Yosh! Ini adalah fanfict pertama saya. Kebetulan ini adalah fanfict dari fandom Hyouka, fandom yang mungkin nggak se-mainstream fandom lainnya. Dan karena ini adalah fanfict pertama yang sukses ditulis setelah cari inspirasi sambil goleran di atas kasur, pasti bakal ada banyak kesalahan. Entah itu cerita yang ngawur, typo, serta karakter yang OOC. Jadi, dengan penuh kerendahan hati, saya mohon review-nya.
Title : Suatu Hari di Musim Dingin
Type : Flash Fan Fiction
Genre : Romance, One-shot
Fandom : Hyouka
Pairing : SatoshixMayaka
Disclaimer : karakter pada cerita ini sepenuhnya milik dari sang kreatornya.
Suatu Hari di Musim Dingin
|
#Fukube Satoshi #Ibara Mayaka from stuffpoint.com |
"Apa kau merasakannya?"
Sebuah tanya terdengar dari seorang gadis berjaket pink tebal.
Tapi karena tubuhnya
yang mungil, gadis itu nampak sedang dimakan oleh jaketnya sendiri.
"Fuku-chan! Apa kau
mendengarku?!" Gadis berambut pendek itu menyenggol pemuda yang saat ini berjalan
di sebelahnya. Membuat pemuda beriris coklat cerah itu tersentak dari
lamunannya.
"Ah, maaf Mayaka. Aku tidak
mendengarmu." Pemuda itu tersenyum menggaruk belakang kepalanya yang tak
gatal. Membuat wajah Mayaka memerah.
"Selalu saja begitu,"
gerutu Mayaka lirih. Membuat pemuda bersyal kuning itu kebingungan dengan sikap
Mayaka.
Mereka kembali berjalan dalam
diam. Musim dingin kali ini entah kenapa terasa lebih dingin dari tahun-tahun
sebelumnya. Terutama bagi Mayaka yang hampir dibuat membeku oleh Fukube
Satoshi, cinta pertamanya, yang tak pernah mau menanggapinya dengan serius.
"Mayaka!" Terdengar
teriakan yang membuat Mayaka menoleh, kembali dari lamunan. Tapi apa yang dia
dapatinya adalah sekaleng kopi hangat yang mendarat tepat di dahinya yang
terhalang poni. Dia meraih minuman itu, lalu mendelik ke arah Satoshi yang tak
bisa menahan tawa dan terbahak sambil bersandar di mesin penjual minuman.
Segera dia mengalihkan
pandangannya dari Satoshi, kemudian memegang kopi itu dengan kedua tangannya.
Dia meresapi sensasi yang dia rasakan dari balik sarung tangan warna putihnya.
"Tidak bisakah kau sehangat kopi ini?" bisik Mayaka, "sedikit
saja ... untukku."
"Mayaka, apa kau tahu?"
Satoshi menahan kalimatnya. Membuat Mayaka memperhatikannya. "Aku
sedang menyukai seseorang. Sudah lama sekali, tapi aku tak punya keberanian
untuk mengungkapkan perasaanku padanya."
Nafas Mayaka tertahan dan udara
dingin semakin membuatnya tersekat. Dia baru saja mendengar sesuatu yang tak
biasanya dari sosok Satoshi yang dia kenal tak pernah serius dan selalu
bercanda. Dan kali ini, pemuda berambut spike itu memberitahunya kalau dia
sedang menyukai seseorang. Dan, lagi, sama sekali tak nampak candaan dari
wajah, kalimat, maupun intonasi bicaranya. Dia merasa aneh. Terlebih ketika dia
merasa ada yang sedang menghantam dadanya. Sesak. Membuat matanya panas.
"Jadi ... Mayaka. Maukah kau
membantuku ... berlatih?" Kali ini mereka berdiri berhadapan. Saling
menatap satu sama lain dengan pengharapan yang berbeda.
"Fuku-chan bodoh."
Bisikan lirih yang hampir tak terdengar dari Mayaka. Dia kemudian tertunduk. Menggeretakkan gigi
agar dia tidak menangis adalah satu hal yang bisa dilakukannya saat ini.
Tanpa menghiraukan Mayaka,
Satoshi nampak mengeluarkan sesuatu dari tas rajut warna kuning bergaris oranye
yang selalu menggantung di tangannya. Lalu mengenakan benda itu kepada Mayaka.
Sebuah topeng dengan wajah gadis yang dia sukai. Wajah Satoshi pun langsung
merona merah melihat wajah pada topeng itu. Mayaka dapat dengan jelas
melihatnya dari balik lubang kecil pada topeng itu.
Satoshi menarik nafas panjang.
Tangannya meraih kedua tangan Mayaka, yang saat ini adalah tangan gadis yang
dia suka. "Aku ... sudah lama ... menyukaimu."
Hentikan.
"Maukah kau ..."
Kumohon, Fuku-chan. Aku tak sanggup. Air mata Mayaka pun tumpah.
Dia tak sanggup lagi menahannya.
"Maukah kau pergi berkencan
... denganku?" Suara Satoshi terdengar gemetar dan gugup namun begitu
terasa ketulusannya. Setidaknya itulah yang dirasakan oleh Mayaka yang sedetik
kemudian melepas paksa genggaman tangan Satoshi. Dia segera melepas topeng
konyol itu dan berniat menghempaskannya ke salju di bawah kakinya ketika
dia melihat wajah yang ada di topeng itu. Wajah yang sangat dia kenali.
"Fuku … -chan? Apa ... ini?
Apa kau … sedang menjahiliku? Kau ... benar-benar keterlaluan!" Tangisan
Mayaka tak lagi bisa terbendung. Seolah seluruh perasaannya kepada Satoshi
tengah ikut mengalir keluar. Membuat Satoshi terpaku di tempatnya. Lalu tanpa
kata meraih tubuh mungil relawan penjaga perpustakaan itu dan menariknya ke
dalam pelukannya. Membuat tangisan Mayaka yang sempat terhenti semakin deras.
"Maaf, satu-satunya hal yang
bisa kupikirkan adalah ini," kata Satoshi lembut seiring tangis Mayaka yang
perlahan reda.
"Fuku-chan bodoh. Kau harus
membayarnya dengan secangkir cokelat panas. Lagipula ...."
"Hm?"
"Aku tak terlalu suka kopi …
apa lagi yang sudah dingin," kata Mayaka lirih sambil menatap sekaleng
kopi yang hampir beku. Membuat Satoshi tertawa.
Musim dingin kali ini entah
kenapa terasa lebih dingin dari tahun-tahun sebelumnya. Tapi beberapa menit
lalu sepertinya berubah menjadi musim dingin terhangat bagi Mayaka. Dia tak
lagi harus membeku dan menahan perasaannya kepada Fukube Satoshi, cinta
pertamanya, yang saat ini duduk di hadapannya bersama sepasang cokelat hangat.
Yang beberapa menit lalu mengajaknya berkencan dengan cara yang ... agak ...
pengecut. Menggunakan topeng dengan wajah gadis yang disukainya. Membuat Mayaka
seperti hampir terhempas ke ujung semesta ketika tahu siapa wajah di topeng
itu. Wajah seorang gadis relawan perpustakaan yang suka bicara blak-blakan dan
selama 3 tahun memendam perasaannya kepada orang yang dia suka. Ibara Mayaka.
===
Maaf, cuma dikit karena emang baru bisa segitu. Gimana? Mohon kritik dan sarannya ya? ^^,