CERPEN | Hujan Sore Itu


Title : Hujan Sore Itu
Author : Nur Rochman | @NVRstepback
Genre : Romantis, Life

Pada posting kali ini, ane mo share cerita bikinan ane sendiri. Sebelumnya maaf kalo bahasa di cerita ini rada semrawut. Maklum, bukan penulis profesional. he he. Oke, daripada basa - basi GeJe kelamaan, mending langsung aja deh Gan. Cekibrot !!! :D



HUJAN SORE ITU

Siang ini hujan turun cukup deras. Aku dan Alya, kekasihku terperangkap di kampus bersama beberapa mahasiswa yang lain. Alya duduk di sampingku. Sudah beberapa hari ini kami tidak saling bicara. Memang kami sedang ada masalah. Alya beberapa kali marah padaku karena aku sibuk dengan tugas – tugasku yang memang menumpuk. Sebenarnya aku sudah berusaha minta maaf. Tapi, Alya masih saja marah. Karena bosan, akhirnya aku biarkan dia mendiamkanku.
Hujan perlahan mulai mereda. Aku mengajak Alya pulang. Dengan tetap membisu, dia menurutiku. Ku antar dia sampai di rumahnya. Karena hanya didiamkan, aku langsung pergi meninggalkan rumah Alya. Sesampainya di rumah, dikejutkan oleh keberadaan seorang perempuan yang sangat kami kenal. Wina.
“Wina ?” aku masih belum percaya kalau yang aku lihat di depan mataku adalah Wina.
“Iya, Vin. Ini aku, Wina. Masa kamu udah lupa sama aku.”
“Lama banget kita nggak ketemu. Gimana kabarmu ?”
“Baik.”
Kami ngobrol di teras rumah karena Wina menolak aku ajak masuk ke dalam. Kami larut dalam obrolan yang sangat menyenangkan. Tak jarang, tawa meledak dari mulut kami berdua. Entah kenapa, saat ngobrol dengan Wina, aku bisa sejenak melupakan masalahku dengan Alya.
“Win, sekarang kamu kuliah di mana sih ? Aku jarang banget dapet kabar tentang kamu sejak kamu pindah dari Solo.”
“Aku sekarang kuliah di Semarang. Maaf banget deh jarang kasih kabar. Maklum, lagi sibuk banget sama tugas kuliah yang seabrek.”
“O iya. Ngomong – ngomong ada acara apa ni kok tumben ke Solo. Emang nggak kuliah ?”
“Kampusku lagi libur selama beberapa hari. Jadi aku sempetin maen ke Solo. Pengen ketemu kamu.”
“Ha ? Serius ?”
“Iya. Eh,Vin besok kamu sibuk nggak ?”
“Enggak kok. Ada apa ?”
“Temenin aku jalan – jalan ya.”
“Iya deh. Kebetulan aku besok nggak ada kuliah.”
“Ya udah deh. Kalo gitu aku balik dulu. Daa..” Wina beranjak dari tempat duduknya dan melangkah meninggalkan rumahku. Tapi belum lama dia pergi, aku memanggilnya lagi.
“Win ! Di sini kamu tinggal di mana ? Besok aku jemput !”
“Aku tinggal di rumah tanteku ! Besok aku jam 10 ke sini lagi, Vin ! Sampai ketemu besok !” balas Wina sambil berlalu dari pandangan mataku. Tak sabar rasanya besok jalan – jalan dengan Wina. Tapi Bagaimana dengan Alya ? Ah, lupakan Alya. Dia kelihatannya sudah tak punya keinginan untuk mempertahankan hubungan kami.
***
Esok yang ku tunggu tiba. “Masih pukul 8,” pikirku. Aku pun menyalakan TV yang ada di ruang tengah rumahku. Saat asyik nonton TV, tiba – tiba terdengar ada suara ketukan pintu. “Wina ? kan masih jam setengah 9. Pagi sekali,” ku pikir yang datang adalah Wina. Saat ku buka pintu rumah, ternyata bukan Wina, melainkan Alya. Segera ku suruh dia masuk. Tapi, dia menolak. Dia bilang dia hanya sebentar.
“Eh, masuk dulu Al,”
“Nggak usah, aku nggak lama kok.”
“Iya deh, ada apa ? Tumben maen ke sini. Kamu udah nggak marah ya ?”
“Udah enggak kok. Vino, aku ke sini pengen ngejelasin kelanjutan hubungan kita.”
“Maksud kamu ?” aku tidak mengerti dengan apa yang sedang dibicarakan Alya.
“Kayaknya hubungan kita udah nggak bisa dipertahanin. Kita putus.”
Aku sejenak terdiam. Tapi, anehnya aku tak merasa marah mendengar ucapan Alya tadi. Apa karena ada Wina ? Aku sendiri tak tahu.
“Al, kalo menurut kamu itu adalah keputusan terbaik buat kita, aku terima. Maaf selama ini aku nggak bisa bikin kamu bahagia.” Kalimat itu spontan meluncur dari bibirku. Alya terlihat agak terpukul mendengar ucapanku.
“Ya udah deh. Aku pergi dulu. Daa Vino,” Alya pun pergi.
