.
“Chacha…” kata Raziel pelan. Mengangkat kepala Alyssa. Kedua mata mereka saling bertemu. Jarak wajah mereka makin dekat dan makin dekat. Alyssa menahan nafasnya.
“Kamu kalo nangis jelek tau.” Celetuk Raziel. Alyssa yang mendengarnya pun mati kutu.
“Dasar Ziel jelekk!” teriak Alyssa kemudian menjewer telinga Raziel. Mitha dan Tito yang dari tadi menjadi penonton pun semakin cengo melihat adegan Raziel dan Alyssa yang begitu mudah berubah suasana.
***
Suasana kembali normal. Alyssa, Mitha, Tito, serta Raziel berjalan bersama menuju kelas untuk mengikuti pelajaran. Beberapa kali Raziel bertingkah jahil ke Alyssa, yang membuat Alyssa berteriak dan mencubit Raziel. Mitha tertawa melihat kelakuan Raziel dan Alyssa. Tapi berbeda dengan Tito yang tampak cemberut dan sepertinya cemburu melihat Raziel begitu dekat dengan Alyssa.
“Kenapa si Alyssa bisa deket banget sama si Raziel ini?” gumam Tito dalam hati.
“Chacha, Mitha..” ucap Raziel tiba-tiba. Langkah mereka terhenti. Raziel berbalik dan berdiri menghadap Alyssa, Mitha, dan Tito. Sorot mata tajam Raziel tertangkap oleh pandangan Alyssa.
“Ada apa Ziel?” tanya Alyssa lembut.
“Eng.. Nanti.. Sehabis jam sekolah, kalian mau ke ruang musik lagi nggak?” tanya Raziel agak malu. Alyssa pun tersenyum kemudian memegang kedua pundak Raziel.
“Iya. Nanti kamu ikut lagi ya. Tapi jangan kayak kemarin.” Kata Alyssa sambil tersenyum.
“Sip.” Kata Raziel sambil mengacungkan kedua jempolnya ke arah Alyssa.
“Udah yuk, balik ke kelas. Pak Darwin ulangan nih.” Ujar Mitha tiba-tiba.
“Apa?!” teriak Raziel dan Alyssa bersamaan. Mitha hanya nyengir. Alyssa, Mitha, dan Raziel serta Tito pun bergegas kembali ke kelas masing-masing.
***
Bel tanda pulang sekolah berbunyi. Seluruh siswa SMA Satya bergegas meninggalkan sekolah, berbondong-bondong melewati gerbang sekolah. Di salah satu ruangan, terlihat 3 orang siswa yang sedang bersenda gurau sambil sesekali tertawa. Alyssa, Mitha, dan Raziel. Mereka sekarang sedang berada di ruang musik. Namun Raziel terlihat masih sedikit canggung dengan benda-benda yang ada di sekelilingnya. Alat-alat musik yang sudah lama tidak dia lihat dan tidak dia mainkan seperti kala ia kecil.
“Alyssa, siap?” tanya Mitha yang sudah standby di piano. Alyssa menganggukkan kepala kemudian berdiri.
Satu demi satu, Mitha memainkan tuts piano dengan pelan dan lembut. Perlahan terdengar nada yang indah dari situ. Dengan sedikit gerakan, Alyssa sudah berada di samping Raziel lalu mulai bernyanyi..

Shipwreck in a sea of faces

There's a dreamy world up there
Dear friends in higher places
Carry me away from here


Travel light, let the sun eclipse you

'Cause your flight is about to leave
And there's more to this brave adventure
Than you'd ever believe


Birdseye view, awake the stars 'cause they're all around you

Wide eyes will always brighten the blue
Chase your dreams, and remember me, sweet bravery
'Cause after all those wings will take you up so high


So bid the forest floor goodbye

As you race the wind and take to the sky
You take to the sky


On the heels of war and wonder

There's a stormy world up there
You can't whisper above the thunder
But you can fly anywhere


Purple burst of paper birds this

Picture paints a thousand words
So take a breath of myth and mystery
And don't look back


Birdseye view, awake the stars 'cause they're all around you

Wide eyes will always brighten the blue
Chase your dreams, and remember me, sweet bravery
'Cause after all those wings will take you up so high


So bid the forest floor goodbye

As you race the wind and take to the sky
(Take to the sky)


There's a realm above the trees

Where the lost are finally found
Touch your feathers to the breeze
And leave the ground


Birdseye view, awake the stars 'cause they're all around you

Wide eyes will always brighten the blue
Chase your dreams, and remember me, sweet bravery
'Cause after all those wings will take you up so high


So bid the forest floor goodbye

As you race the wind and take to the sky
You take to the sky
(You take to the sky)

You take to the sky

Permainan piano Mitha berhenti diikuti seutas senyuman dari Alyssa yang ditujukan kepada Raziel yang sedari tadi tak berhenti melihat Alyssa bernyanyi. Ada sedikit gairah yang muncul dari dalam hatinya untuk kembali bermain musik. Tapi masih tidak cukup untuk menghapus pedihnya rasa sakit yang masih membungkam seisi imajinasinya.
“Ziel..” Alyssa sudah duduk di samping Raziel yang masih termenung. Raziel tiba-tiba menunduk. Ada bulir air mata yang siap terjatuh, namun berusaha dia tahan. Seolah mengerti apa yang sedang dirasakan Raziel, Alyssa meletakkan tangannya di pundak Raziel.
“Rasa sakit ketika kita kehilangan orang-orang yang kita sayangi memang menyakitkan. Tapi bukan berarti hal itu harus menghentikan mimpi masa depan yang dulu pernah kita rangkai bersama mereka.” Kata Alyssa sambil memandang kosong. Raziel tersentak mendengar kata-kata Alyssa.
“Mungkin saat ini, mereka sedang menanti mimpi masa depan itu bisa terwujud. Dengan sabar melihat apa yang sedang kita usahakan untuk mewujudkannya. Jangan pernah berhenti mengejar mimpi.” Lanjut Alyssa.
“Chacha…” terdengar suara lirih Raziel.
“Ziel, buat mereka bangga. Wujudkan mimpi kamu. Jangan kecewakan mereka yang udah mendukung kamu. Om, tante, dan kakek. Buat mereka tersenyum bahagia di sana.” Kata Alyssa bijak.
“Kita selalu ada buat kamu Raziel.” Mitha menambahkan. Raziel tersenyum. Dia merasa beruntung bisa memiliki sahabat seperti Alyssa dan Mitha yang begitu peduli kepadanya.
Raziel mengedarkan pandangannya ke segenap sudut ruang musik. Ada beberapa gitar yang tergantung dengan rapi, piano berwarna putih yang kini sedang dimainkan Mitha, beberapa partitur lagu, dan… Sosok Oliver! Raziel hampir berteriak melihatnya. Tapi karena tahu hanya dia yang bisa melihat Oliver, Raziel hanya diam saja. Oliver tersenyum ke arah Raziel kemudian menunjuk sebuah gitar hitam yang tersandar di sudut ruangan. Dengan langkah agak ragu, Raziel berjalan mengambil gitar itu. Mitha bangkit dan kemudian duduk di samping Alyssa.
“Alyssa..” bisik Mitha. Alyssa hanya tersenyum kemudian memandang Raziel.
Raziel meraih gitar itu. Ditatapnya susunan keenam senar yang tampak masih baru. Kemudian dia duduk bersila dan mulai memetik satu demi satu dawai gitar itu. Pelan dan mulai mengalunkan nada yang merdu. Mata Raziel terpejam. Dia nampak begitu menikmati alunan nada itu. Mitha dan Alyssa takjub melihat aksi Raziel. Oliver yang melihat Raziel pun tersenyum. Sejurus kemudian, Oliver melihat sosok Alyssa yang sedang tersenyum dan ikut memejamkan mata menikmati permainan gitar Raziel.
Gadis ini yang akan menjadi semangatmu…” kemudian sosok Oliver menghilang seiring berakhirnya permainan gitar Raziel.

~ to be continued ~

tubikontinyu dulu yaaaa.... Part - 4 sedang dalam proses.. Proses nulis? Ermm... Proses pencarian inspirasi.. :p
Dadahhh.... Eh, jangan lupa komen di kotak komentar yakk, sekalian follow akun twitter ini ===> @NVRstepback
Share:

Cerita Tentang Kita | CHAPTER - 1, 'A Meeting'

Posting baru kali ini berupa cerbung ya guys. Tulisan lama sih, udah pernah gue post di blog Free 4 All Area, tapi pengen di-reshare aja di blog ini... :D

 
Title : Cerita Tentang Kita
Author : Nur Rochman
Genre : Life, Romantis, Family

http://sphotos-a.xx.fbcdn.net/hphotos-prn1/c0.0.403.403/p403x403/64575_589270067755152_1615692906_n.jpg

Cerita Tentang Kita | CHAPTER – 1, A Meeting

“Kriiing..Kriiing..Kriiing...” bunyi alarm yang begitu keras sepertinya mengusik tidur nyenyak Kenzo. Nampak dia belum mau bangun bahkan membuka matanya. Namun alarm masih terus berdering dengan keras.
“Dasar alarm sialan. Gak tau orang lagi ngantuk.” Umpat Kenzo sambil mematikan alarm.
“Oke. Gangguan udah gak ada, waktunya tidur lagi.” Kenzo merebahkan diri lagi ke tempat tidurnya.
Perlahan, Kenzo pun mulai tertidur kembali. Sampai akhirnya muncul seseorang yang mengguncang-guncangkan tubuhnya dan menyuruhnya bangun.
“Kak Kenzoo... Buruan banguuun!!”
“Aaahh.. Berisik. Lagian ini kan hari minggu.” Kata Kenzo kesal. Dia masih belum membuka matanya.
“Kakakku yang cakep, ayo dong bangun. Nanti cakepnya ilang lho.” Suara itu kembali mengusik dan menggoda Kenzo.
Kali ini, Kenzo tak menjawab. Dia perlahan bangun dan membuka matanya. Kenzo hampir melompat melihat siapa yang sedang berada di hadapannya. Seorang gadis cantik berambut panjang, bermata indah, dengan senyum manisnya. Kenzo melongo.
“Alea?” tanya Kenzo.
“Ih, kakak nih amnesia ya? Masa sama adiknya sendiri lupa sih.” Kata Alea manyun. Kenzo tersenyum, kemudian memeluk adik yang sangat dia sayangi itu.
“Kakak kangen sama kamu Al.” Kata Kenzo.
“Alea juga kangen sama kakak,” balas Alea, ”seneng deh kakak baik-baik aja.”
“Al, ini kamu beneran? Kok tambah cantik?” kata Kenzo sedikit menggoda Alea.
“Dasar, kakak ni. Adiknya sendiri digombalin.” Kata Alea sambil mencubit hidung mancung kakaknya.
“Auwww.. Sakit.” Teriak Kenzo. Alea pun melepaskan hidung kakaknya. “Kok gak telpon aja sih Al? Kan kakak bisa jemput kamu.”
“Huuu.. Bangun aja belum. Daripada nungguin kakak, mending Alea naik taksi sendiri.”
“Oiya. Kok kamu bisa masuk? Kan pintunya..” belum sempat Kenzo menyelesaikan kata-katanya, Alea pun memotongnya.
“Kakakku yang cakep tapi teledor, tadi tu pintunya sama sekali gak dikunci. Untung gak ada maling.” Kata Alea. Kenzo pun tersipu. Dia baru ingat kalau semalam dia memang lupa mengunci pintu rumah karena sudah keburu tidur.
“Yaudah, Alea mau masak dulu. Kakak belum makan kan?” tanya Alea.
“Iya nih Al, laper banget. Masak yang enak ya. Kakak mau cuci muka dulu.”
Alea bergegas ke dapur untuk memasak. Di sana, dengan cermat dia mulai memasak bahan-bahan dan bumbu yang ada. Tak berapa lama, dua piring nasi goreng lengkap dengan telur dadar dan taburan bawang goreng sudah siap di atas meja makan. Kenzo yang mencium aroma sedap masakan Alea bergegas berlari menuju meja makan.
“Sedapnya...” kata Kenzo.
“Ini dia, nasi goreng plus telur dadar ala chef Alea.. Hihihi.” Kata Alea bercanda. “Yuk kak, dimakan dulu.”
“Siap deh chef Alea.” Kenzo dan Alea pun makan bersama.
“Papa sama Mama di sana sehat kan?” tanya Kenzo.
“Iya kak, mereka pesen supaya kakak jaga kesehatan, jaga diri, terus sama kakak supaya ngejagain Alea bener-bener. Jangan digalakin. Trus jangan dibikin nangis. Harus jadi kakak yang bisa jadi teladan buat adiknya.” Kata Alea.
“Iya iya adikku yang cantik tapi bawelnya minta ampun.” Kata Kenzo.
“Oiya Al, kamu jadi masuk ke kampus kakak?” tanya Kenzo tiba-tiba.
“Iya kak, kata Papa sama Mama, disuruh masuk ke situ. Supaya ada yang ngejagain katanya.” Jawab Alea.
“Trus, kamu masuk jurusan apa?”
“Aku ambil jurusan Sastra kak. Hehe.”
“Sip deh, jurusan sastra kan gedungnya deket sama jurusan informatika. Jadi kakak bisa jagain kamu terus.”
“Huuu.. Eh, kak. Katanya kakak jadi ketua BEM ya di kampus?” tanya Alea.
“Iya Al. Oiya, besok Senin kan ada acara penyambutan mahasiswa baru. Tapi gak disuruh bawa yang aneh-aneh kok. Tenang aja. Terus kalo ada yang rese sama kamu, bilang ke kakak ya.” Jawab Kenzo.
“Siap boss.”
***
Hari senin tiba. Di Universitas Taruna, terlihat begitu banyak mahasiswa baru yang berkumpul di depan hall. Kenzo dan Alea baru saja sampai. Setelah memarkirkan motornya, Kenzo pun mengajak Alea ke hall.
“Al, nanti acaranya diadain di situ.” Kata Kenzo sambil menunjuk gedung Hall.
“Iya kak.” Kata Alea.
“Yaudah, kamu ke sana dulu gih cari-cari kenalan. Kakak mau ke ruang BEM dulu. Ati-ati ya.” Kata Kenzo kepada Alea.
“Iya kakakku yang cakep. Kakak juga ya.” Kata Alea sambil berlalu. Kenzo hanya tersenyum. Dia masih berdiri melihat Alea yang berjalan berbaur dengan mahasiswa baru lainnya. Setelah Alea tak terlihat, Kenzo pun memutar arah menuju ke ruang BEM. Sesampainya di ruang BEM, dia bertemu dengan dua sahabatnya. Evan dan Tara.
“Sob, baru dateng ya?” sapa Tara ke Kenzo.
“Iya nih, maklum hidup gak sama ortu, jadi apa-apa harus sendiri deh.” Jawab Kenzo.
“Makanya buruan cari cewek supaya gak sendirian terus. Hahaha.” Timpal Tara. Evan dan Tara pun tertawa terbahak-bahak.
“Sialan loe berdua.” Kata Kenzo sambil tersipu. “Oiya, Wayan belum dateng?” tanya Kenzo.
“Dia tadi telpon, saudaranya ada yang masuk rumah sakit. Jadi nanti dateng rada siang.” Jawab Tara.
Di tempat lain, Alea duduk sendirian di depan hall sambil melihat begitu banyak mahasiswa baru yang menunggu waktu dimulainya penyambutan mahasiswa baru. Tiba-tiba ada yang menghampirinya.
“Hai.” Sapa orang itu.
“Eh, iya.” Jawab Alea.
“Mahasiswa baru juga ya? Kenalin aku Emily Navita.” Kata Emily memperkenalkan diri.
“Iya, aku Alea. Salam kenal ya.” Kata Alea.
“Oiya Alea, ini Gea. Dia orangnya pemalu.” Kata Emily memperkenalkan Gea.
“Hai Gea.” Sapa Alea ramah. Gea hanya tersenyum malu. Tiba-tiba dari kejauhan ada yang berlari berhambur ke tempat Alea, Emily, dan Gea berada.
“Mily.. Sorry gue telat. Eh, ada temen baru. Kenalin gue Liana.” Kata Liana memperkenalkan diri.
“Iya Liana. Eh, kalian masuk jurusan apa?” tanya Alea.
“Kita bertiga kompakan masuk jurusan sastra Alea. Kalo kamu?” tanya Emily.
“Wah, kebetulan. Aku juga masuk sastra. Kalo gitu, gimana kalo kita sahabatan? Supaya bisa saling bantu.” Usul Alea.
“Setuju!!” teriak Liana. Mereka pun setuju untuk menjadi sahabat.
Saat asyik mengobrol, tiba-tiba ada suara yang mengejutkan mereka. Ternyata acara penyambutan mahasiswa baru akan segera dimulai. Alea, Emily, Gea, Liana, dan mahasiswa baru yang lain bergegas memasuki Hall. Setelah semuanya duduk dan menempatkan diri, acara pun dimulai. Acara berlangsung dengan lancar. Dan tiba pada sambutan dari perwakilan BEM. Ternyata yang maju adalah Kenzo, Evan, dan Tara.
“Selamat pagi semuanya.” Kata Kenzo mengawali sambutannya.
“Perkenalkan kami bertiga perwakilan dari BEM atau Badan Eksekutif Mahasiswa, selaku panitia penyelenggara acara ini. Saya Kenzo Aria Wiranata, kalian bisa panggil saya Kenzo. Saya ketua BEM sekaligus ketua panitia. Di sebelah kanan saya, Stevanus Ekananda. Ketua komunitas robot. Dan di sebelah kiri saya, Tara Adiputra. Ketua tim basket. Kami mengucapkan selamat datang kepada teman-teman mahasiswa baru.” Kata Kenzo mengawali sambutannya.
“Eh, liat deh. Kak Kenzo keren banget ya. Cakep.” Kata Emily kepada Alea, Gea, dan Liana.
“Mily kalo cowok bening tau aja deh. Emang bener, kak Kenzo emang cool abis.” Kata Liana. Alea hanya tersenyum mendengar sahabat-sahabatnya mengagumi kakaknya.
Waktu istirahat tiba. Kini mereka diperkenankan untuk istirahat sebelum melanjutkan acara. Alea dan sahabat-sahabatnya memutuskan untuk pergi ke kantin. Saat sedang asyik bercanda, tiba-tiba Alea menabrak seseorang hingga Alea terjatuh.
“Kamu gakpapa Alea?” tanya Liana membantu Alea berdiri.
“Eh, kalo jalan pake mata dong. Nabrak orang seenaknya.” Kata cewek itu, yang ternyata salah satu panitia.
“Maaf kak, tadi gak sengaja.” Kata Alea meminta maaf.
“Iya kak, maafin kita.” Kata Emily membela Alea.
“Dasar mahasiswa baru udah sok sok’an.” Kata orang itu kemudian mendorong Alea.
“Udah Ve. Jangan keterlaluan.” Kata teman orang itu.
“Gue tadi liat loe berduaan sama Kenzo di tempat parkir. Berani banget loe.” Cewek bernama Ve itu mengangkat tangannya akan menampar Alea. Tiba-tiba ada tangan yang menahannya. Ternyata Evan.
“Eits. Ve, jangan anarkis gini dong. Loe panitia. Pergi loe!” kata Evan dengan nada tinggi. Ve pun pergi dengan wajah kesal diikuti teman-temannya.
“Kamu gakpapa kan?” kata Evan mencoba membantu Alea berdiri. Saat itu, tatapan mata mereka beradu. Ada gejolak di dalam hati mereka. Alea pun berdiri dibantu Evan. Ternyata tangan kanan Alea berdarah. Tiba-tiba saja Alea menangis dan jatuh terduduk. Evan, Emily, Liana, dan Gea bingung kenapa tiba-tiba Alea menangis.
Dari belakang Evan, muncul Kenzo dan Tara.
“Waduh, Van. Anak orang loe apain nih sampe nangis gitu?” kata Tara.
“Gak gue apa-apain kunyuk. Tadi dia didorong sama Ve sampe jatuh. Trus dia jatuh.” Terang Evan.
Tanpa berkata apa-apa, Kenzo langsung menolong Alea berdiri kembali dan memeluknya. Hal itu membuat yang lain terkejut. Evan terdiam. Emily juga tiba-tiba terkejut melihat Kenzo memeluk Alea.
“Alea sayang, udah jangan nangis ya. Ada kakak di sini.” Kata Kenzo menenangkan Alea.
“Kak... a..ada.. d..da..rah kak.. Alea takut.” Kata Alea masih menangis.
“Tar, cepet ambil kotak P3K di ruang panitia. Buruan!!” kata Kenzo tegas. Tara pun bergegas berlari mengambil kotak P3K. “Sayang, udah jangan nangis ya.” Kata Kenzo masih memeluk Alea.
“Ka..kakak..jangan..Al..Alea takut..jangan ber..da..darah.. lagi.” Kata Alea terbata-bata. Kenzo semakin erat memeluk tubuh Alea.
Tara pun sudah datang dengan membawa kotak P3K. Dengan telaten, Kenzo membersihkan luka Alea dan membalut perban di tangan Alea. Perasaaan Evan dan Emily semakin tertusuk-tusuk melihat apa yang dilakukan Kenzo kepada Alea. Mereka belum tahu kalau Kenzo dan Alea adalah kakak beradik.
“Kenzo, gila loe. Sama mahasiswa baru udah berani peluk-peluk. Panggil sayang-sayangan lagi.” Celetuk Tara.
“Kalian, yang ada di sini denger ya. Alea ini adik kandung gue. Jadi wajar dong, kalo gue bersikap kayak gini.”
“Adik loe?” tanya Evan.
“Iya Van. Gue pernah cerita kan kalo gue punya adik yang ikut ortu gue ke Jepang dan sekolah di sana? Orang itu Alea. Jadi kalian jangan salah paham.” Evan dan Tara pun saling berpandangan.
“Alea punya phobia sama darah. Jadi dia langsung histeris ngeliat ada darah di tangannya.” Terang Kenzo. Evan, Tara, Emily, Liana, dan Gea pun manggut-manggut.
“Kalian temennya Alea kan?” tanya Kenzo ke Emily, Liana, dan Gea.
“I..Iya kak.” Jawab Emily malu-malu.
“Makasih ya, udah mau jadi temennya Alea. Kalo nanti ada yang gangguin Alea, kalian langsung bilang ke gue.” Kata Kenzo tegas. Emily pun mengangguk. Dia merasa senang melihat tatapan mata Kenzo kepadanya.
“Alea udah punya pacar belum?” tanya Tara tiba-tiba.
“Eh, loe kunyuk jangan berani-berani gangguin apalagi sentuh adik gue ya.” Kata Kenzo.
“Ye.. Galak. Taringnya keluar. Eh.” Tara menghentikan kata-katanya ketika melihat sorot mata serius Kenzo.
“Yaudah Al, kamu istirahat ke klinik kampus dulu aja ya. Gak usah ikut acara selanjutnya.” Kata Kenzo lembut ke Alea.
“Alea takut kak.” Kata Alea kemudian memeluk Kenzo.
“Gue juga mau dipeluk dong. Ups.” Celetuk Tara kembali terhenti oleh tatapan tajam Kenzo.
“Van, tolong temenin Alea ke klinik ya.” Kata Kenzo ke Evan.
“Kakak..” kata Alea memanggil Kenzo. Kenzo menoleh.
“Hati-hati..” kata Alea pelan. Kenzo tersenyum.
“Yuk Alea.” Kata Evan kemudian menggandeng tangan Alea. Mereka berjalan pelan ke klinik kampus. Ada senyum malu di antara mereka.
Kenzo dan Tara berjalan menuju ke ruang panitia. Emily, Liana, dan Gea bergegas berjalan menuju hall untuk mengikuti acara berikutnya.

To be continue...

Itu dulu ya guys, lanjutannya gue post kalo udah mood nge-post lagi... :P Jangan lupa kasih komen.. Hehehe
Follow me on twitter ===> @NVRstepback
Share:

#RandomPost - #LoneWolf | 7 Februari 2013

OK, hari ini mau ngisi halaman depan blog NVRstepback.blogspot.com supaya gak sepi kayak kuburan. Tapi bukan cerpen lho yaa... Trus apa dong?? Puisi aja lah, ato apalah nanti terserah temen2 yang nyebutnya apaan. Kenapa puisi?? Yaaa terserah gue dong, yang bikin kan gue... MUIHIHI

Pengen tau alasannya kenapa puisi? Ya gak tau juga sih, lagi suka nyepik terus nulis puisi.. Aneh? Gak kok biasa aja.. Nah, daripada ribut dan bikin kabur definisi puisi, gue kasih aja deh Part puisi nama #RandomPost. OK? Udah ah, kelamaan ngobrol... NYOHHH!!!!

#LoneWolf
Aku berjalan dalam kegamangan malam...
Aku mencari seutas cahaya sebagai genggaman..
Ya.. Karena aku.. Aku buta arah...

Jalan kelam ini menyesakkan imajinasiku..
Jalan kelam ini menghempaskan semangatku..
Ya.. Jalan ini.. Jalan kepergianmu...

Ke mana aku harus pergi? Tanyaku..
Tapi malam hanya tersenyum..
Tapi bintang hanya berkedip..
Tapi bulan hanya terdiam..

Aku seperti serigala...
Lolonganku tertelan pekat malam..
Disambut bias aurora yang melangkah pelan..

Aku melangkah....
Tanpa arah...Tanpa kata... Tanpa suara... Senyap... Hening.....

http://www.audiosparksforart.com/cries%20of%20the%20night/cries%20of%20the%20night-howling%20wolf-wolf%20pictures-animal%20art-silhouette%20art-digital%20art.jpg 
[0702'13]
Share: