ilustrasi dari anime Devil Survivor 2 The Animation |
'Seandainya'
"Nin, nanya boleh?" tanya Andra.
"Boleh, tapi bayar," jawab Nindi sambil menahan tawa.
"Ya udah, nggak jadi. Dasar matre." Andra mendengus kesal.
Kalimat itu dibalas dengan jitakan tepat di ubun-ubun Andra. Dia
mengusap kepalanya sambil meringis kesakitan. Sementara Nindi nampak
memasang tampang cemberut andalan. Pipi yang menggembung dan bibir
manyun. Pose yang selalu muncul tiap kali Andra membuatnya kesal. Dia
tidak menyadari kalau ada mata yang menikmatinya. Ya, siapa lagi kalau
bukan Andra.
"Aku rela deh Nin, kamu jitakin sampe botak asal
bisa lihat tampang cemberut kamu yang menawan itu," ucap Andra sambil
membalik halaman buku di hadapannya.
"Bodo!" bentak Nindi. Wajahnya memerah. "Kamu mau tanya apa, tadi?"
"Gini. Andai suatu saat nanti, kamu dinyatakan punya penyakit yang
nggak bisa sembuh lalu divonis bakal mati nggak lama lagi, apa yang akan
kamu lakukan?" Pertanyaan itu terlontar tanpa Andra sedikit pun
berpaling dari bukunya. Entah kenapa Nindi tiba-tiba merasa khawatir.
"Ndra, kenapa kamu--"
"Udah, jawab aja," potong Andra. Nindi menelan ludah.
"Aku ... bakal ... menghabiskan sisa waktuku sama keluarga dan
melakukan hal-hal yang menyenangkan bareng orang yang kucintai." Pipi
Nindi kembali memerah.
"Indahnya. Kalau aku apa ya?" Kali ini
Andra menutup bukunya. Dari ekor matanya, Nindi melihat Andra yang
mendongak dengan tatapan menerawang jauh.
"Kamu ... nggak papa
kan, Ndra?" Kali ini kekhawatiran Nindi tak bisa disembunyikan. Dari
balik kacamata ber-frame hitamnya, Nindi menatap lekat Andra.
"Hiii! Nin, kenapa?" Andra kaget melihat cara Nindi menatapnya.
"Eh, nggak." Nindi berusaha menyembunyikan sikap kikuknya yang, sayangnya, sudah terbaca Andra.
"Kalo aku ... mungkin bakalan nraktir kamu bakso sampe warungnya
tutup," kata Andra diirungi senyuman yang memamerkan barisan gigi yang
putih menawan. Kali ini, Nindi yang diam-diam menikmati senyuman itu.
"Ndra."
"Apaan?"
"Kapan kamu mau kena penyakit yang parah terus nggak bisa sembuh?"
tanya Nindi. Membuat Andra merinding. Dia bingung kemana pergi
kekhawatiran Nindi tadi. Ah, pasti karena bakso.
"Dasar penggila
bakso. Tega amat mentingin bakso daripada nyawa teman sendiri. Lagi pula
...." Kalimat Andra tertahan di ujung lidah.
"Lagi pula?"
"Kalau emang suatu saat nanti tiba-tiba waktuku diperpendek Tuhan, yang
bakal aku lakukan adalah ngungkapin perasaanku ke kamu. Dan aku nggak
bakal mati sebelum melakukannya," ucap Andra. Di dalam hatinya. Membuat
Nindi merinding melihat Andra senyum-senyum sendiri.
"Ndra?"
"Aku lapar. Ke tempatnya pak Aji, yuk. Aku yang traktir," kata Andra sambil berdiri merapikan barang-barangnya.
"Sampe warungnya tutup?" tanya Nindi dengan tampang polos. Andra
bereaksi dengan menjulurkan tangannya ke wajah Nindi lalu mencubit
kuat-kuat hidung mancungnya hingga memerah. Membuat pemiliknya meronta
kesakitan.
"Kamu beneran mau aku mati?!"
~ fin
Yay! Cerita AndraxNindi baru nih. Review-nya ^^
0 komentar:
Posting Komentar
Abis baca, jangan segan2 buat kasih komentarnya ya guys.. Supaya post selanjutnya bisa lebih bagus. Terimakasih... ^^,