Aku pun masuk ke rumah melanjutkan nonton TV. Benar – benar tak ada rasa sedih, marah, ataupun menyesal dalam hatiku. Bahkan, aku merasa bebas saat Alya memutuskan hubungan kami. Perasaan yang bagiku sendiri aneh.
Jam di dinding menunjukkan pukul 09.30 menit saat kembali terdengar suara ketukan pintu. Aku bergegas berlari ke arah pintu dan saat ku buka, ternyata ada sosok Wina yang sudah berdiri di situ. Dengan memakai kaos warna biru langit, celana jeans hitam, dan sepatu keds warna putih, serta sebuah tas yang menggantung di bahunya, dia terlihat sangat manis. Benar – benar berubah daripada Wina yang dulu aku kenal.
“Hey, Vino. Ayo berangkat.”
“Lho. Kan masih jam setengah 9. Kok kamu udah ke sini ?” aku bingung dengan kedatangan Wina. Padahal janjinya, dia akan datang pukul 10.
“Males di rumah tante nggak ada kerjaan. Mending ke sini aja. Berangkat sekarang aja yuk.” Aku masih kagum dengan perubahan Wina yang sangat drastis.
“Vin ! Buruan sana siap – siap !”
“Eh, iya deh. Bentar ya.” Aku segera menuju ke kamar untuk ganti baju. Tak berapa lama, aku sudah memakai pakaian yang sudah ku persiapkan semalam.
“Yuk berangkat.” Ajakku ke Wina.
Saat aku melangkah untuk mengambil motor yang ada di samping rumah, Wina menarik tanganku.
“Kita jalan kaki aja. Aku pengen ngrasain kota Solo dengan jalan kaki.”
“Eng.. Ya udah deh. Yuk.”
Kami pun mulai melangkahkan kaki. Berjalan – jalan menikmati keramaian kota Solo. Tak terasa sudah seharian aku menemani Wina berkeliling kota Solo. Jalan kaki !
Karena lelah, aku mengajak Wina untuk duduk sejenak. Saat ku lihat wajah Wina, tak ada sedikit pun rasa lelah tampak di sana. Hanya ada raut wajah ceria dan sebuah senyuman yang sejak dulu sangat aku sukai.
“Win, kami cantik kalo senyum kayak gitu.” Godaku pada Wina.
“Idiihh… Vino.. baru tahu ya ? Kasian.. hahaha..” jawab Wina sambil tertawa.
Kami melanjutkan kembali jalan – jalan kami. Sampai tanpa terasa bumi sudah diselimuti gelap malam. Kami masih asyik bercanda di sepanjang jalan. Sampai tiba – tiba Wina menghentikan langkahnya. Raut wajah yang sebelumnya ceria tiba – tiba berubah menjadi raut wajah penuh pengharapan.
“Vin, waktu perayaan kelulusan SMA dulu, aku pernah berjanji sama kamu sebelum aku pergi. Di sini, disaksi’in sama pohon angsana ini, aku berjanji bakal balik lagi ke sini. Buat kamu. Dan sekarang, aku pengen kamu tahu kalau aku balik ke Solo, buat nepatin janji itu dan pengen ngungkapin isi hatiku yang udah aku pendam dari dulu.”
Wina menghela nafas panjang. Aku tak bisa mengucapkan apa pun mendengar kalimat demi kalimat yang meluncur dari mulut Wina. Ingatanku pun melayang ke masa kelulusan SMA. Dan aku pun teringat pada apa yang Wina baru saja katakan. 2 tahun lalu, Wina pernah mengajakku ke sini. Tepat di mana kami sekarang berdiri sekarang. Aku pun teringat pada semua yang dulu Wina katakan. Kalimat demi kalimat. Kata demi kata. Dan saat ini, keadaan itu kembali terulang.
“Vin, aku pengen kamu jadi orang terpenting dalam hidupku,” tiba – tiba Wina melanjutkan bicaranya.
“Aku pengen kamu jadi satu – satunya orang yang akan selalu ada buat aku.”
“Aku sayang sama kamu, Vino.” Setelah selesai mengucapkan kalimat itu, Wina langsung memelukku.
Aku tak bisa berkata apa – apa. Aku hanya memeluknya erat, pelukan yang datang dari hatiku yang paling dalam.
***
Esok harinya, saat di kampus aku tak terlihat seperti orang yang baru putus cinta setelah berpisah dengan Alya. Itu karena Wina yang semalam telah menyatakan semua isi hatinya padaku. Sungguh pengalaman yang tak akan pernah kulupakan. Dan besok, dia berjanji kalau dia akan datang menemuiku lagi. Karena tak sabar, aku pun segera pulang.
Sesampainya di rumah, aku langsung menuju ke kamar dan kulihat ada sebuah paket di atas kasurku. Ku ambil sepucuk kertas yang langsung ku baca dan ternyata pengirim paket ini adalah Wina. Di dalam kertas itu dia menuliskan…

Untuk Vino,
Vin, makasih karena kemaren kamu udah bela – belain temenin aku jalan seharian. Aku nggak bisa kasih apa – apa. Semoga kado ini bisa terus ngingetin kamu sama aku.

Yang menyayangimu,
Wina

Hatiku pun langsung melayang tinggi. Sangat tinggi sampai aku tak tahu sampai ke mana. Setelah aku dapat menguasai perasaanku, segera ku buka kado dari Wina. Ternyata sebuah jam tangan. Senang rasanya hatiku. Ku rebahkan tubuhku di kasur dan ku pejamkan mataku, berharap esok segera datang dan bisa kembali bertemu dengan Wina.
***
Keesokan harinya Wina yang ku tunggu, tak segera muncul. Sms yang ku kirim tak pernah dibalasnya. Panggilanku ke ponselnya pun tak pernah diangkatnya. Aku mulai khawatir dengan Wina. Karena sudah 2 jam lebih menunggu, ku putuskan untuk datang ke kediaman tante Wina, karena Wina pernah bilang kalau dia tinggal di rumah tantenya selama di Solo.
Saat aku tiba di depan rumah tante Ina, tantenya Wina, ku lihat pemandangan yang membuatku sangat gugup. Bendera kuning yang terpasang di gerbang masuk, kursi – kursi yang tertata rapi dan beberapa orang yang memakai pakaian hitam. Sayup – sayup terdengar alunan ayat – ayat suci Al – Qur’an dari dalam rumah tante Ina.
Saat aku mendekat ke pintu, ku lihat sesosok tubuh yang sudah terbaring di tengah – tengah orang – orang yang sedang membacakan Yaasin. Saat aku melangkah semakin dekat, aku melihat wajah sosok tubuh itu adalah wajah yang kemarin bersamaku seharian. Wina.
“Wina….” Suaraku lirih ketika tahu sosok yang sudah tak bernyawa itu adalah Wina. Tubuhku tak dapat bergerak. Tanpa terasa, ada cairan bening yang mengalir dari mataku. Aku menangis.
Tiba – tiba, seseorang bangkit dari duduknya, ternyata tante Ina. Beliau pun mengajakku duduk di samping jenazah Wina.
“Nak Vino, kuatin diri kamu ya.” Hibur tante Ina.
“Tapi tante, kenapa Wina pergi secepat ini ?”
“Nak Vino, sebenarnya Wina mengidap kanker darah dan dokter sudah memvonis kalau umur Wina sudah tidak lama lagi. Karena sudah mengetahui hal itu dari dokter, Wina memutuskan untuk pulang ke Solo. Dia bilang, dia pengen dimakamin di Solo, kota kelahirannya. Dia juga sempat cerita ke tante tentang kamu. Dia bilang kalau dia pengen menghabiskan saat – saat terakhir hidupnya bersama kamu.”
Setelah mendengar penjelasan tante Ina, tangisku semakin tak bisa ku tahan. Air mataku semakin deras mengalir mengiringi kepergian Wina. Wina yang baru saja mengisi hatiku.
***
Prosesi pemakaman Wina selesai pada sore hari. Beberapa Takzi’in sudah pergi. Tinggal aku sendiri yang masih berada di depan pusara Wina. Di dalam hatiku, aku masih belum percaya kalau Wina telah meninggalkan aku. Padahal, baru saja aku ingin memulai awal kisah baru dengan Wina. Kisah yang ingin kujadikan kisah abadi, yang ternyata harus pupus karena kehendak Yang Maha Kuasa.
Langit perlahan mulai tertutup mega mendung, seolah – olah ingin menemaniku menghabiskan saat – saat terakhirku bersama Wina. Air mataku tiba – tiba mengalir tanpa bisa ku bendung. Bersamaan dengan itu, hujan datang. Air mataku pun bercampur dengan air hujan yang kian deras mendera tubuhku.
Wina telah pergi untuk selamanya. Di sini, aku dilanda kesendirian. Hanya hujan yang setia menemani kesedihanku.
Share:

Cerita Tentang Kita | CHAPTER - 6, 'Preparation'

Title : Cerita Tentang Kita
Author : Nur Rochman | Twitter: @NVRstepback
Genre : Life, Romantis, Family

Nih chapter selanjutnya... Selamat membacaaa... ^^.


Chapter - 6

Kenzo sudah sampai di rumah. Sesuai pesan Alea, Kenzo pun mengirim sms ke Alea. Kemudian dia masuk ke rumah, minum obat kemudian istirahat. Tapi di pikiran Kenzo masih terbayang dua hal. Emily, dan… Rara! Dia merasa senang karena akhirnya dia bisa bertemu dengan cewek yang bisa membuatnya tertarik. Tapi di sisi lain dia merasa bingung kenapa Rara mengejarnya.
“Kok tadi si Rara aneh banget ya? Kan biasanya dia cuek banget sama gue. Lah ini tadi malah berubah agresif gitu.” Pikir Kenzo. Karena sudah terlalu lelah, Kenzo pun akhirnya tertidur.
Di tempat lain, Alea bersama teman-temannya sedang membantu Liana mengerjakan tugas dari Pak Darma. Dengan sabar Alea dan Gea membantu Liana yang begitu cerewet tanya ini itu. Sedangkan Emily sedang membuat kokat untuk keperluan makrab. Di wajah Emily nampak tersungging senyuman. Senyuman yang diakibatkan oleh efek berantai dari perasaannya terhadap Kenzo dan senyum Kenzo yang dia lihat sore tadi.
“Al, nih ada sms dari tadi lho. Gak mau dibuka?” tanya Emily sambil mengulurkan hp ke Alea.
“Paling dari kak Kenzo.” Kata Alea sambil menerima hp dari Emily. “Tu kan bener. Syukur deh kakak udah nyampe rumah.”
“Emang kak Kenzo kenapa Al?” tanya Emily penasaran.
“Ya dia kan baru keluar dari rumah sakit, udah naik motor. Kan aku khawatir. Besok makrab kayaknya dia gak ikut dulu deh, biar dipake buat istirahat.” Jawab Alea sambil membuka-buka buku.
“Kak Kenzo gak ikut makrab?” tanya Emily dengan nada kecewa.
“Ciee.. Ada yang kecewa nih kak Kenzo gak ikut makrab.” Celetuk Liana tiba-tiba.
“Ahh, dasar cerewet. Diselesaiin dulu tu tugas.” Kata Emily sewot. Alea dan Gea tertawa melihat pipi Emily yang memerah.
***
“Kakak!” panggil Alea yang daritadi menunggu di depan pintu.
“Eh, maaf Al kakak tadi dari kamar kecil. Jadi lama deh. Hehe.” Kata Kenzo sambil membuka pintu.
“Ihhh, kakak ni dasar.” Kata Alea sambil memencet hidung Kenzo. Kenzo pun berteriak kesakitan. Mereka pun bergegas masuk.
“Sakit Al. Aduuh. Oiya, tadi di rumah Liana gimana?” tanya Kenzo.
“Tugasnya Liana udah lumayanlah tinggal dikit.” Jawab Alea sambil duduk di sofa empuk di ruang keluarga. Kemudian menyalakan TV. Kenzo nampak sibuk membaca buku catatannya. Alea pun nampak penasaran.
“Baca apaan sih kak serius banget?” tanya Alea. Kenzo tak menjawab karena begitu fokus ke tulisan di buku catatannya.
“Kakaaak.” Panggil Alea agak keras sehingga Kenzo pun terkejut.
“Eh, kenapa Al? kok teriak-teriak segala. Biasa aja kali.” Kata Kenzo.
“Kakak sih ditanya biasa aja gak dijawab. Itu lagi baca apaan?” tanya Alea lagi.
“Oh, ini baca daftar perlengkapan buat acara makrab. Kayaknya perlengkapan yang buat peserta terlalu ribet deh.” Jawab Kenzo.
“Emang kenapa kak? Kakak mau datang ke makrab ya?” tanya Alea.
“Iya dong. Kan kakak ketua panitia, masa gak datang.” Kata Kenzo.
“Tapi kakak kan baru aja keluar dari rumah sakit, belum pulih betul. Kakak gak usah datang, istirahat di rumah dulu aja.” Kata Alea menasehati Kenzo.
“Tapi Al, sebagai ketua kakak harus…” kenzo mencoba menyanggah tapi keburu dipotong Alea.
“Pokoknya gak boleh! Kakak harus istirahat di rumah. Alea gak mau kakak kenapa-kenapa pas di acara makrab.” Kata Alea. Nampak di ujung matanya ada air yang siap tumpah.
“Yaudah, kalo gitu kakak nurut sama Alea. Kakak akan istirahat.” Kata Kenzo tersenyum sambil mengelus-elus kepala Alea. Alea pun tersenyum dan berusaha mengusap matanya.
“Tapi kakak mau minta tolong ke kamu Al.” kata Kenzo tiba-tiba.
“Minta tolong apa kak?” tanya Alea.
“Kakak udah bikin rancangan buat acara makrab malam terakhir. Ini nih rancangannya. Tolong besok kamu kasihin terus kamu jelasin ke wakil ketua panitia ya.” Kata Kenzo menjelaskan.
“Nahlo. Wakil ketuanya siapa?” tanya Alea bingung.
“Evan.” Jawab Kenzo singkat.
“Kak Evan?” tanya Alea lagi. Kali ini pipinya bersemu merah.
“Iya sayang. Kak Evan. Gimana? Mau nolongin kakak kan?” tanya Kenzo.
“Iya iya kakakku sayang. Besok Alea sampein. Emang besok kakak mau kemana?” tanya Alea.
“Besok kakak mau ke dokter. Mau kontrol.” Jawab Kenzo.
“Abis itu?” tanya Alea lagi.
“Ya pulang to ya. Mau nyicil ngerjain skripsi. Kakak kan udah semester 7, targetnya semester 8 kakak lulus.” Jawab Kenzo sambil tersenyum.
“Terus kalo udah lulus?” tanya Alea.
“Kakak pengen jadi system analyst kakak papa.” Kata Kenzo sambil memandang foto keluarga yang tergantung di tembok di hadapannya.
“Tapi kakak tetep di sini nemenin Alea kan?” tanya Alea sambil menggenggam tangan Kenzo.
“Iya adikku yang cantik. Kakak akan tetap di sini sama Alea.” Jawab Kenzo. Alea pun tersenyum. Kenzo kemudian memberikan rancangan acara tersebut ke Alea.
***
Hari Kamis, hari terakhir sebelum berangkat makrab. Di depan hall, nampak kelompok Alea sedang berkumpul untuk kliring masalah perlengkapan yang harus dibawa. Tapi ada satu orang yang sepertinya belum bergabung. Alea.
“Oke guys, kita hari ini kumpul untuk ngebahas perlengkapan yang mau kita bawa besok.” Kata Gian.
“Untuk kokat nama, udah slesai. Oiya, kalian bawa foto sesuai permintaan gue kan?” Tanya Emily. Gian pun mengumpulkan foto dari anggota kelompok dan menyerahkannya ke Emily.
“Oiya, si Alea kemana Mily? Kok gak ada?” Tanya Wisnu tiba-tiba.
“Katanya tadi mau ketemu kak Evan, nyerahin titipan dari kan Kenzo.” Jawab Liana.
“Titipan apa Li?” Tanya Wisnu lagi.
“Uh, dasar kepo loe ya. Ntar loe tanya Alea sendiri aja.” Jawab Liana sewot.
“Udah udah. Sekarang kita kroscek dulu ceklis perlengkapannya. Tika.” Panggil Gian ke Tika selaku penanggung jawab perlengkapan.
Tika pun mulai membaca satu persatu ceklis yang dia bawa, kemudian memberikan tanda cek ke peralatan yang sudah fix.
“Ok. Semuanya udah fix. Tinggal nempelin foto ke kokat aja. Umm.. Kalo kita tempel sekarang aja gimana?” tanya Tika ke Emily.
“Aduh, kokatnya gak aku bawa. Masih di rumah. Nanti sore aja ku tempelin sendiri.” Jawab Emily.
“Yaudah, kalo gitu kita bisa nglanjutin aktivitas. Gue duluan ya guys.” Kata Gian pamit seraya melangkah pergi. Diikuti Tika, Nissa, Venus dan Mars.
“Eh, loe masih di sini Nu?” tanya Liana ke Wisnu yang masih di tempatnya.
“Iya. Gue nungguin Alea.” Jawab Wisnu sambil tersenyum.
“Eh, loe Gea. Ngapain pipi loe merah gitu?” tanya Wisnu tiba-tiba ke Gea. Ternyata daritadi Gea memperhatikan Wisnu yang sedang tersenyum. Seketika Gea pun mengelak.
“Udah ah. Yuk Mily, Gea ke kantin.” Ajak Liana.
“Trus Alea gimana?” tanya Emily.
“Udah gue SMS. Yuk.” Jawab Liana. Tiba-tiba Wisnu menghentikan Liana.
“Eh, gue boleh minta nomor hpnya Alea gak?” tanya Wisnu.
“Dasar loe. Minta sendiri!” jawab Liana sewot kemudian pergi bersama Emily dan Gea meninggalkan Wisnu.
“Ya ampun. Tu cewek galaknya kayak singa. Yaudah lah. mending balik aja.” Kata Wisnu kemudian berbalik pergi.
Di tempat lain, Alea sedang bersama Evan. Mereka tampak canggung karena hanya ada mereka berdua. Sebenarnya, ketika datang tadi ada Wayan dan Tara. Tapi tiba-tiba mereka berdua pergi ketika Alea datang. Tapi sebenarnya mereka hanya berada di luar ruangan mencoba menguping perbincangan Evan dan Alea.
“Eng. Kak, ini ada titipan dari kak Kenzo. Rancangan acara malam terakhir makrab.” Kata Alea sambil menyerahkan lembaran kertas yang di-clip ke Evan.
“Iya. Makasih ya Al. Emang kak Kenzo gak dateng ke makrab?” tanya Evan.
“Aku gak bolehin kak. Biar kak Kenzo istirahat dulu supaya cepet pulih.” Jawab Alea.
“Oh. Iya bener. Tapi ntar dia di rumah sama siapa?” tanya Evan.
“Sendiri kak.” Jawab Alea singkat.
“Kasian kalo dia di rumah sendiri. Biar nanti gue, Tara, sama Wayan gantian ke rumahmu nemenin Kenzo.” Kata Evan.
“Lho. Emang gakpapa kak bolak-balik gitu?” tanya Alea.
“Gakpapa dong. Kan panitia.” Jawab Evan sambil tersenyum. Senyum yang membuat Alea semakin klepek-klepek.
“Eng. Yaudah kak. Alea pamit dulu ya, mau ke kantin.” Kata Alea pamit.
“Lho. Ke kantin sendiri?” tanya Evan. Alea menggeleng.
“Sama temen-temen kak. Mereka udah di sana. Tadi aku di sms Liana.” Jawab Alea kemudian melangkah keluar pintu. Sebelum meninggalkan ruangan itu, dia sempat melempar senyuman ke arah Evan. Tapi saat berbalik, Nampak Tara dan Wayan yang nyender di tembok. Alea pun memadang mereka dengan pandangan tajam.
“Kak Tara sama kak Wayan ngapain di situ? Nguping ya?” tanya Alea. Mendengar Alea, Evan pun mendekat.
“Hehe. Kita tadi kebetulan mau masuk, eh loe mau keluar Al.” kata Tara ngeles.
“Eh, dasar kunyuk sama kriting. Ngapain loe?” tanya Evan sambil mengulurkan tangannya meraih pundak Wayan.
“Kabur Tar!!” kata Wayan sambil berlari menjauh. Tara pun mengikuti Wayan yang sudah berlari mendahuluinya. Meninggalkan Evan dan Alea yang berdiri di depan ruang BEM. Lagi-lagi awkward moment terjadi antara Evan dan Alea. Mereka tak sadar ada seseorang yang sedang mengamati mereka berdua. Seseorang yang sama sekali tak mereka sadari.

bersambunggg.....

Itu dulu ya teman-teman.. Lanjutannya, segera.. ^^. 
Share:

[VID] Jason Mraz - I'm Yours (Ancur Version)

OK. Setiap denger lagu I'm Yours-nya Jason Mraz, 1 kata yang spontan terlontar: AMAZING! Lagu paling kece yang pernah mengalun di muka bumi ini! Yeahh! Setuju gak? Apaah? Gak setuju?! Mati aja loe!

Penampakan MR.A-Z di Pidio Aku Milikmu.. #TSSAAAHH

Nih, ada video Jason Mraz - I'm Yours yg Ancur Version. Eh NVR, kenapa posting yg Ancur Version sih? Terus kenapa? Problem? Ini blog siapa? Ya suka-suka gue dong mau posting yg Version kayak gimana.  Hihihi -SKIP- Gue sengaja posting yg ancur, buat hiburan aja. Lucu-lucuan gituu.. Daripada spaneng mikirin mantan yg udah dapet pacar baru *eh* -SKIP-

Udah ah, nih Pidionyahh.... Selamat Cengoo... XD


Nih liriknya nih...

Jason Mraz - I'm Yours

Well you done done me and you bet I felt it
I tried to be chill but you're so hot that I melted
I fell right through the cracks, now I'm trying to get back

Before the cool done run out I'll be giving it my bestest
And nothing's gonna stop me but divine intervention
I reckon it's again my turn to win some or learn some

But I won't hesitate no more, no more
It cannot wait, I'm yours

Well open up your mind and see like me
Open up your plans and damn you're free
Look into your heart and you will find love love love love

Listen to the music of the moment, people dance and sing
We're just one big family
And it's our God-forsaken right to be loved loved loved loved loved

So I won't hesitate no more, no more
It cannot wait, I'm sure
There's no need to complicate, our time is short
This is our fate, I'm yours

I've been spending way too long checking my tongue in the mirror
And bending over backwards just to try to see it clearer
But my breath fogged up the glass
And so I drew a new face and laughed

I guess what I be saying is there ain't no better reason
To rid yourself of vanities and just go with the seasons
It's what we aim to do, our name is our virtue

But I won't hesitste no more, no more
It cannot wait, 
I'm yours
Open up your mind and see like me
Open up your plans and damm your free
Look into your heart and you'll find the sky is yours
So please don't, please don't, please don't
There's no need to complicate cause our time is short
This o' this o' this is our faith
I'm yours

Boleh Lho, ketawa di kotak komentar... XD
Share:

Cerita Tentang Kita | CHAPTER - 5, 'Just Say It!'

Title : Cerita Tentang Kita
Author : Nur Rochman / @NVRstepback
Genre : Life, Romantis, Family

Dan hari ini posting chapter - 5. Selamat membaca.. ^^.


CHAPTER – 5

Alea berjalan menyusuri koridor menuju perpus. Senyum bahagia menghiasi wajahnya. Kejadian yang cukup awkward ketika berdua bersama Evan tadi masih memenuhi seisi ruang otaknya. Perasaan senang, canggung, malu, bercampur. Tapi yang pasti, dia senang karena sepertinya rasa sukanya kepada Evan tidak bertepuk sebelah tangan. Saat sedang berjalan, tiba-tiba dia melihat Emily sedang terduduk lesu sambil memegang beberapa buku.
“Mily, kok di sini? Katanya tadi mau ke perpus.” Tanya Alea. Namun Emily hanya diam saja. Dia masih tertunduk dan tidak menunjukkan wajahnya. Melihat keanehan pada salah satu sahabatnya itu, Alea perlahan menunduk memperhatikan wajah Emily.
“Lho. Mily, kamu kenapa? Kok nangis? Ada apa?” tanya Alea lagi. Emily masih juga terdiam.
“Yaudah, kalo emang belum mau cerita. Tapi kalo mau cerita, cerita aja. Kita kan sahabat.” Kata Alea kemudian duduk di samping Emily. Tiba-tiba dari arah belakang muncul Kenzo.
“Mily.” Kata Kenzo. Mendengar suara Kenzo, tanpa menoleh dan melihat Kenzo, Emily langsung berlari pergi. Alea tampak kebingungan melihat apa yang terjadi. Saat Kenzo akan mengejar Emily, Alea pun menarik tangan Kenzo dan mendudukkannya.
“Aduh, Alea. Kenapa sih, kakak kan mau ngejar Mily dulu.” Kata Kenzo kesal.
“Kak. Sebenernya ada apa sih kok Emily bisa sampe gitu?” tanya Alea.
“Dia salah paham Al, pas ngeliat kakak sama Rara pas di lab tadi.” Jawab Kenzo lesu.
“Rara? Siapa tu kak? Pacar kakak?” tanya Alea lagi.
“Aduh Alea. Kamu kan tau, kalo kakak tu masih jomblo.” Jawab Kenzo.
“Terus?” tanya Alea. Kenzo menarik nafas panjang, kemudian mulai menjelaskan semua yang terjadi. Dari kejadian Kenzo bertabrakan dengan Emily hingga kejadian Rara yang tiba-tiba mendekatinya dan Emily melihatnya. Kenzo juga menjelaskan siapa Rara.
“Tapi kakak bener udah nggak ada rasa sama kak Rara kan?” tanya Alea.
“Bener Alea. Serius deh.” Jawab Kenzo bersungguh-sungguh. Melihat raut wajah kakaknya, Alea pun yakin. Tapi kemudian muncul pikiran jahil Alea.
“Terus, kok kakak kayaknya ngebet banget ngejar Mily mau ngejelasin ini semua?” tanya Alea dengan nada menggoda.
“Ha? Eh..Eng..Anu..Umm.” Kenzo kehilangan kata-kata. Dia pun kemudian mulai berpikir, kenapa juga dia sampai ngos-ngosan mengejar Emily? Padahal dia da Emily tak ada hubungan.
Alea masih menunggu jawaban dari Kenzo. Tapi nampak kebingungan di wajah Kenzo, sehingga Alea pun mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih jauh kepada Kenzo.
“Yaudah kak. Biar nanti Alea jelasin ke Mily. Tenang aja.” Kata Alea sambil menepuk pundak Kenzo.
“Makasih ya Al.” Kata Kenzo. Alea tersenyum sambil mengacungkan dua jempolnya.
“Oiya, bentar lagi jam 3 lho. Buruan ke hall gih. Supaya gak ketinggalan.” Kata Kenzo mengingatkan Alea.
“Oke kakakku sayang. Alea duluan ya. Kakak buruan nyusul lho.”
“Sip”. Kata Kenzo. Alea pun bergegas pergi menuju Hall.
***
Alea bersama Emily, Liana, dan Gea serta mahasiswa baru lainnya sudah berkumpul di hall untuk mendengarkan pengumuman lebih lanjut seputar acara makrab. Beberapa mahasiswa anggota BEM nampak masuk ke hall termasuk Tara, Evan, dan Wayan. Namun tak nampak batang hidung Kenzo.
“Selamat sore semuanya.” Kata Tara membuka acara.
“Eh, kak Kenzo mana ya?” Liana melempar pertanyaan ke teman-temannya.
“Paling masih jalan ke sini.” Jawab Alea. Emily nampak acuh. Alea pun segera menyampaikan sesuatu ke Emily.
“Mily, nanti ngobrol sama aku bentar ya.” Kata Alea agak berbisik ke telinga Emily. Emily pun mengangguk. Alea tersenyum. Kemudian mereka kembali memperhatikan pengarahan yang disampaikan Tara.
“Pertama-tama, silakan kalian berbaris sesuai dengan instruksi dari kak Evan.” Kata Tara.
Evan langsung bergerak. Dia memberi aba-aba agar para maru (mahasiswa baru – red) membuat barisan 10 bersaf (10 menyamping). Tak butuh waktu lama, barisan sudah tertata rapi.
“Oke, barisan sudah terbentuk. Sekarang, silakan kalian lihat teman-teman pada barisan kalian. Mereka akan menjadi anggota kelompok kalian selama acara makrab nanti.” Kata Tara menjelaskan. Total ada sekitar 20 kelompok. Alea, Emily, Liana, dan Gea berada pada satu kelompok bersama dengan 2 orang cewek dan 4 cowok.
“Sekarang, silakan masing-masing kelompok membentuk lingkaran kecil. Kami akan membagikan peralatan apa saja yang nanti harus kalian bawa.” Segera barisan bubar dan terbentuk lingkaran-lingkaran kecil. Tara, beserta Wayan dibantu anggota BEM yang lain membagikan lembar-lembar kertas berisi peralatan yang harus dibawa oleh peserta makrab.
“Silakan kalian baca, kemudian kalian rundingkan dengan kelompok kalian. Apabila ada yang kurang jelas, silakan kalian bertanya.”
Salah satu cowok di kelompok Alea pun meraih lembaran kertas tersebut kemudian membacanya. Cowok berperawakan cukup tinggi dengan badan yang proporsional. Rambutnya bergaya spike. Beberapa kali dia mengernyitkan dahi ketika membaca. Beberapa kali pula dia melontarkan pertanyaan. Kemudian dia mulai membuka diskusi kelompok.
“Oke teman-teman, sebelumnya kita berkenalan dulu. Nama gue Gian Baskara, kalian bisa panggil gue Gian. Gue dari jurusan Hukum” Kata Gian memperkenalkan dirinya.
“Gue Wisnu Eka Satria. Panggil gue, Wisnu. Gue juga dari jurusan hukum.” Kata Wisnu, cowok berperawakan agak kecil dengan wajah yang cukup tenang.
“Anissa Rahmania. Panggil gue Nissa ya temen-temen. Gue dari jurusan Informatika.” Nissa, cewek manis berjilbab. Senyumnya menambah pesonanya.
“Atika Ratnaputri. Panggil gue Tika aja. Gue jurusan hukum.” Tika, cewek berambut sebahu. Sorot matanya yang begitu cemerlang menunjukkan kecerdasannya.
Berturut-turut, Alea, Emily, Liana, dan Gea memperkenalkan diri. Serta seorang cowok dan seorang cewek yang ternyata adalah saudara kembar.
“Gue Mars Aditya, kalian bisa panggil gue Mars atau Adit. Gue jurusan ekonomi.” Mars, cowok berperawakan kecil dengan mata agak sipit. Berkulit putih. Rambutnya cukup panjang.
“Dan gue Venus Azalia, kakaknya Mars. Panggil gue Venus. Gue juga jurusan ekonomi.” Venus, wajahnya sangat mirip dengan Mars. Hanya rambut ikal panjangnya yang membedakan dia dengan Mars.
Setelah sesi perkenalan, mereka mulai membagi tugas untuk membawa peralatan yang harus dibawa untuk makrab. Dan sebagai ketua, ditunjuk Gian. Setelah Tara membubarkan acara tersebut, beberapa kelompok masih tampak tinggal di dalam hall untuk berdiskusi termasuk kelompok Alea. Mereka tampak serius mendiskusikan beberapa hal.
“Oke, semuanya udah fix. Gak ada yang merasa keberatan kan?” tanya Gian. Semuanya menggeleng.
“Eng. Besok, jam 2 kita kumpul lagi aja. Gimana?” usul Tika. Semuanya setuju. Mereka kemudian bergegas keluar hall dan pulang.
Sesampainya di luar hall, Alea langsung menarik Emily dan mengajaknya ke taman kampus yang agak sepi. Mereka berdua pun duduk. Perlahan, Alea pun mulai bertanya ke Emily mengenai apa yang terjadi antara Emily dan Kenzo.
“Emily.” “Alea.” Mereka berbicara bersamaan.
“Ada apa Alea?” tanya Emily.
“Eng, kamu duluan aja deh Mily.” Kata Alea mempersilakan Emily berbicara. Emily diam sebentar kemudian menarik nafas panjang.
“Kak Kenzo udah punya pacar ya Al?” tanya Emily. Mendengarnya, Alea cukup kaget. Tapi dia berusaha menutupi kekagetannya.
“Kak Kenzo tu masih jomblo Mily. Dia tu terlalu susah buat jatuh cinta.” Jawab Alea. Emily menunduk.
“Tapi tadi kok dia sama cewek di lab komputer. Deket banget.” kata Emily.
“Kamu cemburu ya?” tanya Alea dengan nada agak menggoda.
“Ah Alea apaan sih. Aku kan bukan siapa-siapanya kak Kenzo.” Kata Emily mengelak. Tapi nampak pipinya bersemu merah. Alea pun tersenyum melihatnya.
“Mily, kak Kenzo tadi udah cerita semuanya ke aku. Kak Kenzo juga kaget karena tiba-tiba kejebak di situasi kayak tadi. Cewek yang kamu lihat lagi ngedeketin kak Kenzo tu namanya Rara. Kak Kenzo pernah suka sama dia, tapi akhirnya rasa suka kak Kenzo hilang. Jadi mereka tu nggak ada apa-apa.” Terang Alea. Emily terdiam mendengar semua kata-kata Alea.
“Kamu suka sama kak Kenzo kan Mily?” tanya Alea. Emily masih diam. Tapi raut muka kecewanya telah berubah menjadi raut muka bahagia.
“Gakpapa Mily, aku udah tahu kok. Eh, tau gak sebenernya kak Kenzo juga suka lho sama kamu.” Kata Alea sambil menepuk pundak Emily.
“Alea. Kak Kenzo suka sama aku? Serius?” tanya Emily tidak percaya.
“Iya Mily. Kak Kenzo emang gak pernah cerita. Tapi pas ngeliat usaha kak Kenzo sampe lari-lari ngos-ngosan buat ngejar kamu tadi, aku jadi tau. Kak Kenzo tu orang yang terlalu cuek buat ngejelasin sesuatu ke orang lain kalo ada salah paham. Sikap dia ke kamu beda sama sikap dia ke orang lain.” Jawab Alea panjang lebar. Emily pun tersenyum kemudian memeluk Alea.
“Makasih ya Alea. Berarti aku harus minta maaf ke kak Kenzo.” Kata Emily. Alea tersenyum.
Mereka pun bangkit berdiri dan bergegas pulang karena hari sudah sore dan mereka harus mempersiapkan peralatan untuk makrab. Oiya... Satu lagi, mereka harus membantu Liana menyelesaikan tugas merangkum materi kuliah Sastra Modern.
***
“Kak, aku mau ke rumah Liana dulu bantuin dia ngerjain tugas.” Kata Alea ke Kenzo di tempat parkir.
“Kakak anterin ya?” kata Kenzo.
“Gak usah kak, aku bareng sama temen-temen naik mobilnya Emily.” Terang Alea.
“Eh Al. Mily gimana?” tanya Kenzo penasaran.
“Ciee. Manggilnya udah Mily.” Kata Alea menggoda kakaknya.
“Ih, dasar. Ditanya apa jawabnya malah apa.” Kata Kenzo sewot.
“Semuanya lancar bos.” Kata Alea sambil mengacungkan jempolnya. Kenzo senang mendengarnya.
“Oiya kak, kapan nih nembak Emily? Dia udah nungguin lho.” Tanya Alea lagi. Kali ini Kenzo tak mau kalah meladeni candaan Alea.
“Kakak bakal nembak Emily kalo Evan udah nembak kamu.” Jawab Kenzo datar kemudian diikuti dengan senyum jahil.
“Ih, kakak apaan sih.” Kata Alea malu-malu.
“Yaudah kak, Alea duluan ya. Kakak ati-ati di jalan. Kalo udah nyampe rumah sms Alea ya.” Kata Alea.
“Iya adikku yang paling cantik.” Kata Kenzo sambil memeluk Alea.
“Daa kakak.” Kata Alea kemudian berlalu meninggalkan Kenzo. Kenzo masih mengamati Alea yang berlari ke arah teman-temannya.
Kamu sekarang udah gede Al. Kakak seneng di sini, kamu punya sahabat yang baik.” Batin Kenzo. Dia pun bergegas menyalakan motornya dan pulang. Di depan gerbang kampus, dia sempat berpapasan dengan Alea dan teman-temannya termasuk Emily. Mata Kenzo dan Emily sempat beradu pandang. Ada senyum di wajah mereka. Namun hanya sebentar karena Kenzo kemudian melaju menjauh.
“Yuk guys.” Ajak Liana.
Mereka pun masuk ke mobil Emily. Di jalan, Alea yang duduk di samping Emily melihat senyum di wajah Emily yang tak kunjung hilang.
“Ciee yang disenyumin kak Kenzo.” Kata Liana menggoda dari kursi belakang.
“Ah, apaan sih Li.” Elak Emily. Suasana pun menjadi meriah dengan kata-kata Liana yang selalu berhasil membuat Emily selalu kehabisan kata dan salah tingkah.

Tunggu chapter selanjutnya yaa... ^^.
Share: