And.... Yes, It's You!




Halo, pembaca NVRstepback. Ada posting baru nih, tapi materi lama. Dan... Lama banget kayaknya, karena ini satu dari beberapa cerpen yang gue tulis pas pertama kali kenal dunia menulis, jadi yaa.. masih belepotan... *pipi merah*
Ada sedikit edit sana-sini, tapi gak ngurangin ceritanya... Yuk cusss dibaca :D


And.... Yes, It's You!

Arya adalah pemuda berusia 18 tahun. Dia baru saja masuk ke perguruan tinggi. Di tempat barunya, Arya termasuk anak yang kurang bisa beradaptasi dengan cepat sehingga belum memiliki teman. Satu – satunya teman adalah Ari. Teman sejak kecil. Meskipun tidak pernah satu sekolah, Arya dan Ari sangat akrab karena selalu bermain bersama sejak kecil. Dan meskipun kini mereka satu kampus, mereka mengambil jurusan yang berbeda. Arya berada di jurusan Seni Rupa karena dia suka melukis. Sedangkan Ari memilih teknik mesin. Dan ketika cinta menguji ikatan persahabatan mereka…
***
Seperti biasa, setiap hari Senin Arya masuk pagi karena ada jadwal kuliah jam 8. Dan kebetulan, dosennya yang bernama Pak Tono sangat galak sehingga banyak mahasiswa yang memilih datang lebih pagi daripada harus terlambat. Sialnya bagi Arya, jam 7.30 dia masih belum sampai di kampus karena ban motornya pecah di tengah jalan. Dia harus pergi ke tukang tambal ban untuk menambal ban yang pecah. Saat diliriknya arloji yang ada di tangannya, sudah jam 7.50! “Mati aku. Bisa habis kalau nggak buruan nyampe kampus.” Gerutu Arya dalam hati. Saat sedang bingung memikirkan nasibnya, ada suara yang memanggilnya.
“Arya!” ternyata itu suara Ari. Arya segera menoleh ke arah Ari.
“Eh, Ari! Untung aja loe dateng. Loe mau ke kampus kan?” Tanya Arya.
“Iya. Ada apa? Motor loe kenapa?”
“Ban motorku pecah. Udah ah, yuk buruan cabut. Udah telat nih.”
“Oke bos.”
Ari langsung tancap gas menuju ke kampus. Dan, sesampainya di kampus Arya mendapat kabar bahagia. Ternyata Pak Tono tidak masuk dan hanya menitipkan tugas. “Alhamdulillah, terima kasih ya Allah.” Batin Arya. Dia bisa tenang karena tidak perlu memperoleh sanksi dari Pak Tono. Kini, yang jadi masalah adalah bagaimana dia harus menyelesaikan tugas yang diberikan Pak Tono karena waktu pengumpulannya tinggal 1 jam lagi. Setelah memutar otak beberapa saat, dia pun memilih untuk meniru pekerjaan teman lainnya.
Setelah menyelesaikan tugas dari Pak Tono, dia berniat meminta tolong ke Ari untuk mengambil motornya ke tukang tambal ban. Dia bergegas pergi ke bengkel praktek teknik mesin untuk menemui Ari. Tapi, di sana dia tidak bisa menemukan Ari. Teman – teman Ari bilang kalau Ari sedang ke kamar mandi. Tanpa pikir panjang, Arya langsung berlari menuju ke kamar mandi. Tapi, saat masih kurang beberapa meter dari kamar mandi, dia melihat Ari yang keluar dari kamar mandi cewek. “Ha? Kamar mandi cewek? Gila ni anak.” Batin Arya.
“Eh, Ri. Ngapain loe dari kamar mandi cewek? Hayo, abis ngintip ya?” goda Arya.
“Ih, apaan sih. Ya nggak lah.” Jawab Ari yang sudah mengepalkan tinjunya bersiap memukul Arya.
“Hahaha dasar anak aneh. Masak cowok make kamar mandi cewek.”
“Air di kamar mandi cowok mati. Jadi aku pake kamar mandi cewek. Lagian nggak ada orang,” balas Ari memberi alasan.”Oiya, ngapain loe nyariin gue? Tumben – tumbenan.”
“Hehe. Gini Ri, gue mau minta tolong. Anterin gue ke tukang tambal ban yang tadi ya. Gue mau ambil motor nih.” Kata Arya agak memelas.
“Huuu dasar. Ternyata ada maunya. Ya udah, ntar gue anterin tapi tunggu gue selesein tugas dulu. Bentaran. Paling 15 menit kelar. Gimana?” jawab Ari.
“Eng. Iya deh. Aku tunggu di depan gerbang ya.” Kata Arya sambil berlalu. Melihat Arya pergi, Ari hanya tersenyum sambil kembali ke bengkel praktek.
Arya sudah ada di gerbang menunggu Ari datang. Selama di situ, dia merasa agak jenuh. Sampai dia melihat sosok cantik yang berjalan melewatinya. Devi, teman sekelasnya. Memang Arya jatuh cinta kepada Devi, tapi dia tidak berani mengungkapkannya karena Devi adalah salah satu cewek paling popular di kampus. Selain cantik, dia juga kaya. Sehingga Arya hanya mampu mengaguminya.
“Tiiinn!” tiba – tiba lamunan Arya buyar ketika suara keras klakson motor Ari terdengar.
“Eh, loe Ri. Ngganggu orang aja.”
“Alah kerjaan loe Cuma ngliatin Devi aja. Kalo berani, tembak langsung.” Tantang Ari.
“Ah, gila loe. Gue sama dia kan beda Ri.” Kata Arya lemah.
“Haha. Ntar gue samber duluan baru nyesel. Galau.” Ejek Ari.
“Ya ambil aja sono kalo loe emang mau." Kata Arya dengan nada emosi.
"Alah, gitu aja ngambek." Goda Ari.
"Ah, udah lah. Yuk buruan anterin ke tukang tambal ban tadi.” Kata Arya mengalihkan pembicaraan.
Ari pun segera mengantarkan Arya ke tukang tambal ban. Setelah mengambil motornya, Arya mengajak Ari makan sebagai ucapan terima kasih. Di warung makan, Arya mulai membicarakan tentang Devi.
“Ri, loe pasti tahu kalo gue suka banget sama Devi. Apalagi, Devi sekarang lagi jomblo. Tapi gue nggak berani ngungkapin perasaan gue. Gimana ya, Ri?” kata Arya setengah melamun. Ari tak langsung menjawab. Terlihat, wajah Ari menampakkan rasa sedih. Dia menunduk menyembunyikan kesedihannya.
“Eh, Ri. Jawab dong. Malah nunduk.” Kata Arya sambil menepuk pundak Ari.
“Loe kasih dia lukisan bikinan loe aja.” Jawab Ari singkat. Tanpa melihat ke arah Arya.
“Wah, ide brilian tuh. Makasih, Ri.”
Selesai makan, Arya langsung pulang menuju ke belakang rumah. Tempat dia biasa melukis. Dengan foto Devi yang dia miliki, dia mulai mengayunkan kuasnya ke kanvas putih di hadapannya. Setelah berapa lama, sebuah lukisan wajah Devi selesai dibuatnya. Dalam hati, dia akan menyatakan perasaannya ke Devi sambil memberikan lukisan ini. Sebenarnya, sudah ada beberapa lukisan Devi di tempat itu. Tapi, Arya merasa kalau lukisannya yang baru saja selesai lebih mewakili perasaannya ke Devi.
Keesokan harinya di kampus, Arya sudah sampai di kampus sambil membawa sesuatu yang tertutup kain putih. Dia duduk di kelas menunggu kedatangan Devi. Tak berapa lama, Devi yang dia tunggu datang. Dengan agak gugup, dia mendekati Devi. Devi yang sadar ada seseorang di belakangnya langsung berbalik.
“Eh, kamu Arya. Ada apa?” Tanya Devi.
“Dev, aku mau ngomong sesuatu sama kamu. Sesuatu yang penting.” Arya langsung mengutarakan maksudnya.
“Aku suka sama kamu Dev. Mau nggak kamu jadi pacar aku? Tolong terima lukisan ini sebagai lambang perasaanku ke kamu. Kalo kamu terima aku, simpen lukisan ini. Kalo kamu tolak aku, kamu boleh buang atau bakar sekalian lukisan ini.”
Mendengar pernyataan Arya, Devi agak kaget. Kemudian dibukanya kain penutup lukisan itu. Saat melihat lukisan itu, Devi tersenyum dan kemudian berkata,”lukisan ini aku terima. Begitu juga perasaan kamu ke aku. Aku mau jadi pacar kamu.”
