You Can [Not] Forget

You Can [Not] Forget


Aku masih dapat mengingatnya. Punggung milik gadis yang apabila marah bisa membuatku berdarah-darah. Punggung milik gadis yang satu senyumnya mampu membuat sekujur hatiku leleh tak berdaya. Punggung rapuh yang jika kudekap terlalu erat dapat membuatnya pecah berserak. Aku masih dapat mengingatnya dengan jelas.

Di bawah langit malam, tepat beberapa menit sebelum kalender di dinding kamarku habis masa pakainya, gadis berkacamata itu memalingkan tubuhnya dariku. Membiarkanku tenggelam dalam tanya, apa yang sebenarnya dia inginkan sampai harus menarikku ke sini? Aku menyelam mencari jawabannya sendiri. Gadis yang selalu mengagumkanku. Gadis yang tak lain adalah dirimu.

Jika kau tidak menarik tanganku, mungkin aku sudah kehabisan napas dan benar-benar tenggelam. Jemari lentik yang menyentuh punggung tanganku, ditambah senyum simpul yang diapit dua lesung pipi itu benar-benar menarik kesadaranku. Membawanya ke ujung imaji yang lain.

Lalu, tepat setelah kembang api pertama memecah sunyi udara, aku mendengarmu bersuara. Tak terlalu merdu. Tapi napasmu yang hangat bisa kurasa di setiap bisikanmu yang mengalun syahdu di telinga kiriku. Apa kau tahu? Jika bukan karena kelas drama yang pernah aku ikuti semasa sekolah dulu, mungkin saat itu kau akan melihat betapa merah wajah dan salah tingkahnya diriku. Beruntung, ketenangan luarku tetap terjaga hingga kau menyelesaikan kalimat demi kalimat dalam bisikanmu.

Aku memahami setiap kalimatnya. Setiap kata yang menyusunnya. Tapi, ada satu kata yang tiba-tiba aku lupa artinya. Namun ketika aku bertanya, kau hanya memberikan juluran lidah sebagai jawabannya. Aku sedikit kesal, tapi wajah menggemaskanmu itu memupusnya. Ya, aku pun menyerah dan urung kembali bertanya.. Sebagai balasan, aku meraih pucuk rambutmu lalu mengacaknya. Membuatmu memamerkan muka masam yang sangat kusuka.

Apa kau masih mengingatnya? Aku tahu pasti kau masih, karena senyummu selalu terkembang setiap kali aku menceritakannya kepadamu. Meski harus kuceritakan berulang-ulang, aku tidak akan pernah bosan. Meski semua orang menganggapnya percuma, aku dan seluruh kisah kenangan tentang kita akan selalu ada. Sekalipun karena Alzheimer kau akan kembali terlupa, hingga aku tak mampu berkata, aku akan selalu bercerita. Membuatmu untuk kembali mengingatnya. Atau, setidaknya, membuat dirimu selalu mengetahuinya. Bahwa kau pernah dan akan selalu menjadi kenangan yang tak akan tersisih di sudut terindah ceritaku.

Aku masih dapat mengingat punggungmu yang selalu kudekap dari belakang itu. Meski kini tak lagi bisa kudekap apalagi kulihat, tapi ketahuilah, aku masih dapat mengingatnya.

~ stratosfer, 070116 
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Abis baca, jangan segan2 buat kasih komentarnya ya guys.. Supaya post selanjutnya bisa lebih bagus. Terimakasih... ^^,