Judul : Danau Terkutuk
Author : Anonim
DANAU TERKUTUK
Remi
menatap langit yang gelap dan dingin. Awan hitam tebal menutupi
lewatnya cahaya bulan yang biasanya menemani di setiap malam. Angin
malam yang dingin berhembus kian kencang. Air danau yang dingin tak
menyurutkan semangat Remi untuk menemukan benda itu.
“Oii…sampai
kapan kau mau di situ? Pulanglah.” Ujar seorang nenek tua yang
kebetulan lewat. Ia membawa baki yang berisi kue-kue jualan yang mungkin
sudah tak laku lagi. Remi memperhatikan nenek itu sebentar lalu
melanjutkan pencarian tanpa menghiraukan nasihat nenek itu.
“hey…dasar bocah tak tahu adat. Dengarkan
kalau nenek bicara, atau sebenarnya kamu itu tuli dan bisu?” Ujar nenek
berang karena tak dihiraukan. Remi melotot ke arah nenek tersebut, lalu
pergi meninggalkan tempat itu. Si nenek terus mengomel sedemikian rupa
hingga seseorang mengagetkannya dari belakang.
“Gyaa…apa-apaan
kau…seenaknya muncul dan mengagetkan orang tua…” Teriak si nenek sambil
memegangi dadanya yang berdegup kencang karena kaget. Seorang bocah
muncul sambil tersenyum jahil.
“Hihihi…nenek
tidak tahu ya kalau Remi memang tak bisa bicara? Percuma saja
mengajaknya ngobrol tah dia tak akan menjawab.” Ujar bocah berambut
kepang sambil memunguti kue-kue yang jatuh dari baki si nenek. Si nenek
terdiam sesaat.
“Umm…jadi
namanya Remi? Ngomong-ngomong kau tahu apa yang dia cari?” Tanya nenek
itu penasaran. Si bocah berkepang tadi tersenyum dengan ekspresi datar.
“Suatu
pengharapan yang percuma.” Ujar Bocah itu sambil meninggalkan nenek itu
sendirian di tepi danau. Si nenek hanya terbengong-bengong tak tahu
maksud bocah kecil tadi.
Keesokan
malamnya, si nenek pulang melewati tepi danau itu lagi. Ia tak
menyangka Remi masih mencari sesuatu di tempat yang sama. Badannya basah
terkena lumpur danau yang kotor.
“Hey
nak…maaf kemarin nenek berkata kasar seperti itu.” Ujar si nenek sambil
duduk di sebuah batu yang besar di dekat pohon pisang. Remi menengok
sebentar lalu membalasnya dengan senyum pertanda dia memaafkan nenek
itu. Si nenek merasa lega dan menawari kue jualannya yang ia bawa.
“Kau
mau? Ini sebagai tanda maafku.” Ujar si nenek ramah. Remi menggeleng
dan terus mencari sesuatu di dasar danau. Si nenek semakin penasaran
dengan apa yang dicari Remi. Ia melepaskan sandalnya dan hendak masuk ke
air danau yang dingin untuk membantu Remi. Tiba-tiba sebuah lengan
kecil menahannya.
“Sebaiknya nenek tak usah ke sana.” Ujar bocah berkepang yang kemarin mengagetkannya. Si nenek menoleh dengan wajah bingung.
“Kenapa
aku tak boleh membantunya? Kasihan dia, bukankah barang yang dicarinya
begitu penting sampai ia terus mencarinya hingga malam begini?” Tanya si
nenek sambil menatap Remi yang masih sibuk sendiri. Si bocah berkepang
melepaskan tangan si nenek.
“Bukannya
mencari hingga malam, tapi mencari ketika malam…” Ujar anak tersebut
sambil menyomot kue yang ada di pinggir batu. Si nenek baru menyadari
hal tersebut. Ia tak pernah bertemu Remi sebelumnya. Ia juga menyadari
bahwa ia hanya bertemu Remi ketika malam hari di saat bulan tertutup
awan. Jika dipikir-pikir, kenapa ada orang yang mencari barang di danau
pada malam hari? Bahkan tanpa penerangan sedikitpun? Harusnya, jika
barang itu begitu penting ia bisa mencarinya ketika siang hari saat
matahari bersinar? Kenapa ia tak mencari di siang hari? Pikiran nenek
penuh dengan pertanyaan yang tak terjawab. Si nenek mendekati Remi yang
masih sibuk mencari. Nenek tersebut menepuk punggung Remi dan ketika
Remi menoleh.
“Gyyaa….”
Teriak si nenek kencang. Tubuhnya kehilangan keseimbangan dan jatuh di
air danau yang dingin dan kotor. Ia telah melihat sesuatu yang
mengerikan. Tepat pada saat Remi menoleh. Awan yang menutupi bulan
bergeser sehingga sinarnya menerangi wajah Remi yang ternyata tak
memiliki separuh wajah.
Si
nenek berusaha melarikan diri namun tangannya dicengkram begitu kuat
sampai-sampai kulit pergelangan tangannya yang sudah keriput itu
terkelupas. Si nenek mengerang kesakitan namun Remi tak memperdulikan
hal itu. Ia malah semakin kencang menarik lengan nenek yang sudah lemah
itu.
“Tolong…tolong…”
Ujar si nenek meminta bantuan bocah berkepang yang masih duduk dengan
tenang di atas batu. Bocah itu tersenyum sambil memakan kue milik nenek
yang masih tersisa di bakinya.
“Wah
selamat ya kak…akhirnya dapat tubuh baru juga…” Ujar si bocah berkepang
sambil terkikik kencang. Tubuh nenek tua sudah menghilang. Remi
menghisapnya ke dalam tubuhnya. Bajunya berlumur darah segar dan lumpur
danau sehingga menimbulkan aroma yang tak sedap.
“Hihihi…yah…walau
sedikit tua tapi bisa memperpanjang umurku 5 tahun lagi…hihihi…” Ujar
Remi sambil menjilati darah si nenek yang menempel di tangannya. Bocah
berkepang itu berdiri dan mendekat ke arah Remi.
“Walau
tubuh asli kakak tak ditemukan hingga sekarang, aku bahagia kakak tak
meninggalkan aku…” Ujar bocah berkepang itu sambil memeluk Remi.
“Tentu…aku
tak mungkin meninggalkanmu…5 tahun lagi ayo cari tubuh baru yang lebih
muda… Untuk kelangsungan hidup kita…” Ujar Remi sambil menata langit
yang kembali menjadi gelap gulita. Gadis berkepang itu memeluk erat
kakaknya lalu bersamaan dengan munculnya bulan mereka menghilang di
balik keheningan malam yang di buat-buat itu.
--Selesai(?)--
Gimana? Boring? Jelek? Nggak mudeng? Ancur? Silakan tulis di kotak komentar yakk.. :)
0 komentar:
Posting Komentar
Abis baca, jangan segan2 buat kasih komentarnya ya guys.. Supaya post selanjutnya bisa lebih bagus. Terimakasih... ^^,