“Teeettt!!” bel tanda pulang sekolah berbunyi. Seluruh siswa SMA Satya pun nampak ramai keluar melewati gerbang sekolah. Tapi Alyssa dan Mitha masih ada di ruang musik. Alyssa masih asyik bernyanyi diiringi permainan piano Mitha. Begitu indah. Mereka begitu menikmatinya sampai tak menyadari kehadiran seseorang yang ikut menikmati lagu yang mereka nyanyikan.
“Prok prok prok.” Suara tepuk
tangan dari arah pintu menyambut. Hal itu membuat Alyssa dan Mitha tampak
kaget.
“Tito? Sejak kapan?” tanya
Alyssa.
“Baru aja kok. Tadi denger suara
kalian, gue terus ke sini. Keren.” Kata Tito sambil mengacungkan jempolnya.
“Thanks ya Tito.” Kata Alyssa.
“Hai Mitha. Kok diem aja di
situ?” tanya Tito ke Mitha yang tampak gugup setelah mengetahui Tito
mendengarkan permainan pianonya. Dia tak pernah bermain piano selain di depan
Alyssa dan orang tuanya.
“Eh.. Eng, i..iya Tito.” Kata
Mitha kemudian dengan langkah agak gugup berjalan ke arah Alyssa dan Tito. Tito
tersenyum ke arahnya. Hal ini membuat Mitha hampir pingsan.
“Alyssa, gue mau ngomong sesuatu
ke loe. Dan karena ada Mitha di sini, gue pengen dia jadi saksi” kata Tito dengan
nada serius. Alyssa mengernyitkan dahinya. Sedangkan Mitha merasa ada sesuatu
yang menghantam hatinya.
“Ha? Maksud loe apaan To?” tanya
Alyssa yang tidak mengerti. Tiba-tiba Tito berlutut di hadapan Alyssa. Hal ini
membuat Alyssa semakin bingung.
“Sa. Loe mau gak jadi pacar gue?”
tanya Tito. Hal ini membuat hati Mitha benar-benar hancur. Tito, sosok cowok
yang selama ini dia sukai dan kagumi, detik ini di depannya menyatakan
perasaannya. Tapi bukan ke dia melainkan ke sahabat terdekatnya, Alyssa. Mitha
tetap berusaha menutupi perasaannya tersebut.
“Tito. Apaan sih loe.” Kata
Alyssa setengah tidak percaya.
“Alyssa, gue serius.” Kata Tito
yakin. Alyssa pun tersenyum. Namun senyum itu menyembunyikan beribu makna. Dia
kemudian menyuruh Tito berdiri.
“Tito, gue tau kita udah kenal
sejak kelas satu. Gue juga tau loe selalu bantuin gue kalo gue butuh. Gue juga
hargai perasaan loe. Tapi maaf To, gue cuma nganggep loe sahabat. Gak lebih.”
Kata Alyssa. Tito setengah tidak percaya mendengar apa yang diucapkan Alyssa.
Mitha pun kaget karena ternyata Alyssa menolak Tito. Tapi dia bingung kenapa
Alyssa menolak Tito.
“Sa. Loe becanda kan?” tanya
Tito.
“Gue serius To. Maaf banget.”
Jawab Alyssa.
“Apa udah ada orang lain di hati
loe?” tanya Tito. Alyssa hanya tersenyum.
“Seseorang di hati gue? Mungkin
ada, tapi mungkin enggak.” Jawab Alyssa. Tito pun terdiam. Mitha memandang
lekat ke arah Tito yang tertunduk lesu.
***
Alyssa dan Mitha baru saja sampai
di rumah Mitha. Malam ini Alyssa memutuskan untuk menginap di rumah Mitha
karena ada tugas yang harus mereka selesaikan. Setelah mandi dan makan malam,
mereka pun masuk ke kamar Mitha yang berada di lantai atas. Dengan cermat,
Alyssa mulai mengerjakan tugas bersama Mitha.
“Alyssa.” Panggil Mitha
tiba-tiba.
“Iya Mitha. Ada apa?” tanya
Alyssa.
“Soal Tito tadi. Apa bener loe
gak suka sama dia?” tanya Mitha agak takut. Alyssa tersenyum mendengar
pertanyaan Mitha.
“Beneran Mitha.” Jawab Alyssa.
“Apa gara-gara gue suka sama
Tito, terus loe gak mau nerima dia?” tanya Mitha. Alyssa pun menghentikan
aktivitasnya dari laptop.
“Mitha, bukan gara-gara itu. Gue
emang gak ada perasaan sama Tito.” Jawab Alyssa yakin.
“Tapi sekarang, udah gak mungkin
gue suka sama Tito.” Kata Mitha dengan nada lesu.
“Lho. Emang kenapa?” tanya
Alyssa.
“Tito sukanya sama loe Sa. Bukan
sama gue.” Jawab Mitha.
“Mitha, jangan nyerah gitu dong.
Mana nih semangatnya Mitha yang gue kenal?” goda Alyssa.
“Terus gue harus gimana dong Sa?”
Tanya Mitha.
“Berusaha bersikap biasa di depan
si Tito, jangan gugup kayak tadi sore. Rada-rada cuek gimana gitu deh.” Kata
Alyssa member saran. Mitha pun tersenyum mendengarnya. Mereka kembali
melanjutkan tugas-tugas yang masih menumpuk.
***
“Alyssa! Mitha!” panggil
seseorang. Alyssa dan Mitha yang sedang berjalan menuju kelas pun berhenti
kemudian menoleh ke arah suara itu. Ternyata Tito.
“Hai Tito.” Mitha berusaha
memberanikan diri menyapa Tito.
“Gue bareng ya.” Kata Tito.
Alyssa dan Mitha saling berpandangan. Mereka heran melihat sikap Tito hari ini
yang begitu berbeda mengingat kejadian kemarin ketika Tito menyatakan perasaan
ke Alyssa.
“Oke. Yuk.” Kata Alyssa ramah.
Alyssa, Mitha, dan Tito pun berjalan ke kelas. Di sepanjang koridor sekolah,
Tito hanya diam sedangkan Alyssa dan Mitha begitu sibuk memperbincangkan tugas
yang mereka kerjakan semalam. Karena kelas Tito berbeda, mereka pun berpisah.
Tito ke kelas XI IPS-2, sedangkan Alyssa dan Mitha ke kelas XI IPA-1.
Bel berbunyi. Suasana SMA Satya
pun berubah menjadi begitu tenang. Seluruh siswa sudah berada di kelasnya
masing-masing. Para guru pun bergegas menuju kelas untuk mengajar. Tapi di
gerbang, nampak seorang siswa yang terengah-engah berusaha mengatur nafasnya.
“Maaf pak, saya terlambat.” Kata
Raziel masih terengah-engah.
“Kamu terlambat 15 menit.” Kata
Pak Darto, satpam sekolah, dengan tegas.
“Maaf pak, saya siswa baru. Saya
belum hafal jalan daerah sini.” Kata Raziel membela diri.
“Alasan. Kamu siswa baru…”
tiba-tiba ada yang memotong kata-kata pak Darto.
“Pak Darto.” Kata pak Darwin.
“Eh, pak Darwin. Ada apa pak?”
tanya pak Darto.
“Saya mau menjemput anak ini. Dia
anak baru.” Jawab Pak Darwin.
“I..iya Pak.” Kata Pak Darto
menahan malu.
“Raziel.” Panggil pak Darwin.
Raziel pun berjalan mengikuti pak Darwin menuju kelasnya.
Raziel begitu seksama
memperhatikan ruangan-ruangan SMA Satya. Dia juga tampak menikmati suasana
hening yang dia rasakan. Tiba-tiba langkah Raziel terhenti di depan ruang musik
yang pintunya sedikit terbuka. Matanya tertuju ke arah piano dan gitar yang ada
di dalam ruangan itu. Pak Darwin yang mengetahuinya hanya tersenyum.
“Ayo.” Panggil pak Darwin.
“Iya Pak.” Kata Raziel.
Kelas XI IPA-1 masih cukup ramai
karena pak Darwin belum masuk. Alyssa dan Mitha masih berdiskusi tentang materi
presentasi mata pelajaran Bahasa Inggris yang diajarkan oleh pak Darwin. Alyssa
belum bisa mengerti beberapa bagian. Dan dengan sabar Mitha menjelaskan satu
persatu ke Alyssa. Saat sedang berdiskusi, tiba-tiba muncul Pak Darwin bersama
seorang siswa baru. Alyssa mengernyitkan dahi melihat siswa baru itu.
“Good morning class. Before we
start our lesson today, I’d like to introduce you the new student that will
join our class from now on.” Kata Darwin.
“Hi. I’m Raziel. I’m a transfer
student from England. Nice to meet you.” Kata Raziel memperkenalkan diri.
“Raziel, you may sit beside
Raka.” Kata pak Darwin menunjuk ke arah kursi kosong agak belakang. Raziel pun
berjalan kemudian duduk di situ. Ketika melewati tempat duduk Alyssa, Raziel
melemparkan senyum. Alyssa menanggapinya dengan menjulurkan lidah. Hal itu pun
membuat Mitha heran karena tak biasanya Alyssa bertingkah seperti itu.
“Sa, loe kenal sama si anak baru
itu?” tanya Mitha. Alyssa hanya mengangguk.
Pak Darwin pun memulai pelajaran.
Dan mempersilakan masing-masing kelompok untuk mempresentasikan tugas mereka
masing-masing. Dan saat Alyssa dan Mitha maju untuk presentasi, tampak beberapa
kali Alyssa memandang ke arah Raziel yang sibuk dengan bukunya.
***
“Teeettt!!” bel istirahat
berbunyi.
“Sa, ke kantin yuk. Laper nih.”
Ajak Mitha.
“Yuk. Gue juga udah laper nih.”
Kata Alyssa. Mereka berdua bergegas ke kantin. Setelah bakso pesanan mereka
datang, mereka mulai makan. Di sela-sela makan, Mitha menyempatkan bertanya tentang
Raziel ke Alyssa.
“Sa, tu anak baru siapa loe sih?”
tanya Mitha. Alyssa hampir tersedak mendengar pertanyaan Mitha.
“Ah, elo Mith. Raziel itu, dulu
temen kecil gue. Ortunya meninggal waktu dia kelas 6 SD. Trus setelah lulus SD,
dia pindah ke Inggris tinggal sama kakeknya.” Jawab Alyssa panjang lebar.
“Alyssa. Mitha.” Kata Tito yang
kemudian duduk di depan Alyssa dan Mitha.
“Hai Tito.” Kata Alyssa dan Mitha
hampir berbarengan.
“Eh, denger-denger di kelas
kalian ada murid baru ya?” tanya Tito.
“Iya. Cowok dari pindahan dari
Inggris. Temen lamanya Alyssa.” Jawab Mitha.
“Temen loe Sa?”
“Iya.” Jawab Alyssa singkat.
Tiba-tiba ada seseorang yang
muncul kemudian duduk tepat di hadapan Alyssa. Melihat tampang orang itu yang
tiba-tiba muncul di hadapannya, Alyssa pun hanya melongo. Bakso yang hampir
masuk ke mulutnya pun kembali jatuh ke mangkok. Dia masih memandangi wajah
orang itu. Alyssa tidak sadar kalau mulutnya masih menganga dan dia masih
memegang sendok yang ada di depan mulutnya. Hal ini pun membuat Mitha dan Tito
heran. Baru kali ini mereka melihat Alyssa yang sangat berbeda.
“Chacha.” Sapa Raziel sambil
tersenyum.
“Chacha?” kata Mitha dan Tito
saling berpandangan.
“Ziel..” kata Alyssa lirih.
“Ziel?” lagi-lagi Mitha dan Tito
saling berpandangan.
Alyssa yang sudah menemukan
kembali kesadarannya tampak gugup. Kemudian bergegas pergi dari situ. Mitha dan
Tito begitu heran memperhatikan langkah Alyssa yang tampak begitu gugup.
“Masih sama kayak dulu.” Gumam
Raziel sambil tersenyum. Dia segera bangkit kemudian berlari menyusul Alyssa.
“Tha. Tadi tu orang manggil
Alyssa Chacha?” tanya Tito masih terbengong.
“Iya. Alyssa jadi aneh tiap
ketemu Raziel.” Jawab Mitha yang juga masih terbengong.
Raziel masih mencari di mana
Alyssa berada. Dia mengitarkan pandangannya ke berbagai arah. Dan akhirnya dia
menemukan Alyssa yang sedang duduk termenung di bangku taman sekolah. Dengan
langkah perlahan, Raziel mendekati Alyssa kemudian duduk di sampingnya.
“Chacha.” Sapa Raziel. Alyssa
tertunduk lesu. Berusaha menutupi sesuatu dari Raziel.
“Ziel.” Balas Alyssa. Raziel
memandang lekat wajah Alyssa. Diperhatikannya setiap detail wajah Alyssa.
“Cha. Kok kamu tambah jelek.”
Celetuk Raziel tiba-tiba.
“Ih.. Ziel ternyata masih
nyebelin kayak dulu ya.” Kata Alyssa sambil mencubit kedua pipi Raziel dengan
gemas.
Mereka berdua tertawa
terbahak-bahak. Setelah mengalami kecanggungan saat tadi bertemu, kini Alyssa
dan Raziel sudah larut dalam obrolan dan candaan yang hangat.
“Ziel, kok pulang gak kasih
kabar?” tanya Alyssa.
“Chacha. Mau ngabarin gimana? Aku
kan sama sekali gak punya kontak kamu.” Jawab Ziel sambil mengacak-acak rambut
Alyssa.
“Cuma kamu yang manggil aku pake
nama itu. Chacha.” Kata Alyssa.
“Cuma kamu juga yang manggil aku
pake nama Ziel.” Kata Raziel. Mereka berdua tersenyum satu sama lain.
“Ziel. Ke kelas.” Ajak Alyssa.
Raziel pun mengangguk.
Mereka berdua pun berjalan ke
kelas sambil mengobrol seputar kegiatan mereka setelah berpisah. Beberapa kali
mereka tertawa jika ada yang lucu. Saat asyik ngobrol, tiba-tiba mereka dikejutkan
oleh Laras yang berlari dari belakang mereka. Dia nampak terburu hingga
kemudian Laras menabrak Ian yang sedang asyik bercanda dengan cewek-cewek
penggemarnya.
“Eh, kalo jalan pake mata dong.”
Kata Ian ketus sambil memandangi Laras yang sibuk merapikan buku bawaannya.
“Maaf, aku gak sengaja.” Kata
Laras meminta maaf kemudian.
“Padahal mata loe udah empat.
Masih aja nabrak gue. Masih gak keliatan? Hahaha.” Kata Ian meledek Laras.
Laras hanya terdiam. Ada rasa kesal dalam hatinya. Melihat hal itu, Alyssa
langsung berhambur ke arah Ian dan Laras diikuti Raziel.
“Eh, elo kalo ngomong sama cewek
yang sopan dong.” Kata Alyssa galak.
“Lho. Kan dia yang salah udah
nabrak gue.” Kata Ian membela diri.
“Tapi dia udah minta maaf. Gak
seharusnya loe ledek dia kayak tadi.” Kata Alyssa.
“Udah-udah. Gakpapa. Kamu, sekali
lagi maaf ya. Aku tadi gak liat kamu karena aku kesulitan bawa buku-buku ini.
Dan ke empat mata yang kamu maksud.” Laras kemudian melepas kacamatanya. “Maaf,
aku bisa liat kamu cukup pake dua mata. Kayaknya kamu yang harus pake empat
mata plus empat telinga supaya bisa liat dan denger ada orang yang tulus minta
maaf. Permisi.”
Laras kemudian menyerahkan kacamatanya ke Ian
kemudian pergi. Ian menerima kacamata itu sambil terdiam memandang Laras yang
berjalan pergi. Alyssa juga tampak kaget dan takjub mendengar kata-kata Laras
barusan. Baru kali ini dia melihat ada cewek di SMA Satya yang bisa bicara
seperti itu.
~ to be continued ~
0 komentar:
Posting Komentar
Abis baca, jangan segan2 buat kasih komentarnya ya guys.. Supaya post selanjutnya bisa lebih bagus. Terimakasih... ^^,