Mendengar jawaban Devi, Arya langsung tersenyum puas. Dia merasa senang karena ternyata perasaannya diterima oleh Devi. Saking senangnya, Arya tak tahu kalau ada sosok lain yang melihat kebahagiaannya. Sosok itu adalah Ari. Dari tadi, Ari sudah memperhatikan Arya dan Devi. Dan melihat Devi menerima pernyataan cinta Arya, hati Ari serasa tertusuk pedang tajam. Terasa sakit. Dia pun bergegas pergi dari situ.
Arya yang sedang bahagia langsung mencari sahabatnya, Ari untuk membagi rasa bahagianya itu. Dengan mudah, Arya menemukan Ari yang sedang menikmati semangkuk bakso di kantin kampus.
“Ari.” Sapa Arya dengan nada ceria.
“Eh, loe Ar. Ada apa? Seneng banget.” Jawab Ari datar sambil menghabiskan bakso yang ada di hadapannya.
“Devi nerima gue, Ri. Hahahaha.” Terang Arya sambil tersenyum dan tertawa girang. Ari hanya menanggapinya dengan senyuman kecil.
“Selamat deh buat loe. Semoga hubungan kalian bisa lancar.” Ucap Ari dengan nada datar.
Selanjutnya, hari – hari Arya dihabiskan untuk berdua bersama Devi. Melukis Devi, dan hal – hal lainnya. Sampai pada suatu hari, beberapa jam sebelum pesta ulang tahun Devi. Arya di rumahnya ditemani Ari membuat lukisan sebagai hadiah ulang tahun Devi. Arya dengan serius mengerjakan lukisan itu. Ari yang duduk di samping Arya memandangi Arya yang sedang serius mengayunkan kuas ke kanvas gores demi gores.
“Selesai.” Kata Arya ketika pekerjaannya telah selesai.
“Yuk, Ri kita ke tempat pestanya Devi.” Ajak Arya ke Ari sambil merapikan lukisannya.
“Yuk.” Jawab Ari singkat.
Mereka berdua segera pergi menuju rumah Devi. Sesampainya di sana, suasana sangat ramai. Arya sempat bimbang ingin masuk. Tapi, saat melihat Devi yang ada di luar, dia langsung bergegas masuk. Ari tidak ikut masuk. Dia hanya memperhatikan Arya yang perlahan mendekati Devi sambil membawa lukisan hadiah ulang tahun untuk Devi. Setelah dekat dengan Devi, Arya melihat Devi sedang dikerumuni beberapa cowok yang memberikan hadiah kepada Devi. Pada saat itu, Arya memanggil Devi.
“Dev, aku ada hadiah buat kamu.” Kata Arya sambil berjalan perlahan agak mendekat.
“Eh, kamu Arya. Taruh di situ aja.” Jawab Devi sambil sibuk ngobrol dengan beberapa cowok di sekelilingnya. Mendengar jawaban Devi, Arya langsung shock. Dia tak menyangka Devi tidak menghiraukan kedatangannya. Dengan penuh kesedihan, Arya menyandarkan lukisannya yang masih tertutup kain putih di dinding. Tak terasa air mata menetes dari matanya. Dia bergegas meninggalkan Devi yang masih asik dengan teman – temannya.
Perlahan, hujan mulai turun. Dari kejauhan, Ari melihat apa yang terjadi. Dilihatnya Arya yang tak dihiraukan oleh Devi tertekan perasaannya, perlahan mendekat. Semakin dekat, Ari dapat melihat air mata Arya yang makin deras terjatuh.
“Loe nggak papa, Ar?” Tanya Ari.
“Gue pulang duluan, Ri.” Jawab Arya sambil berlalu. Mendengar jawaban Arya, Ari bergegas mendekati Devi yang masih tak melirik hadiah pemberian Arya.
“Dev, cewek macem apa loe. Nggak nge-hargain sama sekali hadiah dari cowok loe sendiri, malah asik ngobrol sama orang – orang nggak jelas kayak mereka!” ucap Ari dengan nada tinggi dan keras. Hal ini membuat Devi dan teman – temannya terdiam.
“Loe nggak pantes dapetin cowok macem Arya!” kata Ari sambil pergi meninggalkan Devi yang perlahan berjalan mengambil hadiah dari Arya yang dari tadi. Dibukanya kain putih yang menutupi bingkisan itu. Setelah membukanya, air mata Devi terjatuh.
“Indah sekali.” Kata Devi penuh penyesalan. Penyesalan karena tak menghiraukan Arya. Arya yang telah menghilang di balik hujan yang semakin deras terjatuh.
***
Dengan badan yang masih basah kuyup, Arya duduk terdiam di depan kanvas putih di rumahnya. Dari belakang, muncul Ari yang juga basah kuyup karena kehujanan. Seolah menyadari keberadaan Ari, Arya langsung berbicara.
“Untuk apa lagi gue ngelukis. Gue udah kehilangan hal yang bikin gue terus ngelukis.”
“Arya, kenapa loe ngomong gitu?” Tanya Ari.
“Devi udah nggak ngegubris gue. Selama ini, Devi yang selalu bikin gue ngelukis. Devi yang selalu ada di setiap kanvas yang gue lukis. Sekarang, dia udah nggak ada buat gue. Terus, apa yang harus gue lukis?” Tanya Arya kepada entah Ari, atau pada dirinya sendiri. Ari tak mampu menjawab pertanyaan Arya itu. Namun, perlahan dia mendekati Arya.
“Gimana kalo loe ngelukis gue.” Kata Ari. Arya sontak kaget mendengar perkataan Ari.
“Loe kan cowok? Masa …” belum selesai Arya berbicara, Ari sudah membuka topi yang selama ini menutupi kepalanya. Dari situ, terurai rambut hitam panjang. Dibukanya pula kemeja yang menutupi tubuhnya. Tinggal kaos tanpa lengan yang tampak. Melihat hal itu, Arya semakin kaget. Kaget melihat sosok Ari yang ada di depannya. Ari yang dikenalnya sebagai seorang cowok, kini seolah terhapus karena yang ada di hadapannya sekarang adalah sosok seorang cewek.
“Ari, jadi… selama ini… loe… Ri…” kalimat dari mulut Arya terputus – putus karena masih belum bisa menerima apa yang sedang dilihatnya.
“Arya, gue sebenarnya cewek. Tapi, gue tutupin dari loe karena gue selalu pengen deket sama loe. Gue nggak mau jauh – jauh dari loe. Dan mungkin, sekarang saatnya loe tahu semua tentang gue. Dan satu lagi…” Ari menghentikan kata – katanya.
“Gue udah lama banget suka sama loe. Gue sayang sama loe, Arya.” Kalimat itu meluncur dari Ari, bukan sebagai sosok sahabat bagi Arya. Tapi, sebagai pernyataan cinta seorang cewek ke seorang cowok.
“Ta..tapi, n..nama loe kan A..ari.”
“Nama lengkap gue Eviana Arisanti. Dan selama ini gue ngenalin diri gue ke loe sebagai Ari.” Terang Ari.
“Evi…” kata Arya yang mulai bisa menguasai diri.
“Seandainya gue tahu dari awal.” Lanjut Arya sambil berjalan mendekati Ari yang tertunduk.
“Gue akan milih loe daripada Devi.” Kata Arya sambil memeluk tubuh Ari. Ari tak berkata apa – apa. Dia masih terdiam, bingung dengan perasaan sedih, senang, dan galau yang kini sedang bercampur di dalam hatinya. Sedih karena tak mampu menahan perasaannya lebih lama. Senang karena mendengar jawaban dari Arya. Galau karena telah membuka rahasianya selama ini. Rahasia yang telah dia pendam bertahun – tahun, kini telah dia buka di hadapan cowok yang telah ada di hatinya selama bertahun – tahun pula.
***
Setelah kejadian malam itu, sosok cowok bernama Ari yang pernah Arya kenal telah berganti rupa menjadi seorang cewek bernama Evi. Kini, mereka berdua telah menjadi sepasang kekasih yang saling melengkapi satu sama lain. Ya, dua jiwa yang telah bertaut menjadi satu setelah selama ini terpisah oleh tabir bernama Ari..


- ENDED -


Seperti biasa, minta komentarnya dooong~
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Abis baca, jangan segan2 buat kasih komentarnya ya guys.. Supaya post selanjutnya bisa lebih bagus. Terimakasih... ^^,