#RandomPost - #DearSenja | 1 Februari 2013

NVRstepback.blogspot.com - Udah gagal nulis beberapa bulan & akhirnya cuma bisa posting video2 konyol dari akun youtube. Pengen sih bisa nglanjutin cerbung Between The Skyline-nya, tapi apa daya nggak ada inspirasi. Mau nulis cerpen baru juga sama aja nggak ada inspirasi. Eh eh eh, belum ding maksudnya.. Siapa tau ntar tiba-tiba nongol tuh si inspirasi.. Muehehe ^^,

Sebenernya sih ada satu penyebab yang lumayan berpengaruh bikin mood sama inspirasi jadi tenggelam (cielahbahasanyalebeh). Yaitu... SKRIPSI *nelenludah*. Maap deh ya, ngucap satu kata itu butuh hormon adrenalin hampir 80% dari total yang ada di dalem tubuh (busseett!).

Nah, gara-gara 'itu' (SKRIPSI -red) akhirnya kepala ane kebentur dah bingung mau ngegali inspirasi buat nulis cerpen yang merupakan passion ane (cielahbahasanyatinggibeud) ato inspirasi buat nulis.. Ehem.. SKRIPSI *nelenludah* itu yang merupakan wayout dari belenggu yang sekarang bener-bener bikin ane under huge pressure. Belenggu apaan? Udah ah, itu udah masuk wilayah privasi ane.. HIHI :p

Usaha? Udah sih. Beberapa minggu lalu ngelanjutin Between The Skyline-nya tapi tetep aja mentok dan akhirnya gagal posting... T_____T. Akhirnya yaaa belajar narsis dah, ngrekam video konyol > aplod ke akun yutup > diposting ke blog, supaya blog nggak sepi dan akhirnya jadi sarang laba-laba.

Ampun dah, semoga aja bulan Februari paling enggak bisa posting 1 ato 2 cerita. Entah itu lanjutannya Between The Skyline ato crita baru. Yang penting harus bisa posting! TITIK! *galakdikit*. Trus juga target Oktober harus dapet status 'LULUS' dan bisa 'WISUDA'. Target lulusnya... Errr... Juni deh Juni. Ganbatte! Cemungudd!! Hwaiting!!! Cayyooo!!!!

Udah ah, nggak jadi posting lagi hari ini. Mau nulis posting malah isinya cuma curhat gaje. Oiya, udah senja... Nyepikin senja dulu ah... *senyumtulus*


#DearSenja

Aku tau kau lelah menanti hari berakhir..
Aku tau kau lelah menanti baskara di pangkuanmu..
Aku tau kau lelah menahan tangis pilu hujan..
Aku tau kau lelah menahan deru sendu angin..

Tapi ketahuilah....
Kau sangat indah dengan mata redupmu..
Kau sangat cantik dengan senyum sederhanamu..
Kau sangat menawan dengan rona jinggamu..

Dan aku sangat menyukaimu.....
Karena meski hadirmu hanya sekejap..
Karena meski melihatmu hanya sesaat..
Kesan indahmu selalu tertahan di dinding jiwaku..
Kesan indahmu selalu mengisi rongga sepi hatiku..
Senja... Kau sangat indah :)

http://farm7.staticflickr.com/6115/6245405388_da485040a8_z.jpg 
[0102'13]
Share:

First Song I Wrote Ever...



Beberapa minggu yang lalu, abis upload video ke yutup. Yah, video pas ane maen gitar asal-asalan. Iseng nulis-nulis lagu, trus ane nyanyiin. Nih hasilnya. Dengan alat seadanya, lirik & musik seadanya, dan suara yang sangat mengada-ada..



Nih liriknya nih...

bias jingga senja..
mulai bercerita..
tentang sebuah masa lalu yang tlah usang.. yang perlahan kulupakan..
kisah sebuah kebersamaan yang kini tlah hilang..

muncul sebuah tanya..
untukmu di sana..
apakah kau baik-baik saja.. dan engkau bahagia..
setelah dirimu bersama dirinya..

[chorus]
kudoakan slalu, yang terbaik untukmu..
semoga kau dapat raih bahagiamu..
kuharap dirinya selalu menjagamu..
hingga akhir waktu..

[intro]

bias jingga senja..
perlahan menyapa..
sampaikan sepotong cerita tentangmu.. yang kini telah bahagia..
dan telah terobati semua luka..

[chorus]
kudoakan slalu, yang terbaik untukmu..
semoga kau dapat raih bahagiamu..
kuharap dirinya selalu menjagamu..
hingga akhir waktu..

maafkanlah aku, yang pernah cintaimu..
maafkanlah aku, yang telah sakitimu..
sebait doa untukmu, semoga dia slalu..
menjaga dan mencintaimu.. selamanya.... :)

 

That's it... Ada yang pengen komen? Ada yang pengen ketawa? Silakan di kotak komentar yakk.. :D
Share:

Tersimpan Di Hati

Cerpen baru... Tapi cerpen repost.. Tapi cerpen bikinan sendiri, ori, bukan bikinan orang lain.. Muihihihihihi :3
 
Title : Tersimpan Di Hati
Author : Nur Rochman
 
TERSIMPAN DI HATI

Kelas bahasa Indonesia baru saja berakhir ketika Pak Joko, guru Matematika sekaligus wali kelasku masuk bersama seorang siswi baru. Aku yang dari tadi terkantuk – kantuk mengikuti pelajaran bahasa Indonesia seolah dibangunkan oleh sosok siswi baru itu. Gadis berjilbab dengan wajah yang cantik. Senyumnya pun menawan. Saat Pak Joko mulai memperkenalkan siswi baru tersebut, seluruh kelas terdiam memperhatikan Pak Joko.
“Anak – anak, mulai hari ini, kalian akan mendapatkan teman baru. Namanya Dinda.” Sejenak Pak Joko melihat ke sekeliling kelas. Kemudian melanjutkan perkataannya. “Kamu duduk di samping Indra.” Kata Pak Joko sambil menunjuk kursi kosong di samping ku. Tanpa membantah, Dinda melangkah ke kursi yang ditunjuk Pak Joko langsung duduk. Dia menoleh ke arahku sambil melempar senyum.
“Kenalin. Aku Dinda.” Kata Dinda memperkenalkan dirinya padaku.
“Aku Indra. Senang bisa berkenalan sama kamu.” Balasku.
Setelah perkenalan singkat itu, kami pun memindahkan fokus kami ke arah Pak Joko yang sudah memulai pelajaran. Beberapa kali ku lirik Dinda yang sangat serius memperhatikan dengan seksama materi demi materi yang diberikan Pak Joko. Tanpa terasa timbul rasa kagumku pada Dinda.
“Teet.. teet.. teet..” bel tanda istirahat berbunyi. Tapi Dinda tidak segera beranjak dari tempat duduknya. Tiba – tiba dia menyodorkan buku catatannya padaku.
“Eh, Indra. Tolongin dong. Aku masih belum paham yang bagian ini.” Katanya sambil menunjuk bagian di buku catatannya. Hal itu membuatku agak gelagapan. Tapi segera ku kuasai diriku.
“Oh, ini tu maksudnya gini, …” ku jelaskan secara panjang lebar tentang hal yang ditanyakan Dinda padaku. Untung aku termasuk anak yang pandai sehingga bisa menjawab setiap pertanyaan dari Dinda. Setelah merasa puas karena pertanyaannya terjawab, Dinda mengeluarkan sekotak bekal. Saat dibuka, terlihat aneka kue kecil.
“Nih, Ndra. Kamu ambil. Makasih udah ngejelasin materi tadi. Maaf ngerepotin.”
“E…iya nggak papa. Aku seneng kok bisa bantuin kamu.”
“Teet.. teet.. teet..” bel masuk berbunyi. Pelajaran kembali berlanjut hingga tanpa terasa sudah waktunya pulang. Hari ini aku merasa senang karena mendapat satu teman baru bernama Dinda. Semoga saja aku dan Dinda bisa berteman selamanya.
***
Hari – hari berikutnya, aku semakin dekat dengan Dinda. Dan semakin aku tahu kepribadian Dinda yang ternyata sangat istimewa. Selain cantik wajahnya, hatinya pun sangat baik. Dia juga seorang muslimah yang taat beribadah. Rasa kagumku pun semakin bertambah.
Pernah saat aku sedang di masjid sekolah, aku melihat Dinda juga berada di situ. Saat melihatku, dia dengan ramah mengajakku melaksanakan sholat Dhuha.
“Indra, sholat berjamaan yuk. Kamu jadi imamku.”
“Eng.. iya deh. Bentar ya, aku ambil wudlu dulu.”
Kami berdua pun sholat berjamaah. Setelah selesai, aku membayangkan seandainya aku bisa menjadi imam sholat Dinda setiap waktu. Ahhh ngawur! Segera ku buang pikiran aneh itu. Ku ajak Dinda segera menuju kelas karena sebentar lagi bel masuk akan berbunyi.
“Yuk, Din bentar lagi masuk lho.” Ajakku.
“Iya. Yuk.” Sahut Dinda dengan ramah.
Seperti biasa, aku dan Dinda selalu berdiskusi setelah pelajaran selesai. Pernah sekali waktu Dinda mengajakku ke perpustakaan karena tidak tahu letak perpustakaan untuk mencari bahan untuk membuat makalah. Karena tak ada kesibukan, akhirnya aku menemani Dinda. Di sana, aku membantu Dinda untuk mendapatkan beberapa judul buku yang dicarinya. Setelah terkumpul semua, kami mulai membacanya dan mencatat hal – hal penting di dalamnya. Setelah memperoleh apa yang kami cari, kami kembali ke kelas.
Kedekatanku dengan Dinda ternyata mendapat reaksi dari teman – teman sekelasku. Berkali – kali setiap melihatku berjalan dengan Dinda, mereka berteriak menggodaku. Pernah saat Dinda tidak masuk, aku melontarkan pertanyaan saat sedang berkumpul dengan teman – temanku.
“Kok Dinda nggak masuk ya?” ucapku sambil setengah melamun.
“Ciee.. ciee… yang lagi mikirin Dinda..” goda teman – temanku.
“Eh, Ndra. Kenapa nggak kamu tembak aja si Dinda? Kalian kan udah deket banget tuh.” Celetuk salah seorang temanku yang bernama Putra.
“Ha? Ditembak? Ntar mati gimana?” jawabku sambil kebingungan.
“Ya ampun. Cakep – cakep ternyata bego ya.” Ejek Tian, temanku yang lain.
“Maksudku tu kamu ungkapin perasaan kamu ke Dinda. Ntar kamu pacaran deh sama Dinda. Gitu Indra.” Kata Putra menjelaskan maksudnya.
“Eng… gimana ya.. aku nggak tahu caranya.” kataku polos.
“Hmmm… Dasar temen kita yang satu ini kayaknya butuh kursus buat nembak cewek nih.” Ujar Fandi. Tawa teman – teman yang sedang berkumpul pun meledak. Aku bingung sendiri dengan apa yang sedang dibicarakan teman – temanku.
Setelah ngobrol dengan teman – temanku, aku mulai sadar kalau aku dan Dinda memang sangat dekat. Mungkin, bila orang – orang melihatku dengan Dinda, mereka akan berpikir kalau kami adalah sepasang kekasih. Aku sendiri sadar, kalau di balik rasa kagumku yang besar kepada sosok Dinda, aku menyimpan rasa lain yang kata teman – temanku bernama cinta yang masih terpendam di dalam hatiku. Ingin rasanya aku ingin mengungkapkannya. Tapi, aku tak punya cukup keberanian untuk mengungkapkannya.
Hari – hariku pun ku jalani seperti biasa. Perasaanku kepada Dinda tetap ku simpan di dalam hati. Teman – temanku semakin sering menggodaku saat aku sedang bersama Dinda. Berkali – kali mereka mendorongku untuk mengungkapkan perasaanku. Tapi aku menolaknya karena aku lebih nyaman menjalaninya seperti ini. Aku takut, apabila Dinda tahu perasaanku yang sebenarnya, dia justru akan menjauhiku. Jadi, aku lebih memilih memendam rasa cintaku ini di dalam hati, agar aku bisa selalu dekat dengan Dinda.
 
-selesai-

Komentarnya yakk ^^,
Share:

Sky Sailing - Brielle (@NVRstepback Cover)

Entah apa yang sudah merasuki tubuh dan jiwa saya, sampe-sampe saya bisa-bisanya ngrekam aksi gaje saya pas maen gitar sambil nyanyi pake cam laptop. Di-upload ke yutup pula. Astaghfirullahaladziim.. (-_____-")

Ini nih, lagunya Sky Sailing. Eh, bentar.. Pada tau Sky Sailing nggak? Nggak tau? Oh. Pengen tau nggak? Enggak? Yaudah deh. Eh, ada yang pengen tau? OK. Tau Adam Young? Owl City? Nggak tau juga? Ya ampooonnn.... (-_____-")

http://media.focusonthefamily.com/blogmedia/images/plugged-in/AdamYoungOwlCity.jpg
Penampakan Adam Young
Tuh potonya bang Adam Young.. Hah? Masih nggak tau??
Yaudah ah, kalo pengen tau tanya paman saya yang sangat pinter ajah => Paman Google..
Share:

Beat Crusaders - Moon On The Water (@NVRstepback Cover)


Pernah sekali waktu, pas pagi-pagi di kamar kost lagi males berangkat pagi. Ane nyalain laptop terus megang gitar. Lalu teringat sebuah lagu yang lumayan bagus, tapi sayangnya kurang terkenal. 'Moon On The Water' yang dinyanyiin sama sebuah band bernama 'Beat Crusaders'. Lagu ini nongol di salah satu anime berjudul 'BECK Mongolian Chop Squad' yang diadaptasi dari manga yang berjudul 'BECK'.

http://fc08.deviantart.net/fs32/f/2008/228/9/e/BECK_mongolian_chop_squad_wall_by_Omi_Niwa.jpg
Penampakan Anime 'BECK Mongolian Chop Squad'
'BECK' bercerita tentang perjuangan sebuah grup band bernama BECK yang ingin menjadi terkenal. BECK berawal dari pertemuan aneh antara Ryusuke Minami dan Yukio 'Koyuki' Tanaka, dan... Beck, anjing Ryusuke Minami. Eh eh eh, ini ane bukan maksud mau bikin ulasan tentang 'BECK' lho yaa. Malah jadi ngelantur. Kalo pengen tau ceritanya 'BECK' kayak gimana, mending langsung tanya sama paman Google aja sono. Dia pasti lebih tau.
  
Nah, akhirnya ane iseng-iseng deh nyanyi sambil jreng-jreng gaje dan ane rekam pake cam laptop. Jangan berharap suara yang merdu karena ane bukan penyanyi. This is just iseng semata.. Muihihihihi


Share:

#DearKamu | Hanya Rangkai Kata Biasa


#DearKamu …. Pernahkah kau tau? Bahwa jiwaku telah terlelap dalam dekap hatimu.. Teduh awan senja menggulung, indah pelangi memudar melihat hadirmu.. Ya, karena semua ini tentangmu. Tentang arti adamu…

Aku masih duduk di sini bersama banyak orang yang sama sekali tak kukenal. Hanya beberapa wajah yang sempat kuingat adalah wajah-wajah yang pernah kutemui semasa aku berada di bangku sekolah dulu. Aku tak begitu mengenal mereka. Bagaimana dengan mereka? Apakah mereka mengenalku? Ah… Aku tak peduli akan hal itu.

Sebuah layar LCD berukuran cukup besar yang ada di depan mulai menampilkan adegan sakral. Meskipun berada di tempat duduk paling belakang, aku masih bisa menatapnya dengan jelas dari balik kacamata minus-ku. Ya, sebuah adegan yang entah mengapa justru membuat dadaku sesak dan perih. Ada yang tak beres dengan semua ini, pikirku.

#DearKamu …. Aku ingin bertanya.. Aku  merasakan sebuah rasa. Rasa yang terasa.. Ah, aku tak tau. Aku tak mampu berkata dan mengungkapkannya. Namun seorang memberitahuku, rasa itu bernama cinta. Benarkah itu?

Frame demi frame, scene demi scene tak satupun lepas dari mataku. Ketegangan dari masing-masing pelakunya begitu terasa. Suasana yang begitu hening dan kata demi kata yang terdengar sangatlah nyata. Sejurus kemudian titik air mata menghiasi ending-nya. Dan layar LCD itu perlahan berganti kembali menjadi biru hampa.

Selesai. Tak ada lagi adegan itu. Tapi sesak dan perih masih terasa. Aneh, pikirku. Tanpa sadar ternyata aku tengah menggenggam dadaku. Ingin kulepas, tapi justru makin sakit ketika coba kulepas. Nafasku sedikit tertahan karena menahannya. Mataku pedih, meski aku tahu sama sekali tak ada debu yang menusuk mataku. Tapi ada bulir air yang terasa hampir tumpah dari sudut mata.

#DearKamu …. Janji adalah sebuah sebuah hutang. Dan aku sedang mengurai tenaga demi tenagaku membayar janjiku. Aku bertahan. Untuk janji itu. Untuk rasa yang mereka bilang bernama cinta…

Terduduk dan tertunduk lesu dalam bisu. Ada berbagai kata dari mulut orang-orang di sekitarku. Kata-kata yang sama sekali samar dan sulit kudengar. Ada apa denganku? Pikirku. Namun tetap kembali tanpa jawaban dan tanya itu tetap mengambang. Aku merasa, panca indraku seperti kehilangan fungsinya. Perlahan, tapi pasti.

Aku menegakkan pandanganku. Bergeser pelan ke arah kanan. Terhenti pada sosok wajah seorang wanita yang rasanya pernah kukenal. Berjalan pelan dengan seorang lelaki di sisi kanannya. Mereka berdua berjalan dengan padu menuju singgasana yang memang disiapkan untuk mereka. Mataku lelah dan mulai meneteskan keringat, tapi masih enggan untuk berhenti menatap wajah itu. Hey! Kenapa aku?

#DearKamu …. Lihat aku! Aku di sini berdiri dan bertahan untuk berbagi hidup denganmu. Aku lelah, tapi aku tetap di sini untukmu. Mengertilah!

Tanganku meraih sebuah benda dari saku kiri celanaku. Mataku memandang lekat. Dan… Ada aku bersama seorang wanita yang wajahnya sangat mirip dengan wanita di singgasana itu. Ada apa? Seharusnya mereka berbeda! Tapi apakah mungkin mereka sama? AAARRGHH!! Dadaku sesak menahan teriakanku yang tak kuasa melompat keluar dari kerongkonganku.

Sial! Aku tak sanggup terus berada di sini! ..pikirku. Segera aku berdiri, dan mulai melangkahkan kaki meninggalkan tempat itu. Sempat sesaat kumemandang ke arah wanita itu. Dan… Entah kenapa mata kami saling beradu. Hanya 3 detik, tapi cukup untuk menguras habis segenap darah yang ada di dalam tubuhku. AAARRGHH!!

Tubuhku terasa lemah tapi kupaksakan untuk terus berlari menjauh. Dan aku menangis.. Sial! Kenapa aku menangis? Kenapa aku harus merasa sedih? Kenapa aku merasakan rasa sakit yang sangat dalam? Kenapa?!

#DearKamu …. Aku ingin merasa bahagia. Tapi aku lebih ingin kamu merasa bahagia. Tak apa jika aku harus merasa sakit. Namun, sakit ini terlalu dan aku sudah tak mampu..

Nyanyian seorang pengamen menghentikan langkahku. Suaranya parau menyanyikan sebuah lagu yang sepertinya pernah kudengar dan begitu familiar di telingaku. Tertunduk meresapi tiap lirik dan nada yang mengalun. Makin dalam.. Makin dalam rasa sakitku. AAARRGHH!!

Ah.. Bagian refrain lagu itu. Ada apa ini? Tiba-tiba saja aku teringat pada sesuatu yang seharusnya sudah kulupakan. Kenangan itu. Kenangan yang sangat indah. Sungguh indah. Bahkan, terlalu indah dan terlalu menyakitkan. Semuanya kembali masuk dan mulai merongrong seisi otakku. Mencabik segenap jantung dan hatiku yang sudah tersayat dan hampir kehabisan darah.

Aku berjalan lesu. Dia… Sovia Larissa. Yang dulu sering kupanggil ‘Via’. Yang dulu pernah mencintaiku. Yang aku cintai… Sampai detik ini. Yang, bahkan, masih saja kurindukan dan kuharapkan. AAARRGHH!! Dan baru saja kulihat dia bersama seseorang yang lain. Mengikat diri dalam janji suci nan sakral bernama ‘pernikahan’. Ah, sial! Bodohnya aku mengharapkan dia. Semua terlambat untukku…

#DearKamu …. Aku lelah. Lelah merasakan rasa bodoh bernama cinta ini. Karena rasa ini telah menenggelamkanku pada ilusi rasa sakit yang nyata. Yang perlahan membunuhku…

Senja menaungiku. Tersenyum hangat berusaha menghibur aku. Semburat jingganya seolah berusaha menyentuh jiwa lelahku. Meski berat, aku berusaha tersenyum. Tak mungkin selamanya begini, pikirku. Ya.. Senja mengingatkanku untuk tetap berdiri dan terjaga dari lamunan tanpa tujuan. Via.. Ya, kuharap bersama lelaki itu, dia dapat meraih bahagia yang dia impikan…

 http://whitedolphinwoo.files.wordpress.com/2012/02/wpid-21437-punya-google.jpg

Senja…

Datangmu tak pernah kunyana..

Kilau jinggamu begitu sederhana..

Namun, hadirmu begitu bermakna..

Senja.. Terima kasih….
Share:

DANAU TERKUTUK | Kutukan Malam

Judul : Danau Terkutuk
Author : Anonim

http://www.weirdus.com/states/new_york/local_legends/lady_of_lake_ronkonkoma/1_small.jpg

DANAU TERKUTUK

Remi menatap langit yang gelap dan dingin. Awan hitam tebal menutupi lewatnya cahaya bulan yang biasanya menemani di setiap malam. Angin malam yang dingin berhembus kian kencang. Air danau yang dingin tak menyurutkan semangat Remi untuk menemukan benda itu.

“Oii…sampai kapan kau mau di situ? Pulanglah.” Ujar seorang nenek tua yang kebetulan lewat. Ia membawa baki yang berisi kue-kue jualan yang mungkin sudah tak laku lagi. Remi memperhatikan nenek itu sebentar lalu melanjutkan pencarian tanpa menghiraukan nasihat nenek itu.

“hey…dasar bocah tak tahu adat. Dengarkan kalau nenek bicara, atau sebenarnya kamu itu tuli dan bisu?” Ujar nenek berang karena tak dihiraukan. Remi melotot ke arah nenek tersebut, lalu pergi meninggalkan tempat itu. Si nenek terus mengomel sedemikian rupa hingga seseorang mengagetkannya dari belakang.

“Gyaa…apa-apaan kau…seenaknya muncul dan mengagetkan orang tua…” Teriak si nenek sambil memegangi dadanya yang berdegup kencang karena kaget. Seorang bocah muncul sambil tersenyum jahil.

“Hihihi…nenek tidak tahu ya kalau Remi memang tak bisa bicara? Percuma saja mengajaknya ngobrol tah dia tak akan menjawab.” Ujar bocah berambut kepang sambil memunguti kue-kue yang jatuh dari baki si nenek. Si nenek terdiam sesaat.

“Umm…jadi namanya Remi? Ngomong-ngomong kau tahu apa yang dia cari?” Tanya nenek itu penasaran. Si bocah berkepang tadi tersenyum dengan ekspresi datar.

“Suatu pengharapan yang percuma.” Ujar Bocah itu sambil meninggalkan nenek itu sendirian di tepi danau. Si nenek hanya terbengong-bengong tak tahu maksud bocah kecil tadi.

Keesokan malamnya, si nenek pulang melewati tepi danau itu lagi. Ia tak menyangka Remi masih mencari sesuatu di tempat yang sama. Badannya basah terkena lumpur danau yang kotor.

“Hey nak…maaf kemarin nenek berkata kasar seperti itu.” Ujar si nenek sambil duduk di sebuah batu yang besar di dekat pohon pisang. Remi menengok sebentar lalu membalasnya dengan senyum pertanda dia memaafkan nenek itu. Si nenek merasa lega dan menawari kue jualannya yang ia bawa.

“Kau mau? Ini sebagai tanda maafku.” Ujar si nenek ramah. Remi menggeleng dan terus mencari sesuatu di dasar danau. Si nenek semakin penasaran dengan apa yang dicari Remi. Ia melepaskan sandalnya dan hendak masuk ke air danau yang dingin untuk membantu Remi. Tiba-tiba sebuah lengan kecil menahannya.

“Sebaiknya nenek tak usah ke sana.” Ujar bocah berkepang yang kemarin mengagetkannya. Si nenek menoleh dengan wajah bingung.

“Kenapa aku tak boleh membantunya? Kasihan dia, bukankah barang yang dicarinya begitu penting sampai ia terus mencarinya hingga malam begini?” Tanya si nenek sambil menatap Remi yang masih sibuk sendiri. Si bocah berkepang melepaskan tangan si nenek.

“Bukannya mencari hingga malam, tapi mencari ketika malam…” Ujar anak tersebut sambil menyomot kue yang ada di pinggir batu. Si nenek baru menyadari hal tersebut. Ia tak pernah bertemu Remi sebelumnya. Ia juga menyadari bahwa ia hanya bertemu Remi ketika malam hari di saat bulan tertutup awan. Jika dipikir-pikir, kenapa ada orang yang mencari barang di danau pada malam hari? Bahkan tanpa penerangan sedikitpun? Harusnya, jika barang itu begitu penting ia bisa mencarinya ketika siang hari saat matahari bersinar? Kenapa ia tak mencari di siang hari? Pikiran nenek penuh dengan pertanyaan yang tak terjawab. Si nenek mendekati Remi yang masih sibuk mencari. Nenek tersebut menepuk punggung Remi dan ketika Remi menoleh.

“Gyyaa….” Teriak si nenek kencang. Tubuhnya kehilangan keseimbangan dan jatuh di air danau yang dingin dan kotor. Ia telah melihat sesuatu yang mengerikan. Tepat pada saat Remi menoleh. Awan yang menutupi bulan bergeser sehingga sinarnya menerangi wajah Remi yang ternyata tak memiliki separuh wajah.

Si nenek berusaha melarikan diri namun tangannya dicengkram begitu kuat sampai-sampai kulit pergelangan tangannya yang sudah keriput itu terkelupas. Si nenek mengerang kesakitan namun Remi tak memperdulikan hal itu. Ia malah semakin kencang menarik lengan nenek yang sudah lemah itu.

“Tolong…tolong…” Ujar si nenek meminta bantuan bocah berkepang yang masih duduk dengan tenang di atas batu. Bocah itu tersenyum sambil memakan kue milik nenek yang masih tersisa di bakinya.

“Wah selamat ya kak…akhirnya dapat tubuh baru juga…” Ujar si bocah berkepang sambil terkikik kencang. Tubuh nenek tua sudah menghilang. Remi menghisapnya ke dalam tubuhnya. Bajunya berlumur darah segar dan lumpur danau sehingga menimbulkan aroma yang tak sedap.

“Hihihi…yah…walau sedikit tua tapi bisa memperpanjang umurku 5 tahun lagi…hihihi…” Ujar Remi sambil menjilati darah si nenek yang menempel di tangannya. Bocah berkepang itu berdiri dan mendekat ke arah Remi.

“Walau tubuh asli kakak tak ditemukan hingga sekarang, aku bahagia kakak tak meninggalkan aku…” Ujar bocah berkepang itu sambil memeluk Remi.

“Tentu…aku tak mungkin meninggalkanmu…5 tahun lagi ayo cari tubuh baru yang lebih muda… Untuk kelangsungan hidup kita…” Ujar Remi sambil menata langit yang kembali menjadi gelap gulita. Gadis berkepang itu memeluk erat kakaknya lalu bersamaan dengan munculnya bulan mereka menghilang di balik keheningan malam yang di buat-buat itu.

--Selesai(?)--

Gimana? Boring? Jelek? Nggak mudeng? Ancur? Silakan tulis di kotak komentar yakk.. :)
Share: