Bakso, Laptop, dan Rasa

Yoho~

Ini tulisan yang awalnya pengen dibikin cerita dengan multiple jleb combo. Tapi entah kenapa bisa jadi berubah absurd. Jleb enggak, lucu juga enggak, plot-nya juga entahlah. Ah sudahlah itung-itung buat belajar. Seperti biasa, jangan lupa kasih feedback ya~

Title: Bakso, Laptop, dan Rasa
Genre: Slice of Life
Author: @NVRstepback


http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/2/28/Bakso_mi_bihun.jpg
bakso_mi_bihun.jpg by en.wikipedia.org

Hujan hari ini sepertinya sedikit lebih deras daripada hujan di hari-hari sebelumnya. Hanya saja angin yang tiba-tiba bernyanyi membuat hujan menari. Kesana kemari menyibak lengan dahan dan dedaunan dengan hawa dingin. Lembut tapi membuatnya menggigil. Aspal berlubang nampak diam menerawang sambil menadah segerombolan air hujan yang terjatuh. Memberi mereka tempat melepas penat.

Beberapa kali, secara tak sengaja, kakiku menginjak mereka yang sedang melepas penat. Membuat sepatuku yang baru tadi pagi kering kembali basah. Beruntung ada payung di genggaman tanganku. Jika tidak, bukan hanya sepatu. Jaket dan seluruh pakaian yang menempel di tubuhku pasti ikut basah. Membuat sekujur tubuhku kedinginan. Persis seperti lengan dahan dan dedaunan pohon-pohon di tepian jalan kiri-kanan ku.

Aku menyembunyikan tangan kiriku yang menganggur di saku jaketku. Jika kulihat tangan kananku yang menggenggam gagang payung, dia terlihat iri ingin ikut bersembunyi. Tapi apa daya, dia punya tanggung jawab besar melindungi seluruh tubuhku dari hujan. Dengan payung. Mungkin nanti si tangan kiri bisa kusuruh mengganti perannya. Nanti.

Di sebuah persimpangan jalan, aku memilih jalan sebelah kanan. Berjalan agak cepat lalu melompat ke atas trotoar. Sesegera mungkin menghindari sekumpulan air hujan yang tengah rehat di sebuah aspal yang berlubang. Setelah cukup jauh, aku kembali memelan langkah. Lalu berjalan perlahan memasuki pintu warung kecil, setelah sebelumnya menyibak kain hijau bertulis "Bakso Sapi Pak Aji" yang menggigil kebasahan.

Kulihat ruangan 5x5 meter itu cukup ramai. Beberapa nampak masih menikmati mangkok berisi bakso sambil meniupi kepul asap. Sementara ada yang hanya duduk mengobrol menghadapi mangkok kosong sambil mengepul asap rokok dari mulut mereka.

"Pak, bakso satu mangkok. Kayak biasa." Pintaku ke seorang bapak yang nampak menggerakkan kedua tangannya dengan cepat meracik satu, dua, tiga... lima mangkok bakso di depannya.

"Oh, mas Andra. Minumnya apa mas?" Tanya si bapak membuyarkan lamunanku. Lalu tak lama kukatakan apa minuman yang kuinginkan, "Jeruk anget ya pak."

7 menit setelah duduk di tempat agak pojok, seorang gadis datang ke arahku membawa sebuah nampan dengan semangkuk bakso, aku dapat melihat pucuk porsinya, dan sebuah gelas berisi jeruk hangat.

"Silakan dinikmati bakso dan jeruk angetnya." Kata gadis itu setelah meletakkan pesananku. Dia pun berbalik dan pergi setelah tersenyum kepadaku.

Ringtone lagu dari grup band Indonesia yang jaya di era 90-an mengalun dari saku celanaku. Setelah cukup kesulitan menariknya dari sakuku, ponsel warna putih yang sudah ada di genggaman tangan kiriku segera kuusap bagian layarnya. Lalu menempelkan bagian atasnya ke telingaku.

"Halo." Kataku dengan intonasi sedatar papan. Kudengar dengus nafas tanda kesal di speaker ponselku.

"Andra, kamu di mana? Aku mau minta tolong." Pinta suara yang kupastikan sebagai suara perempuan.

"Ee... siapa ya?" Tanyaku beberapa detik kemudian setelah berpikir sambil mengunyah butiran bakso berdiameter 2 cm. Ah, sial aku lupa memberikan saus, kecap, dan sambal.

"Iih! Dasar Andra bego! Ini aku, Nindi!" Bentak suara itu. Ya, setelah memberikan saus, kecap, dan sambal di atas baksoku, aku ingat kalau di kampus, aku memiliki seorang teman. Gadis yang cantik dan juga cerdas. Teman masa kecil yang mulai kusukai sejak kami bertengkar tentang siapa penemu bakso ketika SMP dulu.

"Ah, halo Nin. Kenapa?" Tanyaku dengan nada sepenasaran mungkin. Lagi-lagi kudengar dengusan kesal tepat setelah aku menelan bihun putih panjang.

"Iiih! Aku mau minta tolong. Laptopku error, padahal mau aku pake buat ngerjain tugas." Suara Nindi yang sedang kesal namun berusaha ditahan terdengar lucu. Aku tak langsung menjawabnya karena sedang mengunyah bulatan bakso keduaku.

"Oh, iya. Nanti aku ke tempatmu. Baksoku belum habis." Kataku kemudian.

"Iiiih! Kok makan bakso nggak ngajak-ngajak." Nindi merajuk. Oh iya, aku lupa kalau dia sangat suka bakso. Kalau saja aku adalah bakso, dia pasti akan berpacaran denganku. Saking sukanya. Pada bakso.

"Nin."

"Apa?"

"Iiih. Iya nanti aku bungkusin buat kamu." Kataku meniru gaya bicaranya, meskipun intonasiku masih sedatar papan. Lalu aku meneguk sedikit jeruk hangat. Samar-samar kudengar dia menahan tawa. Ya, kupikir tak masalah menahan tawa, asal tak menahan kentut. Karena kata kakek itu berbahaya.

"Hehe. Iya, cepetan ya." Katanya mengakhiri panggilan.

Setelah memasukkan ponsel ke dalam saku jaket, agar lebih mudah mengambilnya, aku segera menghabiskan baksoku secepat mungkin. Meski kenyataannya aku baru berhasil menyelesaikannya dalam waktu 20 menit. Aku meneguk habis jeruk hangat, yang kehilangan kehangatannya, lalu bangkit dan berjalan ke tempat bapak penjual bakso.

"Semuanya 35 ribu mas." Kata pak Aji setelah menghitung semua pesananku, termasuk bakso Nindi.

"Nih pak, ambil aja kembaliannya." Kataku sambil mengulurkan selembar uang 50ribuan berwarna biru yang tadi kutemukan di bawah meja tempatku. Aku tahu kalau itu uang mainan, tapi iseng kupakai untuk bercanda dengan pak Aji.

"Wah, beneran mas?" Tanya pak Aji sambil menyerahkan kresek hitam berisi bakso pesanan Nindi. Aku menjawabnya dengan acungan jempol. Lalu setelah membuka payung lipatku, aku bergegas menuju ke rumah Nindi. Tapi aku seperti melupakan sesuatu yang penting.

***

Setelah kembali berjalan menembus hujan yang semakin dingin dan deras selama 15 menit, akhirnya aku sampai di depan gerbang rumah Nindi. Kupencet bel berwarna putih yang dipasang di tembok sebelah kanan gerbang. Beberapa saat kemudian, muncul seseorang berwajah sangar dengan kumis selebat hutan amazon. Tatapan mata besarnya seolah menusuk keberanian orang yang dipandangnya.
"Halo pak bro." Sapaku.

"Oh, mas bro. Sini masuk, mau ketemu non Nindi?" Balas pak Jono, satpam rumah Nindi lalu membuka pintu kecil di bagian tepi gerbang itu. Mempersilakanku masuk. Aku tak langsung menuju rumah, tapi mampir dulu ke pos satpam.

"Mau kencan ya mas? Padahal kan lagi hujan." Tanya pak Jono sekembalinya dari mengunci pintu gerbang.

"Yakali pak hujan-hujan gini mau kencan, kurang kerjaan amat. Mending tidur. Eh lagian saya sama Nindi kan cuma temen." Jawabku sekenanya.

"APAA?! MAS BRO MAU NGAJAK NON NINDI JADI TEMEN TIDUR??!" Tanya pak Jono dengan gaya khas emak-emak di sinetron, plus begron musik berupa petir menyambar. Kebetulan ada petir, jadi bukan sekedar imajinasiku.

"Pak bro..." kataku sambil memegang pundak pak Jono, "jangan kebanyakan nonton sinetron. Inget umur pak. Yaudah saya masuk dulu." Kutinggalkan pak Jono yang cengar-cengir sendirian. Tebakanku dia pasti sedang nonton FTV.

Kulipat payungku lalu menggantungkannya di gantungan yang ada di sebelah kanan pintu masuk. Setelah menekan bel, aku berdiri di depan pintu sambil memainkan ponselku, mengirim pesan ke Nindi. Di tangan kiriku masih tergantung kresek hitam bakso pesanan Nindi yang sudah agak dingin. Beberapa saat menunggu, pintu kembar itu terbuka ke arah dalam. Menampakkan sesosok bidadari yang memakai tanktop putih dan hotpants jeans biru. Rambut panjang bergelombangnya diikat sekenanya. Sementara kulihat mata berbinar di balik kacamata minus ber-frame hitam.

"Uwaaa! Baksoo!" Teriaknya seperti anak kecil. Dia langsung menghambur ke arah tangan kiriku. Setelah berada tepat di depanku, dia tiba-tiba berhenti setelah kutempelkan telapak tanganku yang sedikit basah ke dahinya. Kedua tangannya berusaha meraih bakso yang kuangkat tinggi.

"Nindi. Pake baju kayak gitu emang nggak dingin?" Tanyaku kepada Nindi yang masih berusaha meraih baksonya.

"Aah, Andra. Nanti juga anget kalo udah makan bakso." Katanya berdalih. Tangannya masih menggapai-gapai bungkusan bakso yang ada di tangan kiriku. Ah, andai perasaanku seberuntung bakso di tanganku.

"Yaudah nih." Kataku lalu meletakkan bungkusannya di kepala Nindi. Dia tib-tiba diam.

"Kyaaa! Panas, Ndra!" Nindi melompat mundur sambil mengusap kepalanya. Wajahnya menunjukkan ekspresi kesal yang sangat kukenal. Bibirnya manyun dan pipinya menggembung. Mata beriris coklat khas lokalnya berkaca-kaca di balik kacamatanya. Ah, aku rela mati demi melihat hal ini selamanya. Tapi lamunanku buyar oleh suara dari dalam rumah.

"Ciyee... ciyee... ciyee... ciyee..." terdengar suara yang berciye-ciye dari dalam rumah.

"Mama Papa! Udah deh jangan godain." Teriak Nindi kepada ayah dan ibunya. Orang yang tadi berciye-ciye.

"Halo om, tante." Sapaku. Aku tak menyadari kalau bungkusan plastik bakso di tangan kiriku sudah berpindah ke tangan Nindi yang kemudian lari masuk ke dalam rumah.

"Udah sana masuk. Kalo perlu apa-apa tinggal bilang bi Inah." Kata ayah Nindi. Aku segera masuk lalu berjalan menuju ruang makan. Di situ kudapati anak kecil bertubuh dewasa yang sedang menikmati semangkok bakso.

"Nin, mana laptopnya?" Tanyaku langsung ke pokok permasalahan. Tangan kiri Nindi menunjuk ke arah depan. Aku mengikuti arah telunjuk Nindi yang mengarah ke sebuah laptop yang berada di atas meja.

"Error-nya kenapa?" Tanyaku setelah berada di hadapan laptop ASUS putih dengan back cover bergambar karakter anime.

"Nggak mau keluar gambarnya, Ndra. Padahal semalem masih bisa." Jawab Nindi memberi keterangan.

Setelah membalik posisi laptopnya, aku mengeluarkan set obeng dari tas pinggangku lalu mulai melepaskan sekrup yang ada di bagian bawah laptop. Hanya sekrup yang ada di bagian tengah. Kemudian perlahan aku menarik bidang kotak yang sekrupnya tadi kulepas. Dengan hati-hati, aku mengangkat SO-DIMM dari slot-nya lalu membersihkannya dengan penghapus yang ada di atas tumpukan kertas, yang kuyakini sebagai tugas-tugas Nindi.

Setelah kurasa cukup, aku kembali memasangnya dan mengembalikan penutup dan juga sekrupnya seperti semula. Kubalik laptopnya lalu kunyalakan. Mula-mula led indikator menyala hijau. Kemudian layar gelap laptop itu berpendar menampilkan tampilan loading OS. Aku menoleh ke arah Nindi bermaksud memberitahunya, tapi dia tidak ada. Aku menunggunya sambil menatap layar LCD laptop itu bertransisi dari tampilan gradasi biru hijau dan loading menuju desktop dengan wallpaper wajah Nindi bersama seorang lelaki. Sangat dekat.

"Waaah, udah jadi! Yay!" Pekik Nindi girang yang mengagetkanku.

"Udah nih. Tadi cuma RAM-nya aja yang kotor." Kataku dengan nada datar.

"Makasih ya Ndra, untung kamu. Tugasku bisa dilanjutin deh." Ucap Nindi sambil tersenyum. Aku juga menanggapinya dengan senyuman.

"Yaudah, balik dulu ya, Nin. Salam buat om sama tante." Aku mohon pamit.

"Kan masih hujan, Ndra. Nunggu di sini dulu aja kenapa." Kata Nindi dari balik laptopnya.

"Nggak ah, temenku dari luar kota ada yang mau dateng. Aku mau bersih-bersih kamar." Kataku beralasan.

"Oh, yaudah deh ati-ati. Makasih ya udah dibenerin laptopnya. Sama baksonya juga." Kata Nindi.

"Daa..."
   
***

Aku berjalan melewati gerbang setelah sebelumnya berusaha membangunkan pak Jono yang tertidur di pos satpam. Hujan sudah sedikit reda meski samar-samar gerimis masih berbisik menjatuhkan asa kepada bumi. Aku masih berjalan di bawah payung yang kali ini digenggam tangan kiri, mempersilakan tangan kananku istirahat dan bersembunyi.

Hujan hari ini sepertinya sedikit lebih keras daripada hujan di hari-hari sebelumnya. Kehangatan bakso yang tadi kumakan pun menguap karenanya. Ditambah angin dingin yang menusuk. Bertiup searah dengan emosi dan langkahku. Memintaku segera menuju tempat melepas penat. Mengistirahatkan hati yang tiba-tiba sesak. Namun tiba-tiba sebuah ringtone berbunyi. Ada SMS yang masuk. Dengan malas kubuka pesan itu. Pesan yang memutar balik arah emosiku.

From: Nindi
Text: Ndra, inget foto di wallpaper laptopku? Kamu skrg lebih cakep, tapi tetep aja konyol. =p

Ah, aku lupa. Wallpaper itu adalah foto kenangan beberapa tahun lalu ketika kami lulus SMA... di sebuah warung bakso.


===

Komennya plis~~~
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Abis baca, jangan segan2 buat kasih komentarnya ya guys.. Supaya post selanjutnya bisa lebih bagus. Terimakasih... ^^,